17. Batu Ambar

1.1K 145 389
                                        

*Tahun 2002, bulan 6, hari 23, pukul 08.45 (26 tahun yang lalu sebelum terjadi perang besar keempat).

(Flash back on)

Di sebuah gua, ruang ritual dan pengobatan Suku Babakan.

Japra Kannai duduk bersandar pada dinding gua, napasnya terengah-engah, setitik darah beserta keringat sebutir jagung bercucuran dari dahinya. Setelah sekian lama, Japra memberanikan diri melihat luka berbentuk lubang yang menembus paha kirinya.

'Padahal hanya luka sekecil ini, tapi rasanya sakit sekali dan kakiku tidak bisa digerakan?' batin Japra menahan sakit.

Japra melihat adiknya, Jayanti sedang memanaskan air, sementara adik iparnya David sedang membongkar isi tasnya.

"Apakah airnya sudah mendidih Nyi?" tanya David pada istrinya.

"Sudah, sebentar kubawakan ke situ," jawab Jayanti.

"Jangan, biar aku saja yang bawa, kamu sedang hamil, tidak boleh mengangkat yang berat-berat," ucap David.

"Kalau hanya air satu kuali saja, aku masih kuat, jangan remehkan aku," protes Jayanti.

"Tidak begitu Nyi Anti, aku mengkhawatirkan kondisi kehamilanmu, sini biar aku saja!" David langsung mengambil kuali dari tungku, lalu membawanya ke dekat Japra.

"Jadi, sekarang panggilan adikku sudah berubah ya? Jayanti menjadi Nyi Anti," ucap Japra terkekeh.

"Apa urusanmu, Kak?" protes Nyi Anti.

David hanya tersenyum melihat pertengkaran istri dan kakak iparnya, lalu melanjutkan kesibukannya.

"Heii! untuk apa pisau dan gunting itu?" tanya Japra curiga melihat David membongkar isi tasnya.

"David hendak mengobati kakimu, kak," jawab Nyi Anti.

"Ini hanya luka kecil David, tabib suku Babakan bisa membuat ramuan daun pepaya untuk menutup luka ini," Japra merasa enggan.

"Tidak kak, bukan maksudku meremehkan tabib Suku Babakan, tapi aku yakin mereka belum pernah menangani luka seperti itu,"

"Kakimu kena tembak, ada butir peluru yang menancap di dalam kakimu, kalau tidak segera diambil, itu akan menjadi infeksi, bisa jadi busuk dan kau tidak bisa menggerakkan kakimu lagi selamanya," ucap David.

"Apakah tidak ada cara lain selain dengan alat-alatmu itu?" tanya Japra mulai cemas.

"Baru kali ini aku melihat pejuang tangguh dari Suku Babakan takut diobati," ejek Nyi Anti.

"Heiii! Siapa bilang aku takut? Aku cuma tidak suka dengan cara yang repot," Japra mendengus kesal.

Japra melihat David merendam pisau, gunting, jarum dan benang ke dalam air yang masih mendidih.

"Apakah di sini ada candu?" tanya David.

"Untuk apa?" tanya Japra.

"Untuk mengurangi rasa sakit saat ku operasi kakimu kak," ucap David.

"Heiii!! Kau meremehkanku, luka sekecil ini tidak ada artinya bagiku!" ucap Japra sesumbar.

"Aku serius kak, ini akan sangat menyakitkan," David memandang Japra penuh keyakinan.

"Benarkah begitu?" Japra mulai ragu.

Tangan Japra mengambil benda dari dari dalam sakunya, beberapa taring binatang.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang