61. Pulung Gantung

274 32 8
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 29, pukul 17.30 Waktu Negeri Utara.

H-2 acara pernikahan Darius Khan dan Raline Equus.

Di sebuah bukit yang dapat terlihat dari pusat Kota Cannibis, tidak jauh dari area perkemahan untuk tamu undangan. Sekelompok orang berseragam kuning terang dengan lambang matahari dan kapal milik Negeri Timur berjalan sempoyongan menuju Hutan Randu. Kaki-kaki mereka hampir tidak terlihat, tertutup oleh kabut.

"Angga, putraku satu-satunya telah tiada. Setelah itu istriku menyusul, tak rela kehilangan putranya. Lalu tinggal diriku sendiri, prajurit kesepian." Bisik salah seorang tentara, pandangan matanya kosong.

"Tidak ada yang bisa membantuku, hutangku semakin menumpuk. Kalau aku kembali ke Negeri Timur, mereka pasti akan mengejarku ...." Tentara yang lain bergumam.

"Aku ini sungguh tidak berguna, aku tidak selihai rekanku yang lain ... lalu untuk apa aku hidup?" Suara yang lain menimpali, disusul dengan suara-suara lain.

PRITTTTTTTT.

Suara peluit melengking.

"Hei, kalian! Orang-orang Negeri Timur tidak boleh memasuki kawasan itu!" peringatannya tidak digubris, orang-orang itu tetap berjalan ke arah Hutan Randu. "Hei! Apa kalian semua tuli!?" 

Laki-laki berseragam merah dengan lambang palu milik Negeri Utara itu bingung untuk mengambil tindakan. Salah sedikit tindakannya bisa memicu perang antar dua negara. Apalagi saat ini mereka kalah jumlah, 25 orang penjaga harus mengawasi 500 orang tamu dari Negeri Timur yang sudah berlabuh, sementara ribuan pasukan Negeri Timur yang lainnya menunggu dari atas kapal. Laki-laki itu menoleh ke arah Kepala Pengawas. 

"Pak Hendrik?"

Lelaki yang dipanggil Hendrik, termenung mengamati kabut yang hanya berkumpul di sekitar kelompok tentara dari Negeri Timur. Sedangkan di kaki para penjaga Negeri Utara tidak ada sama sekali, begitu juga di sekitar batu soladite yang mulai berpijar.

"Itu sihir. Sampaikan kepada semua penjaga, jangan ada yang mendekati kabut itu. Satu orang sampaikan laporan ke Kuko Urs, kami butuh kabel rol yang panjang dan kipas besar yang banyak untuk meniup kabut-kabut ini! Satu orang lagi cari komandan tentara Negeri Timur, undang kemari! Yang lain, siapkan tali laso untuk 60 orang!"

"SIAP!" Para penjaga yang menyebar, menyisakan 2 orang untuk mengawal Hendrik.

"Kenapa hanya tentara dari Negeri Timur yang terkena sihir? Apa pelakunya orang dari Negeri kita?" tanya salah satu orang penjaga yang bertahan.

"Kita belum tau, apakah pelakunya dari negeri kita sendiri? Negeri lain? Atau malah dari Negeri Timur? Sepertinya mereka ingin memancing konflik antar negeri. Kini aku paham, kenapa Seeker seperti diriku mendapat perintah untuk ikut menjaga di area perkemahan. Kita harus mencari pelakunya seka-" ucapan Hendrik terpotong ketika melihat bola api merah menyilaukan seperti meteor turun dari langit, lalu jatuh tepat di kawasan Hutan Kapas.

"Itu pulung gantung!" Seorang penjaga memekik.

"Ini bukan pertanda baik Pak Hendrik, aku pernah mendengar mitos, bahwa bila ada bola api jatuh di suatu tempat, maka akan ada kematian di tempat itu. Bila ini terjadi di Hutan Randu, maka akan menjadi berita buruk untuk negeri kita, tempat ini dapat terlihat jelas dari pusat kota Cannibis. Kita harus menutup kawasan Hutan Randu, Pak, agar tidak dimasuki orang."

Belum juga Hendrik menjawab, muncul lagi bola api lain yang lebih besar melesat di langit, cahaya merahnya menerangi sore di langit pantai Cannabis, melayang jauh menuju pusat kota Kratom, ibu kota Negeri Utara.

Hendrik dan dua penjaga yang tersisa saling berpandangan, raut wajah mereka penuh dengan kekhawatiran.

"Pak Hendrik, apa kita perlu melapor pada Raja?"

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang