38. Post Bird

614 75 188
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 19, pukul 11.30 Waktu Negeri Timur.

Di Pasar Siangin-angin.

Suasana pasar berlalu seperti hari biasanya, selalu ramai dan berdesakan, meskipun sudah mendekati jam makan siang.

Sekelompok geng ibu-ibu sedang melancarkan aksinya pada sebuah lapak pedagang baru, tujuan mereka hanya satu, menjatuhkan mental pedagang agar mau menjual dengan harga murah.

"Apa jarimu itu tidak salah? Kain seperti ini dijual seharga 4 koin emas? Yang benar saja?" seorang ibu bertubuh gemuk memulai provokasi karena melihat si penjual menunjukan kode 4 jari untuk memberi tahu harga kainnya.

"Toko lain tidak menjual semahal itu lho!?" sesuai skenario, ibu-ibu rekannya yang lain ikut meramaikan suasana.

"Kau ini pedagang atau perampok?"

"Kalau kau bisa murahkan harganya, kami bisa bantu promosi kepada teman-teman kami yang lain, supaya beli daganganmu, tapi kalau tidak bisa, ya terserah! Siap-siap rugi saja."

Si penjual masih bersikap tenang saja menghadapi serangan dari geng ibu-ibu, dia hanya tersenyum dan menjawab dengan gelengan kepala.

"Belagu banget sih!? Asal kamu tau ya, di sudut pasar sana ada yang berjualan kain sutera, kami biasa belanja di sana. Kalau bukan karena kebaikan hati kami pada pedagang baru sepertimu, mana mau kami belanja di sini. Iya tidak ibu-ibu?"

"Iya betul. Niat kami kan baik mau membantu daganganmu. Apa susahnya sih dimurahkan? Itung-itung harga promosi." Ibu yang lain ikut menimpali.

Melihat kerepotan rekannya, Rey sama sekali tidak berniat membantu, melihatnya saja sudah cukup membuat Rey memijat-mijat kepalanya sendiri. Kalau saja yang bertugas untuk melayani pembeli itu Rey, mungkin dia sudah hilang kesabaran sedari awal.

Sebenarnya tanpa menjual dagangan pun tidak masalah bagi mereka, karena itu dagangan itu hanya kedok semata, tujuan utama mereka hanyalah menuntaskan misi dan menjalankan rencana cadangan untuk menghadang Frank dan Novita Slynn bila kabur ke dermaga.

Seekor burung pos tampak berputar-putar di atas pasar, matanya jeli mencari manusia yang dia cari. Sampai akhirnya mata si burung berhasil menemukan manusia yang dia kenal.

Burung pos itu hinggap di salah satu tumpukan kotak di dekat Rey, sengaja mematuk-matuk kotak kayu agar mendapat perhatian.

Rey segera mendekati burung pos tersebut. Rey sangat mengenali burung itu, burung merpati milik bosnya.

Rey berhasil mengambil surat dari punggung burung pos. Sebelum membuka surat itu, Rey sengaja memberi beberapa butir jagung sebagai upah jasa kepada si burung, burung itupun segera terbang kembali kepada pemiliknya.

"Ada pesan apa Rey?" Anggota kelompok Assassin yang lain berbisik Ray, menunggunya memberikan info, tapi di tengah kebisingan suara ibu-ibu di hadapan mereka dan ditambah suara hiruk pikuk pasar, Ray memilih memberi info melalui kode tangan.

'Misi sudah A berhasil. Frank dan Novita Slynn sudah dibunuh di Bukit Khur. Segera berkumpul di Hutan Lindung.'

Anggota yang membaca kode itu tersenyum senang, lalu ikut memberikan kode balasan.

'Kalau begitu secepatnya kita harus pergi dari sini!'

'Oke, buat pengalihan!'

"Heiii lihat! Mereka saling bicara dengan kode tangan, ternyata mereka semua bisu! Pantas saja diajak ngomong daritadi diam saja. Tau gitu tadi enggak usah capek-capek ngomong!"

Anggota assassin tersenyum kembali mendengar jawaban si ibu-ibu, lalu menyodorkan setumpuk kain sutera kepada si ibu-ibu.

"Kalau harganya sepakat, aku baru mau!" kata si ibu sedikit memalingkan muka.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang