34. Ordo

680 86 295
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 18, pukul 17.45 Waktu Negeri Timur.

Di kantor Daily Report.

Tidak seperti biasanya, menjelang magrib suasana kantor di Daily Report masih ramai. Bunyi ketikan keyboard, suara printer, dan hiruk pikuk langkah kaki karyawan membuat penghuni lain kantor itu terpaksa harus menyingkir dulu dan sabar menanti hingga mereka pulang.

"Sial! Masih saja ada typo!" ucap karyawan bernama Yosi meremas kertas hasil print, lalu melemparnya asal ke arah tempat sampah. Hasil lemparannya semakin memenuhi lantai dengan sampah kertas, karena lemparannya lagi-lagi tidak berhasil masuk ke tempat yang seharusnya.

"Kalau capek istirahat dulu kawan, percuma bila kau lanjutkan, karena otakmu sedang stress. Ngopi dululah kita, break sebentar." Saran dari Baim rekan kerjanya yang duduk di seberang mejanya.

Akhirnya mereka berdua beranjak menuju mesin pembuat kopi, meninggalkan rekan lain yang masih sibuk mengejar due date gila-gilaan dari Erik, pimpinan Daily Report.

"Kita sibuk habis-habisan di sini, malah si bos enak-enakan pergi." ketus Yosi.

"Sabar kawan, kudengar si bos tadi buru-buru pergi hendak menemui Ardo Whales."

"Apa? Ordo keles?" Yosi kurang jelas mendengar suara Baim ditengah kebisingan bunyi mesin printer.

"Bukan Ordo keles, tetapi Ardo Whales, pimpinan Seeker," ucap Baim.

"Ohh maaf, kukira kamu menyebut tentang Ordo. Soalnya, dulu aku pernah mendengar Mirsya menyebut-nyebut kata Ordo beberapa kali."

'Mirsya kok tidak pernah cerita kepadaku ya?' batin Baim.

Tiba-tiba terdengar suara gelembung air pada galon di pojok ruangan, membuat Yosi dan Baim saling pandang sejenak.

"Kita ngobrol di meja kerja saja yuk!" ajak Baim, tanpa menunggu jawaban rekannya langsung melangkah kembali ke mejanya, Yosi buru-buru menyusul di belakangnya.

"Memang apa yang kamu ketahui tentang Ordo?" tanya Baim setelah kembali duduk di bangku kerjanya.

"Hmm, tidak banyak. Setahuku Ordo adalah suatu perserikatan yang dibentuk untuk melindungi keturunan dari para Raja," jawab Yosi pelan-pelan sambil menikmati kopinya yang masih panas.

"Maksudmu seperti pasukan khusus pelindung keluarga kerajaan, begitu?"

"Ya, kurang lebih seperti itu, tapi ada beberapa anggota Ordo yang sifatnya lebih rahasia, tidak banyak yang tau akan keberadaan mereka. Mereka bisa menyamar jadi siapa saja dan di mana saja," ucap Yosi.

"Wah, jangan-jangan kamu salah satu anggota Ordo ya? ... hahaha." Baim mencoba berkelakar sambil menyeruput kopinya.

"Psstt! Jangan bilang siapa-siapa!" Yosi menunjukan wajah serius, berbisik kepada Baim sambil mengacungkan jari telunjuk di depan mulutnya. Kepala Yosi memalingkan wajah ke arah rekan yang lain, memastikan tidak ada yang mendengar ucapannya.

"Ehh!? Serius? Kamu anggota Ordo?" Baim penasaran menghentikan minum kopinya dan mendorong kursinya mendekat ke arah Yosi yang mulai bekerja kembali.

"Kamu ngapain dekat-dekat? Jomblo ya?" ejek Yosi kepada rekannya.

"Sembarangan! Emang saya doyan sama situ?"

"Terus ngapain dekat-dekat?" Yosi memundurkan kursi menjaga jarak dari Baim.

"Lebay kamu!? Lanjutin cerita yang tadi! Kamu beneran anggota Ordo?"

"Ya bukanlah!" jawab Yosi ketus.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang