62. Bank

223 38 5
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 29, pukul 23.00 Waktu Negeri Utara.

"Selamat malam Tuan Phasi Nidae, maaf tapi ada tidak boleh masuk ke sini-"

Sebelum si penjaga melanjutkan kalimatnya, Phasi Nidae sudah mengeluarkan surat berisi persetujuan yang ditanda tangani oleh Kuko Urs, Kepala Seeker Negeri Utara--yang mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Satgas Penyelesaian kasus pulung gantung.

Phasi Nidae menatap sejenak pohon randu tempat di mana 60 orang prajurit dari Negeri Timur serta 6 penjaga dari Negeri Utara ditemukan tewas gantung diri.

Dengan wajah lelah, Phasi Nidae menggeleng lalu berjalan menyibak dua lembar garis pembatas berwarna kuning yang mengitari pohon Randu.

"Dari sini biar aku sendiri," ucap Phasi pada kedua pengawalnya yang sontak berhenti sebelum menyentuh garis kuning. Ada rona sumringah dari kedua wajah pengawalnya, mereka bersyukur tidak ikut masuk ke salah satu kawasan angker di Negeri Utara itu, apalagi baru terjadi gantung diri massal yang makin menambah kengerian Hutan Randu.

"Aku akui Tuan Phasi sungguh pemberani, benar kata orang tentang dia," bisik salah satu pengawal.

"Iya sih, tapi buat apa semua itu, kalau dengan istri sendiri saja takut, dasar ISTI! Ikatan Suami Takut Istri ... Haha ... Uhuk! Kenapa menyodok ku?"

"Pelankan suaramu bodoh! Tuan Phasi masih belum jauh."

***

"Si Auer-"

"Ehh ... Aruel, ck! Bukan juga!"

"Aur-aurel Swan, namanya susah sekali dieja! Kenapa saudaraku harus mengangkat murid pembawa masalah seperti dia, dasar berandal. Satu masalah belum selesai, ditambah masalah yang lain. Huft." Sepanjang perjalanan Phasi bergumam.

Setelah beberapa lama berjalan, Phasi sedikit menengok ke belakang, berbisik pada sosok khodam berwujud rusa yang selalu setia mengikutinya. 

'Mereka sudah mengetahui kedatanganku, Shokka?'

Phasi berkomunikasi dalam hati dengah khodamnya.

'Sudah ... Untuk berjaga-jaga apakah perlu ku undang Reindeer dan keluarga rusa yang lain kemari?'

'Tidak perlu. Kamu juga tidak perlu ikut masuk.' 

Beberapa kali mata Phasi Nidae tampak kosong, terlihat tidak fokus. Dahinya berkerut karena memikirkan banyak hal. Tinggal menunggu kapan semua beban itu akan meledak.

'Tapi, usia mereka sudah lebih dari 2.000 tahun, mereka bukan makhluk yang sembarangan-'

"Jangan melawan perintahku! Kamu sudah mendengar jawabanku tadi." Suara lantang Phasi terlepas, membahana di hutan randu yang sepi. Emosinya tiba-tiba meluap, lalu diiringi penyesalan di detik berikutnya. 

'Maaf. Kamu sudah tahu kan aku paling tidak suka dibantah.'

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang