***
Lysander benar-benar minta dibelikan obat penghilang sakit kepala. Setelah mendapat roti dari Ten, dia memakannya lalu meminum obat tersebut.
"Seumur-umur, baru kali ini aku merasakan sakit kepala. Masalah yang menimpa klanku bahkan tidak sampai membuatku sakit kepala." Ujar Lysander, dia menyandarkan tubuhnya pada bahu Winwin, bahunya dipijat lembut oleh Joarder (Jihoon) yang masih setia menemaninya di ruangan para suaminya.
"Mau istirahat? Di sini ada kamar yang biasa mereka gunakan untuk istirahat?" tawar Winwin, Lysander menggeleng, kalau dia tidur, bukan kenyenyakan yang ia dapat. Lysander menyentuh tangan Joarder yang ada di bahunya. Joarder yang disentuh segera membungkukkan badannya.
"Kirimkan pesan pada Ace, minta dia kembali ke Korea dan mengurus Cloud, aku yakin saat ini Hyde pun tidak bertemu dengan Cloud, aku tahu Cloud pasti akan menghindari kontak apapun setelah mendapat uang yang lebih besar. Minta Gabriel untuk mengirim anak buahnya untuk memblokir akses Cloud keluar dari Korea." Joarder mengangguk paham, ia segera pamit undur diri. Lysander mengangkat kepalanya, menatap seluruh suaminya yang masih sibuk menerima banyak panggilan, bahkan para sekretaris dibuat kelimpungan juga menerima telfon dari para klien yang menanyakan kebenaran berita itu.
"Nyonya Muda Lee!" seorang sekretaris berlari menghampirinya, itu adalah sekretaris Yuta yang dipercaya untuk membantu urusan 'resmi' Jaemin dulu, sekretaris itu adalah tipe setia, jika 'Jaemin' datang berkunjung dulu, dia akan mendampinginya, tetapi hari ini dia tidak mendampingi Lysander karena dikirim ke kota lain oleh Yuta.
"Sekretaris Matsushima" sapa Lysander, pria itu baru kembali setelah urusan di kota lainnya selesai, namun saat kembali malah dapat berita seperti ini.
"Anda baik-baik saja?" Lysander mengangguk.
"Matsushima-san, aku baik-baik saja, pergilah dulu mengambil minum dan kembalilah kemari." Pria tinggi berwajah khas orang Jepang dengan suara berat itu mengangguk. Beda dengan nada suara Shotaro yang terkesan ceria, juga Yuta yang terkesan kalem, suara Shohei lebih berat dan dalam dari keduanya.
Telpon yang berdering tiada henti itu membuat kepala Lysander ingin pecah saja rasanya.
"Aku bilang istirahat saja, semakin lama kau di sini, semakin sakit kepalamu." Ujar Winwin, Lysander untuk kali ini menurut, tapi dia akan pergi setelah sekretarisnya kembali. Hingga sebuah pikiran masuk ke dalam benak Lysander, namun ia akan bicarakan ini nanti dengan kakek Lee dan Appa Lee.
"Matsushima-san, bisa tolong jaga Nana di ruang istirahat? Kami harus mengurus semua telpon ini." Pria tinggi itu ingin menolak, namun Lysander sudah keburu menyeretnya, membuat ia hanya bisa membungkuk sopan pada Winwin, meski umurnya lebih tua dari Winwin.
"Saya menunggu di luar ruang istirahat saja, Nyonya Muda Lee." Ujar Sekretaris bernama lengkap Matsushima Shohei tersebut.
"Jaga aku di dalam, kau bisa berdiri di dekat pintu, jangan di luar." Saat ingin membuka mulut untuk menolak, tatapan tajam Lysander membuat pria seumuran Doyoung, Kun, dan Ten itu langsung diam dan menurut.
"Mari masuk dan Anda bisa beristirahat." Lysander masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa banyak kata lagi. Baru kepalanya menyentuh bantal, tidak lama suara dengkuran halus terdengar.
Shohei mengatur suhu AC untuk lebih sejuk, dia membenahi posisi tidur Lysander dan menyelimuti tubuh istri dari atasannya. Sebuah helaan nafas pelan keluar.
"Ada ya orang yang sudah mati tetap meninggalkan kerusuhan." Gumam Shohei, sebelum ia mengambil duduk di sebuah sofa yang ada di sana, menjaga Lysander sekalian beristirahat sejenak. Dia lelah duduk di dalam bus umum selama tiga jam lebih dari Jeonju ke Seoul. Shohei melepaskan jas luarnya, menyisakan vest dan kemeja yang lengannya sudah ia gulung, juga dasi yang sudah ia longgarkan. Shohei duduk bersandar dan tidak lama matanya tertutup, meski begitu telinganya tetap mendengar seluruh pergerakan dari sekitarnya.
