60. Penjara Gaib

231 44 5
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 23, pukul 10.00 Waktu Negeri Utara.

"BWAHHHH!"

Kepala Ravi muncul di permukaan air. Setelah beberapa kali tercebur dan muncul lagi dari dalam air, kali ini Ravi sudah lebih cepat menyesuaikan diri.

"Aku kembali lagi ke tempat awal...." ucapannya terhenti, melihat lautan luas yang tampak tak ada ujungnya.

"Sebenarnya ini tempat apa? Negeri bagian mana?" Ravi penasaran.

"Ini bukan di negeri mana pun, Ravi. Ini penjara. Lebih tepatnya penjara gaib."

"Penjara gaib?"

"Ya, seseorang dengan kemampuan batin tingkat tinggi mampu membuat penjara ini. Mereka menangkap arwah lalu menguncinya di suatu tempat, seperti batu cincin, liontin, pusaka, dan benda-benda lain. Aku sendiri tidak tau, aku terperangkap di benda apa?" Sybil menunduk.

"Bagaimana kamu bisa ada di tempat ini, Putri Sybil?"

Sybil mendongak, sudah lama dia tidak mendengar panggilan itu. Tiba-tiba seberkah ingatan masa lalu mulai muncul, setelah sekian lama dia tenggelam dalam kesendirian dalam penjara gaib. Sybil hampir lupa tentang jati dirinya, tinggal menunggu waktu hingga menjadi arwah penasaran yang lupa akan tujuannya dan tidak tau cara kembali kepadaNya.

"Suatu malam ada seseorang yang ku anggap sahabat datang ke kamarku, mengajakku ke suatu tempat untuk menemui Ibarra. Begitu percayanya hingga aku tidak curiga ketika dia berkata Ibarra sudah menungguku di tengah danau...."

"Ku pikir Ibarra sedang menyiapkan suatu kejutan di sana. Aku mengikuti permintaannya menaiki perahu, tapi setelah aku mendayung, sahabatku Bella langsung pergi. Aku tetap mencoba berbaik sangka, mungkin Bella ingin memberi waktu untuk kami berdua, untuk ku dan Ibarra. Namun sejauh aku mendayung, Ibarra tak pernah muncul. Aku terlambat menyadari bahwa aku telah dijebak. Aku berusaha mendayung perahu berusaha mencari tepian, tapi danau ini seperti tak bertepi dan aku terjebak di sini, entah sudah berapa lama."

"Kalau Ibarra itu adalah Solomon Starr muda, maka itu sudah berlalu puluhan tahun lalu...." Ravi langsung terdiam, membayangkan bagaimana seseorang bisa bertahan dalam kesendirian selama puluhan tahun dan tidak menjadi gila.

"Ehh tunggu! Setelah puluhan tahun kenapa jasadmu tidak menua?"

"Bukan jasadku yang dibawa ke danau ini, Ravi, tetapi arwahku. Itulah ilmu teluh."

"Teluh?"

Ravi tak habis pikir, bagaimana bisa seorang sahabat berbuat sejahat itu. Atau mungkin hanya Sybil yang mengganggap Bella sebagai sahabat, sementara bagi Bella, Sybil adalah musuh.

"Apa ada cara menolong orang yang kena teluh?"

Wajah Sybil berkerut tampak mengingat-ingat sesuatu. "Nenek Nan Tuah pernah menceritakan suatu kisah kepadaku tentang tetangganya yang kena teluh dan terjebak di suatu tempat. Tetangganya itu tetap hidup, tapi jiwa di dalamnya bukanlah orang yang sama. Arwah lain telah mengisi kekosongan itu. Hingga keluarga dari tetangga itu mulai curiga terhadap perubahan perilakunya lalu meminta bantuan ulama istana."

"Kata Nenek Nan Tuah, ulama itu berhasil menemukan arwah asli tetangganya, yang terperangkap di dalam botol yang disimpan di rumah salah satu dukun. Setelah bertarung melawan dukun itu, ulama istana berhasil, arwah asli tetangga bisa kembali ke jasadnya, tapi tidak beberapa lama setelah itu tetangganya itu meninggal."

"Hmm, jadi aku harus mencari siapa dan di mana penjara itu." Ravi memandang langit abu-abu yang tidak ada batasnya, penjara yang tidak tampak seperti penjara pada umunnya.

"Ehh, lalu kenapa aku bisa ada di sini? Berarti aku juga dipenjara?" Ravi baru menyadarinya.

Sybil tersenyum. Dia tidak berkata apa-apa lalu menjatuhkan diri ke belakang. Ravi sempat kaget, berusaha menolong, tapi terlambat lautan mendadak membuncah, sesuatu yang besar keluar dari air.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang