*Tahun 0004, bulan 01, hari 18, pukul 08.30 Waktu Negeri Timur.
Di lereng Gunung Slamet.
Belpeghor nampak sedang sibuk membuat ukiran pada sebuah batang kayu menggunakan pisau kecil.
"Apa yang sedang kau lakukan kek?" tanya Roben yang memperhatikan sambil memotong daging untuk menyiapkan sarapan.
"Aku sedang membuat bidak catur?" jawab Belphegor enteng.
"Bidak catur? Kau hendak bermain catur? Maaf jangan tersinggung, maksudku dengan keadaanmu sekarang, melihatmu mengukir saja sudah membuatku khawatir kalau pisau itu malah menyayat jarimu sendiri."
Belphegor tersenyum mendengar ucapan Roben. Mata Belphegor memandang ke arah yang berbeda, memandang ke arah manapun tetap sama saja baginya, namun jari-jarinya masih sibuk mengukir dan kemudian meraba setiap hasil sayatan pisau, memeriksa bentuk dan hasil ukirannya.
Belphegor menghentikan sejenak ukirannya. Berjalan ke arah suara Roben, kemudian menunjukan buah karyanya.
"Kuda? Aku tak percaya kau bisa mengukir bidak ini? Rapi sekali! Berarti dulu kau pernah melihat bentuk bidak catur?" Roben menatap tak percaya pada Belphegor.
"Aku belum pernah melihatnya. Aku buta dari lahir, tapi dulu aku sering memainkannya bersama majikanku. Dia yang mengajariku bermain catur, hingga aku dapat membayangkan berapa jumlah kotaknya dan posisi setiap bidak yang berpindah."
"Jadi kau mengukir bidak ini karena kangen bermain catur dengan majikanmu ya?"
"Bisa dibilang begitu, tapi kali ini aku membuat bidak ini untuk seseorang dan aku hendak mengajarinya bermain catur," ucap Belphegor.
"Begitu ya, ngomong-ngomong siapa majikanmu dulu? Maksudku, kau saja sudah begitu hebat bagi kami, apalagi majikanmu," Roben penasaran.
Belphegor tersenyum,"Namanya Solomon Starr. Dia dan semua keturunannya adalah majikanku."
"Solomon Starr? Rasanya aku pernah mendengar nama itu, tapi dimana ya?" Roben bergumam, memikirkan nama yang tidak asing baginya.
Belphegor tak membantu menjawab, dia berdiri kembali, berjalan ke tempat lain, meletakkan bidak kuda yang baru dibuatnya bersama dengan bidak catur lain yang telah dia ukir.
'Tugasku sekarang menunggu waktu yang tepat untuk menemui kembali keturunan David.'
*****
Di halaman belakang rumah Gubernur Kota Lindung.
Poni tergopoh-gopong ke halaman belakang mencari Darius, didapatinya Darius sedang fokus menarik anak panah berjenis composite arrow pada busur tipe recurve bow dengan ukuran 70 inchi.
Sepertinya Darius sedang membidik target papan berbentuk lingkaran yang memiliki 10 lapisan lingkaran, dengan diameter total 122 cm. Papan itu dipasang di kejauhan 90 meter dari tempatnya memanah. Dalam keadaan seperti itu seorang asisten seharusnya menunggu, tapi tidak bagi Poni.
"Raja Anthony Wyvern sudah DATANG!" Poni menekankan kata pada kalimat terakhir, sengaja ingin mengagetkan tuannya.
Anak panah meluncur meninggalkan busur, melesat menembus aliran udara, menyimpang dari papan target dan dalam hitungan detik menancap tepat di pohon, 30 meter di belakang papan target.
"Hahaha! ... Baru kali ini aku melihat Darius sang pemanah ulung meleset dari sasarannya," kurang ajar betul asisten yang satu ini.
Darius tetap tenang menurunkan busurnya,"Aku memang tidak mengincar papan target, yang aku incar adalah cicak yang ada di pohon itu," Darius tersenyum pada Poni.
![](https://img.wattpad.com/cover/182975435-288-k714192.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencari Arwah
Mystery / ThrillerKisah pemuda bernama Ravi yang bertugas sebagai seorang Seeker (pencari) orang - orang yang hilang, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Berbekal kepekaan mata batinnya, Ravi menggunakan kelebihannya untuk berkomunikasi dengan para arwah...