***
Ace yang kebetulan ada di New York segera memesan tiket dengan penerbangan pertama menuju Seoul kembali, Gilbert tetap tinggal di New York dan akan mengatakan akan menyusul nanti. Ace sebenarnya ingin menggunakan jet pribadi yang akan memakan waktu lebih cepat, tapi ia baru ingat, jet pribadi miliknya dan Jimmy masih dalam masa perbaikan di hangar yang ada di Jerman. Mau tidak mau ia mengambil tiket first class, setidaknya pantatnya tidak akan pegal-pegal amat saat duduk selama empat belas jam lebih, kemungkinan dia akan tiba di Seoul saat tengah malam atau dini hari.
Sembari menunggu pengumuman pesawat, Ace mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang yang saat ini pasti tengah bersama para Sanchez.
"Halo? Moonbin?"
***
Di waktu yang sama, Gabriel segera terbang dari Jeju ke Seoul dengan mengambil penerbangan pertama tentu saja, Jimmy akan menyusul nanti bersama Xavier dan Asher. Gabriel yang sedang duduk menunggu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, orang kepercayaannya selain adiknya, Gilbert.
"Halo, Riel, ada apa menghubungiku?"
"Aku ingin meminta bantuanmu."
"Apa itu?"
"Tutup akses keluar Korea untuk Cloud, ada masalah yang harus pria itu selesaikan di Korea, tutup akses udara, darat, dan laut. Sebarkan anak buahmu untuk mengintai seluruh perairan, bandara, dan darat."
"Aku mengerti, akan aku laksanakan segera."
"Terimakasih, aku dari Jeju akan segera menemuimu di Seoul."
"Aku menunggumu, Riel."
"Mm, sampai jumpa di Seoul, Little Sapphire."
***
Kekacauan di media benar-benar membuat keluarga Lee kalang kabut, namun di tengah-tengah kekacauan tersebut, kakek Lee yang masih terlihat muda ini tetap bersikap sangat tenang, beda dengan anaknya, Daehan, yang kalang kabut dan dibuat panik.
"Apa kau sudah menduganya, sayang?" tanya Heeyoung pada sang suami.
"Menduga apa? Kalau Ivy Cho tewas? Tidak, aku sama sekali tidak menduga itu." Jawab Daewon.
"Tapi tingkah Appa mertua terlihat begitu tenang, seperti sudah tahu ini akan terjadi." Ujar Hana.
"Menantuku sayang, appa mertuamu ini bukanlah seorang dukun atau cenayang, appamu mertuamu ini sudah memperkirakan saja melihat dari sikap keluarga Cho. Mereka yang marah dan tidak terima karena diputus kerjasama pasti mencari cara untuk membujuk para cucuku, tetapi karena para cucuku sudah mulai 'tidak bisa ditembus' mereka menggunakan cara kotor, hanya saja Appa mertuamu ini tidak menyangka jika mereka, keluarga Cho memanfaatkan kematian Nona Muda mereka sebagai alat untuk menyerang kita. Benar-benar tidak tahu aturan." Daewon geleng kepala dengan tingkah seluruh Cho. Bagaimana bisa-bisanya mereka menggunakan kematian seseorang untuk menyerang keluarga lain, dengan menyebar berita hoax kepada media.
"Mereka memanfaatkan media dengan sangat baik." Gumam Chyou.
"Tuan, Nyonya, mohon maaf mengganggu waktu Anda, tetapi perwakilan dari keluarga Lee yang lain datang dan memaksa ingin bertemu." Ujar kepala pelayan.
"Bawa mereka masuk." Kepala pelayan itu pergi lagi keluar, Daewon memperbaiki posisi duduknya.
"Setelah ini perang urat akan terjadi, tolong cermati semua pembicaraan ini, cari mana yang bisa ada di pihak kita dan mana yang tidak." Titah Daewon yang diangguki seluruh anggota keluarganya yang ada di sana.
"Daewon!" Daewon terkekeh.
"Halo, saudara, sudah bertambah kembali keriputmu? Bahkan aku masih sangat sehat dan tampan di usia seperti ini." Kekeh Daewon.
"Kau-!" Daewon merubah kekehannya.
"Nah, kau menggertak, awas makin pendek umurmu, jadi, ada apa?"
_TBC DS 51_
![](https://img.wattpad.com/cover/312776174-288-k538664.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] Different Soul
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ "Takdir yang membawa mereka bertemu" [NCT X JAEMIN] Start : 12/06/2022 End. : -