57. Green Morton

393 53 3
                                        

*Tahun 2018, bulan 01, tanggal 15, pukul 08.30 Waktu Negeri Utara.

Empat belas tahun yang lalu.

(Flash back On)

Di dalam gedung pusat seeker Negeri Utara.

Tok. Tok. Tok.

"Iya, masuk!" seru Herman kepada orang di luar pintu kantornya.

"Anda memanggil saya?" Ray memastikan diri.

"Iya, silakan duduk. Mau minum teh?"

Ray menggeleng, menolak dengan halus basa-basi Herman, Kepala Bagian Administrasi Seeker.

"Oke. Kalau begitu aku langsung saja. Aku membaca laporan kerja tentangmu, dan tentu saja juga membaca data tentang keluargamu."

Ray memperhatikan Herman meletakkan cangkir tehnya dan menyandarkan setengah pantatnya pada tepian meja. Kemudian tangan kanan Herman menggeser map yang berisi berkas ke hadapan Ray. Tertulis dengan tulisan besar di halaman muka map itu. 'Silsilah Keluarga Green Morton'.

"Jadi katakan, siapa nama lengkapmu?" tanya Herman.

Ray sempat ragu-ragu untuk menjawab, dan melihat pandangan mata Herman yang seakan menekannya untuk berkata jujur.

"Namaku, Raynald Green Morton-"

"Ya! Putra bungsu keluarga Albert Green Morton. Aku mengenal keluargamu. Ayahmu, kedua kakakmu, Margareth dan Raymond.  Mereka semua menjadi peneliti terkenal dan juga keluarga perenang yang handal. Pertanyaannya, mengapa kamu tidak mengikuti jejak generasi keluarga Green Morton? Apa yang sebenarnya kamu cari?" Herman mencodongkan tubuhnya mendekati Ray, menuntut jawaban.

"Apakah itu penting? Apakah aku tidak boleh menjadi seeker karena menyandang nama Green Morton?"

Herman tersenyum dan beranjak berdiri. "Tentu saja kamu, atau siapa saja boleh menjadi seeker, dengan catatan mampu lulus ujian seeker. Hasil ujianmu juga sangat bagus, ya,  tentu saja karena kamu mewarisi kecerdasan Green Morton. Aku berharap kamu tidak salah jurusan ... atau seperti pertanyaanku sebelumnya, apa kamu punya tujuan tersembunyi dengan menjadi seeker?"

Herman berjalan memutar, lalu duduk di belakang mejanya, menunggu jawaban Ray.

Ray menyadari betul siapa yang dia hadapi. Tidak sembarang orang bisa menjadi Kepala Seeker, dia pasti punya mata yang sangat banyak. Tidak ada pilihan baginya selain harus berkata jujur.

"Aku ingin mencari kakakku, Margareth. Kupikir dengan menjadi seeker, aku bisa mendapat info tentangnya."

"Ya! Itu jawaban yang kutunggu. Kakakmu, Margareth sudah menghilang lama sekali. Setelah terjadi perang dunia ketiga, yang disebabkan oleh pengkhianatan David Starr kepada ayahnya sendiri, raja besar, Solomon Starr. Setelah perang itu, semua jejak yang berkaitan dengan Solomon Starr menghilang, termasuk juga kakakmu. Hanya beberapa data saja yang berhasil kuselamatkan."

Ray mendongak menatap Herman. "Apakah anda mengetahui info tentang kakakku?" tanya Ray penuh harap.

"Ya! Tentu saja aku tahu." Herman tersenyum melihat ketertarikan pada mata Ray. "Tapi info ini sangat mahal, kamu tahu 'kan apa maksudku?"

Ray sejenak ragu. Ray sudah bisa membaca situasi, tentu saja dia akan dimanfaatkan, tapi ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk mengetahui info tentang Margareth.

"Aku siap melakukan apa saja. Apa yang anda mau?" Ray menjadi lebih serius.

Herman tersenyum. "Aku butuh lebih banyak mata. Aku ingin kamu bersumpah setia menjadi salah satu mataku. Dan sebagai gantinya, aku akan memberikan info tentang Margareth dan jaminan keselamatanmu, bagaimana?"

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang