***
"Ini tempat apa?"
Lysander dan Asher baru saja tiba disebuah rumah sederhana, namun terlihat terawat meski sepertinya tidak ada penghuninya.
"Ini adalah rumah dimana aku besar dulu." Lysander menatap ke arah rumah tersebut.
"Lalu penghuninya ada dimana?" tanya Lysander.
"Ayo masuk!" bukan jawaban namun ajakan yang Asher berikan. Lysander menurut, dia melangkah mengikuti Asher dari belakang, dia masih menerka-nerka tujuan Asher membawanya kemari
"Nana, kau tadi bertanya semua penghuninya ada dimana, benar?" Lysander mengangguk.
"Mereka semua telah tiada, tewas dalam pembantaian." Lysander menghentikan langkahnya saat baru lewat pintu masuk.
"Maskudmu?" tanya Lysander.
"Ayo duduk, akan aku ceritakan apa yang terjadi." Lysander mengikuti langkah Asher, hingga mereka sampai di dapur, Lysander duduk di sebuah kursi, sedangkan Asher mengambil botol air dari dalam lemari es dan menuangkannya ke dalam cangkir.
"Aku sudah membersihkannya, tenang saja, ini semua bersih. Alat makan, alat masak, sofa, meja, kursi, semuanya sudah aku ganti, bahkan cat dan kordennya juga aku ganti. Semua jejaknya sudah hilang." Asher menyodorkan gelas kepada Lysander yang langsung diterima oleh sang adik ipar.
"Thanks, lalu, kenapa kau membawaku kemari? Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?" Asher mengangguk, dia duduk di depan Lysander.
"Saat itu aku belum bertemu dengan Sehun, aku hanya seorang Kim Jongiin saat itu, tidak tahu jika aku ternyata bagian dari Hererra. Aku masih enam tahun saat itu, seorang pria berjas datang, dia adalah ayahmu, Veeran Sanchez, dari yang aku dengar dia datang untuk menawarkan perlindungan, aku tidak tahu perlindungan dari apa, saat itu ayah menolak, ibu juga. Ayahmu pun akhirnya pergi. Tengah malamnya aku terbangun karena suara tembakan." Lysander diam mendengarkan.
"Kamarku ada di dekat dapur, yang itu." Lysander menoleh ke arah sebuah pintu bercat putih.
"Aku tidur sendiri, di sebelah kamarku itu adalah kamar kedua kakak perempuanku, dan baru kamar paling depan adalah milik orang tuaku." Lysander mengamati tiga kamar tersebut.
"Saat suara tembakan itu terdengar aku terbangun, di saat yang sama, ibuku masuk ke kamar dan melilitku dengan selimut lalu menyembunyikanku di dekat mesin cuci, tubuh kecilku masuk ke sana berbalut selimut, jika dari luar hanya terlihat seonggokan selimut belum dipakai. Aku tidak banyak bicara karena saat itu aku masih setengah sadar dan ibu tidak membiarkanku bicara. Ibu melilit tubuhku dengan selimut dan berkata, Jangan pergi dari sini apapun yang terjadi, tetap di sini, aku hanya mengangguk meski ingin menahan ibuku." Asher menatap ke arah cangkir di depannya.
"Aku mendengar suara tembakan itu cukup lama, yang kulakukan hanya mengeratkan selimut dan menutup telingaku. Sampai pintu kamar mandi dibuka, dan itu adalah Tuan Thomas, dia segera menggendongku dan membawaku pergi. Sejak saat itu aku akhirnya tinggal bersama pamanku, adik ayah, yang tidak lain adalah pemimpin klan Hererra saat ini." Lysander mengangguk.
"Lalu, bagaimana kau bisa mengenal Xa- Sehun hyung? Jongin hyung?" Asher tersenyum kecil.
"Bocah nakal itu dekat denganku saat usia kami sama-sama sembilan tahun, setelah aku menjalani pelatihan dibawah klan Hererra. Dia tengil dan jahil, membuatku kesal bukan main." Lysander terkekeh kecil.
"Kami dekat dari sana, lalu menjalin hubungan saat usia kami enam belas tahun, sisa ceritanya kau tahu kan?" Lysander mengangguk.
"Aku mengajakmu kemari supaya kau tahu, jika ini adalah tempat pembantaian pertama yang dilakukan oleh Nyonya Besar Choi."
.....
"HAH?!"
***
"Jadi Nyonya Besar Choi sudah pernah melakukan pembantaian?!" kaget Doyoung saat Xavier menceritakan apa yang harus mereka tahu. Saat ini Xavier dan Moonbin ada bersama para tuan muda, kecuali tiga maknae yang masih ada di mansion.
"Mm, pembantaian keluarga Kim adalah kejahatan pertama yang dilakukan Nyonya Besar Choi." Ujar Xavier.
"Ayah dan para paman pergi untuk menyelamatkan keluarga Kim, namun terlambat, hanya Jongin atau kalian mengenalnya sebagai Asher. Aku tidak ikut karena saat itu usiaku sendiri masihlah kecil. Aku baru tahu cerita itu setelah Jongin sendiri membawaku ke rumah lamanya dan menceritakan itu. Lalu selama pelarian dari ayahku, aku mencari tahu mengenai hal itu diam—diam." Xavier menyandarkan tubuhnya pada sofa.
"Woah, berarti kejahatan orang ini sangat banyak?" Hendery menatap tak percaya.
"Begitulah, jadi, kalau ingin memberinya hukuman ya jangan setengah-setengah." Sambung Xavier.
"Kalau begitu, membeberkan ini tidak masalah kan?" Jeno memberikan tab miliknya pada Xavier yang langsung diterima pria itu, Moonbin yang ada di belakang sofa Xavier ikut melihat isi tab Jeno dan ternganga.
"Woah!" Moonbin menatap Jeno.
"Kau yakin ini dilakukan oleh wanita tua itu?" tanya Moonbin.
"Pastinya dengan kaki tangannya, termasuk dalam pembantaian keluarga Kim, bukan begitu Sehun hyung?" tanya Taeyong.
"Mm, wanita itu tidak akan pernah mau menodai tangannya sendiri, dia selalu bermain bersih, sayangnya selain Jongin yang korban selamat meski tidak tahu apapun hanya mendengar suara, ada satu orang lagi yang menjadi saksi hidup kejadian itu." semua menatap Xavier yang menyerahkan tab kepada Jeno.
"Siapa? Salah satu pelakunya?" Xavier mengangguk.
"Hilderic Clarette, ayah dari Gabriel dan Gilbert."
_TBC DS 73_
KAMU SEDANG MEMBACA
[ALL X JAEMIN] Different Soul
Fanfic⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ "Takdir yang membawa mereka bertemu" [NCT X JAEMIN] Start : 12/06/2022 End. : -