48. Raven Emas

366 61 27
                                    

*Tahun 2023, bulan 3, tanggal 23,  pukul 11.30 Waktu Negeri Utara.

Delapan tahun sebelum perang antara Negeri Utara dan Negeri Selatan. Sebelum perubahan penanggalan baru sebagai awal perdamaian.

(Flash back on)

Di rumah sakit Kota Indica, Negeri Utara. Ruang Inap Pangeran Darius.

Tuk. Tuk. Tuk.

Seekor merpati mengetuk-ngetuk jendela kamar inap. Raline remaja sudah tahu apa yang harus dilakukan. Dia membuka jendela kamar, mengambil pesan dari kaki burung pos, lalu memberi beberapa butir jagung pada si merpati sebagai tips. Setelah menerima tips, burung itu sabar bertengger di jendela pintu,  menanti surat balasan.

"Ini pesan ke-725. Padahal belum ada setengah hari. Aku capek dan aku benar-benar menyesal telah melukai salah putra orang nomer 1 di negeri ini." Raline membuka surat dengan emosi.

Sebagai bentuk rasa tanggung jawab Raline atas kecelakaan yang dialami oleh pangeran Darius, maka Raline berjanji menjadi asisten sang pangeran sampai dia sembuh. Dan tugasnya yang termudah juga tersusah adalah menerima, membacakan dan membalas surat.

"Kali ini pesan dari Margareth," ucap Raline dengan nada jengah.

'Dear Pangeran Darius,

Aku sungguh panik saat mendengar pangeran terluka. Aku sudah datang ke rumah sakit membawa madu asli dari Tanah Beruang. Aku yakin madu itu bisa menyembuhkan lukamu dalam sekejap, tapi orang bernama Luky tidak memperbolehkanku masuk. Padahal aku begitu mengkhawatirkan keadaanmu pangeranku.

Doa setulus hati selalu kukirimkan untuk kesembuhanmu.

Salam,

Margareth Pott,
Putri Edwin Pott,
Walikota Cannabis.'

"Bahkan dia sampai menyebut jabatan ayahnya." Raline menunjukkan ekspresi muak seperti mau muntah.

"Apa yang harus kutulis untuk membalas surat ini?" tanya Raline.

"Hei! Pangeran! Aku harus menulis apa?"

Darius mengerjap. Beberapa detik dia melamun mengagumi kecantikan Raline.

"I-ni... ha-rus... ku-ba-las... a-pa, Pa-nge-ran?" Raline meledek.

"Ehm! Tolong tulis terima kasih atas perhatian dan doamu. Kupastikan aku akan segera pulih." Sebenarnya Darius tersenyum di akhir kalimat, tapi gadis yang dipandangnya tak memperhatikannya dan mengalihkan pandangan ke kertas, menulis surat balasan.

Raline menggulung surat balasan itu dan menaruhnya pada tabung kecil di kaki si merpati. Burung itu terbang kembali kepada tuannya. Saat membalik badan, Raline melihat Darius tersenyum padanya.

"Kenapa tersenyum terus? Memang tidak merasakan sakit?" Raline menunjuk pada kaki Darius yang digantung dan dibalut gipsum. Darius hanya menggeleng dan tersenyum kembali.

'Asalkan kamu selalu di sampingku, aku rela bahkan bila kehilangan kakiku.' Batin Darius.

"Rupanya kamu juga gegar otak ya? Tak menjawab pertanyaanku, huh!" Raline menggerutu.

Darius hanya tersenyum melihat reaksi Raline yang ogah-ogahan menghadap ke jendela bersiap menerima kedatangan burung pos yang lain.

"Oh tidak! Yang ini terluka!?" Raline panik lalu berlari ke luar ruangan.

Raline kembali dengan seorang perawat yang hendak membantu mengobati si merpati. Beberapa saat Raline memperhatikan perawat itu begitu cekatan mengobati si burung merpati.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang