24. Coquelicot

954 105 358
                                        

*Tahun 2027, bulan 08, hari 18, pukul 14.30 Waktu Negeri Timur. (1 tahun sebelum terjadi perang besar keempat).

(Flash back on)

Lembah Siangin-angin, salah satu bagian dari negeri 4 Raja di Negeri Timur.

Ardo Whales dan Ravi telah sampai di halaman rumah keluarga Whales. Halamannya sangat luas, dari gerbang halaman sampai pintu rumah berjarak sekitar 500 meter.

'kenapa tadi mobilnya tidak sekalian mengantar sampai ke depan rumah?' batin Ravi. Jadinya Ardo Whales dan Ravi harus berjalan kaki sampai rumah.

Beberapa detik kemudian, Ravi baru menyadari alasan kenapa Ardo Whales lebih memilih berjalan kaki. Rupanya dia ingin menikmati keindahan pemandangan halaman rumahnya.

Halaman depan kanan dan kiri sebagian besar ditumbuhi oleh bunga matahari setinggi pinggang orang dewasa. Terhampar menguning seperti permadani, tiupan angin membuat bunga matahari bergoyang, seakan melambaikan tangan menyambut kedatangan Ardo Whales dan Ravi. Ravi merasa bersyukur bisa melihat pemandangan seperti ini, apalagi bisa tinggal di situ.

Sedangkan di halaman belakang, dijadikan kebun yang ditumbuhi jagung dan labu. Entah kenapa Ardo Whales menyukai tanaman yang berwarna serba kuning.

Ardo Whales menghentikan langkah sejenak, melihat seseorang berada di tepi rimbunan bunga matahari.

"Hoiii ... Tere! Kami baru sampai!" Ardo Whales melambai-lambaikan tangan, memanggil seorang anak perempuan yang berada di kejauhan.

"Yaaaa ... aku di sini dulu, nanti aku menyusul," sahutnya, suaranya terdengar kecil sambil melambaikan tangan.

"Itu Theresia, putri pertamaku. Kamu mainlah dulu dengannya, biar kusiapkan dulu kamar untukmu. Barang-barangmu biar kubawa sekalian," Ardo Whales segera mengambil alih koper seukuran 20 kg dan tas ransel milik Ravi.

"Maaf jadi merepotkan," ucap Ravi sambil membungkukan badan, sebagai tanda sungkan dan berterima kasih.

"Tak masalah," Ardo Whales tersenyum meninggalkan Ravi. Koper besar dan tas ransel Ravi tampak mengecil di tubuh Ardo Whales yang besar.

Ravi memperhatikan anak perempuan di tepian rimbunan bunga matahari. Sedikit ragu, tapi tetap melangkahkan kaki untuk mendekat, menyusuri celah sempit selebar setengah meter yang membelah taman bunga.

Semakin jauh melangkah, jalanan terasa semakin menanjak, seperti mendaki bukit. Ravi tiba di ujung rimbunan bunga matahari, tepian taman itu tertata rapi membentuk sebuah garis, yang membelah antara rimbunan bunga matahari dan padang rumput.

Ravi melihat anak perempuan berambut pendek kebiruan. Dia memakai baju yang menutupi hingga pangkal leher. Sepertinya dia sedang sibuk yang memasukan tanah yang terlihat gembur ke dalam ember.

Ravi merasa canggung untuk menyapa. Dia memilih untuk melihat pemandangan di sekitarnya. Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat beberapa kapal berlabuh dermaga Siangin-angin, lalu setelahnya terhampar lautan biru, diujungnya nan jauh di sana terlihat barisan pulau berwarna biru yang tampak kecil.

Semilir angin dan hangatnya sinar matahari sore, membuat Ravi memejamkan mata, menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkan napas yang secara perlahan, merasakan kedamaian.

🌸🌸🌸
''Hari ini yang seharusnya biasa saja,
Menjadi bernilai ketika kita berdua ...''

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang