33. Khodam

736 86 361
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 18, pukul 15.00 Waktu Negeri Timur.

Di sekitar lereng Gunung Slamet. Meskipun hari yang sebelumnya mendung telah menjadi cerah, namun di dalam hutan, hanya sedikit cahaya yang mampu menyentuh permukaan tanah.

Ravi berjalan sendirian melewati hutan yang belum pernah dilaluinya dari arah pantai. Ravi hanya berpedoman pada puncak Gunung Slamet, semakin tinggi dia mendaki maka nanti dia bisa melihat pedesaan. Hutan yang dilewati Ravi sedikit berbeda, pepohonannya entah mengapa membentuk Crown Shyness.

Ravi berusaha untuk berjalan di permukaan tanah yang terkena cahaya dan menghindari daerah yang gelap, karena sedari tadi Ravi sadar telah banyak makhluk yang penasaran melihat dirinya dari kegelapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ravi berusaha untuk berjalan di permukaan tanah yang terkena cahaya dan menghindari daerah yang gelap, karena sedari tadi Ravi sadar telah banyak makhluk yang penasaran melihat dirinya dari kegelapan.

Seekor burung gagak biru bertengger di salah satu dahan pohon, berkoak-koak mengundang perhatian dari Ravi.

Ravi mengenali burung gagak biru itu, namun setiap kali Ravi mendekatinya burung itu menjauh dan bertengger di dahan pohon yang lain, berkoak-koak meminta perhatian Ravi kembali.

"Apa maumu wahai burung?" Ravi sadar pertanyaannya mungkin tidak akan terjawab oleh seekor burung.

"Tolong ikuti aku, bukankah kamu ingin ke Desa Rawagaru? kutunjukan arah yang benar untukmu," burung gagak berwarna biru itu berucap.

"Kau bisa bicara? Apa itu hanya halusinasi?"

"Aku bisa bicara denganmu dan seluruh keluargamu, Ravi. Ikuti saja aku."

Ravi merasa percaya pada burung itu dan mengikutinya. Begitu juga makhluk-makhluk dari kegelapan, jumlahnya semakin banyak mengikuti Ravi, berduyun-duyun menyusul dari tempat-tempat yang gelap.

Beberapa burung gagak biru lain muncul terbang berputar-putar di sekeliling Ravi, tidak segan mereka menyambar makhluk yang berusaha mendekati Ravi.

"Cepatlah Ravi, situasi di sini semakin memburuk."

Ravi mempercepat langkahnya sambil mengamalkan suatu doa, kemudian tangan kanan Ravi menggenggam di depan dada, lalu mencabut pedang Dzulfaqor. Sebuah cahaya perak bersinar terang keluar dari dada Ravi. Cahayanya cukup membuat silau dan hawa di sekitar hutan menjadi panas, membuat makhluk-makhluk dari kegelapan menjaga jarak.

Setelah beberapa lama berjalan Ravi telah sampai di tempat yang terbuka, di sebuah pemakaman.

Ravi memasukan kembali pedang Dzulfaqor ke dalam dadanya, lalu berjalan menyusuri celah kecil di pemakaman yang membentuk jalan. Makhluk-makhluk dari hutan berhenti mengikuti Ravi, mengintip di balik pepohonan, di batas bagian antara gelap dan terang.

Burung gagak biru berkoak kembali di depan Ravi, meminta agar diikuti, tapi sebelum itu Ravi merasakan sebuah aura gelap yang dia kenal.

Ravi melihat ke arah asal dari aura itu dan rupanya pemilik aura gelap itu telah lebih dulu menatapnya, berdiri di bawah bayangan pohon kamboja. Mereka saling pandang dan terdiam, hingga kemudian makhluk itu menunjuk ke satu arah, sama persis dengan arah di mana burung gagak biru menunggu Ravi.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang