40. Chaos

591 70 155
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 19, pukul 14.30 Waktu Negeri Timur.

Di Pasar Siangin-angin

'NGIIIIIIINGGGGGGGGGGGGG'

Semua penghuni pasar merasakan satu suara yang sama di telinga mereka. Suara itu berhasil merusak bagian dalam telinga dan membuat keseimbangan tubuh menjadi kacau, tanah yang dipijak terasa berputar-putar, membuat puluhan orang roboh kembali setelah beberapa kali coba berdiri.

Ravi melepas jari yang menutupi telinganya, dia yakin betul tadi sudah menekannya sedalam mungkin di telinga, tapi telinganya masih bisa mendengar suara Ardo Whales, dan terpaksa kini Ravi kembali merasakan dengung dan sakit yang sama di telinga.

Beberapa petugas dermaga dan petugas keamanan tetap berdiri tegak, memperhatikan penghuni pasar yang sempoyongan. Para petugas itu telah menyiapkan ear plug khusus sehingga tidak terpengaruh suara Ardo Whales.

Setelah suasana mulai kondunsif, para petugas pasar segera meembantu mengangkat penghuni pasar, mereka semua dikumpulkan di bawah gazebo yang teduh milik beberapa pedagang.

Seorang petugas mencoba membantu seorang ibu yang masih terbaring di tanah sambil mendekap beberapa pakaian. Saat petugas itu mencoba membantu mengangkat tangan si ibu, hal itu malah membuat si ibu marah dan mendorong si petugas. Si ibu masih tidak rela kehilangan kain yang sudah susah payah dia ambil.

Si petugas bingung apakah mau melanjutkan menolong atau tidak, hingga beberapa petugas keamanan lainnya datang merebut kain yang digenggam si ibu dan membuangnya asal. Perlu empat orang petugas untuk mengangkat si ibu, karena dia berontak tak mau kehilangan kainnya.

Pemberontakan si ibu mengilhami penghuni pasar lain yang masih lemas terbaring, mereka cepat-cepat bangkit kembali walau dengan mata berkunang-kunang dan badan terhuyung-huyung. Mereka berusaha mempertahankan apa yang sudah mereka ambil dan mencoba kabur walau dengan merangkak.

"DASAR TIDAK TAU DIRI! MEMALUKAN! APA YANG KALIAN AMBIL ITU BUKAN HAK KALIAN!" umpat Ardo Whales menyaksikan ketamakan penghuni pasar.

Tak ada satupun penghuni pasar yang mendengar suara Ardo Whales, karena telinga mereka masih luka dan berdarah. Perlu beberapa waktu hingga Indra pendengaran mereka pulih kembali.

Kesabaran Ardo Whales mencapai batasnya, dia menarik napas dalam-dalam mengumpulkan di dada, hendak bersuara kembali tak peduli bila itu membuat orang tuli permanen sekalipun.

Sebelum Ardo Whales bersuara kembali, sebuah tepukan mengagetkannya. Selama ini tidak ada orang yang berani menepuk bahu Ardo Whales, selain kawan akrabnya atau tentu saja Rajanya.

"Cukup Pak Ardo!"

Ardo Whales segera menoleh danelihat Yusuf Sheepfold sudah berada di sampingnya. Amarah Ardo Whales sedikit tertahan, Ardo Whales memejamkan mata dan  menghembuskan napasnya kembali.

"Maafkan saya Tuan Yusuf."

"Kenapa Pak Ardo tidak memanggil saya?" tanya Yusuf Sheepfold.

"Maaf, saya tidak ingin mengganggu istirahat anda. Lagipula ini perkara mudah, sedikit lagi aku bisa mengatasi semuanya," jawab Ardo Whales.

"Ya, sedikit lagi dan semua wargaku akan menjadi tuli permanen, begitu?"
Yusuf Sheepfold menggelengkan kepala pelan dan menepuk pundak Ardo Whales sekali lagi.

"Biar aku yang menangani ini."

Yusuf Sheepfold sedikit mencicingkan pakaian lengan panjangnya, lalu mengangkat lengan kanannya tinggi ke atas, membuka lebar jari-jari pada telapak tangannya.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang