37. Jurnalis

632 79 192
                                    

*Tahun 0004, bulan 01, hari 19, pukul 08.30 Waktu Negeri Timur.

Di Dermaga Siangin-angin.

Suasana dermaga yang terbiasa ramai sekarang bertambah heboh karena kehadiran rombongan pasukan berkuda yang dipimpin Darius. Ratusan kaum hawa dari remaja hingga ibu-ibu bersorak menggila terpukau dengan ketampanan Darius. Tidak seperti reaksi warga di Hutan Lindung yang sudah terlalu banyak menerima cobaan, hingga tidak punya waktu untuk menggilai lelaki setampan Darius.

Rombongan pasukan berkuda sudah masuk seluruhnya ke dalam kapal feri, menyisakan Darius dan Raddit yang hendak berpamitan dengan Ravi, Ardo Whales, Erik serta keluarga Sheepfold yang datang tiba-tiba setelah mendapat kabar mendadak dari petugas de...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rombongan pasukan berkuda sudah masuk seluruhnya ke dalam kapal feri, menyisakan Darius dan Raddit yang hendak berpamitan dengan Ravi, Ardo Whales, Erik serta keluarga Sheepfold yang datang tiba-tiba setelah mendapat kabar mendadak dari petugas dermaga. Keluarga Sheepfold tampak sedikit kecewa tidak bisa memberikan jamuan semestinya sebelum kepulangan Darius.

Setelah selesai berpamitan, Darius melambaikan tangan kepada para warga dan bersiap memasuki kapal feri, namun langkahnya tertahan karena kudanya tidak mau beranjak masuk ke kapal feri. Darius menarik lagi tali kekang kuda Magenta, tetap saja kuda itu bergeming.

Darius mendekati Magenta dari samping sengaja menghindari kontak mata langsung dengan kudanya yang sedang ngambek. Darius hendak mengusap kepala Magenta, berharap dengan begitu Magenta mau luluh dan mau masuk ke dalam kapal, tapi Magenta malah mendongakkan kepala menolak disentuh oleh Darius.

"Biar saya saja yang lakukan." Raddit menawarkan diri untuk membujuk Magenta, tapi kuda itu malah meringkik, mengangkat dua kaki depannya tinggi seperti hendak menendang. Semua warga yang melihat kejadian itu berseru kaget.

"Ada apa denganmu, Magenta?" Darius mengulurkan tangannya ke depan wajah Magenta, agar Magenta bisa mengendus aroma Darius dan membuat Magenta percaya kepada tuannya kembali, tapi kuda itu malah berpaling, lalu berjalan ke arah belakang.

Darius tidak mengerti apa yang diinginkan Magenta. Dengan terpaksa Darius berjalan mengikuti Magenta kembali ke belakang disusul oleh Raddit.

Magenta tiba-tiba menghentikan langkahnya di depan Ravi, memandang wajah Ravi lekat lalu kuda itu meringkik, tapi Ravi tidak paham bahasa kuda. Ravi menolehkan pandangan ke kanan dan ke kiri berharap ada yang bisa membantunya untuk menerjemahkan.

"Magenta, kamu mau apa?" seru Darius di belakang Magenta, tapi kuda itu hanya menoleh sebentar ke arah Darius lalu berpaling lagi menatap Ravi dan meringkik kembali.

"Maaf aku tak paham bahasa kuda," ucap Ravi polos menatap kuda di depannya.

Magenta tampak berjalan kembali, kali ini memutari tubuh Ravi, membuat Ardo Whales terpaksa mengalah minggir untuk memberi ruang. Magenta akhirnya berhenti terdiam di balik punggung Ravi menatap ke arah Darius.

Darius terdiam sejenak menatap tingkah laku Magenta yang sangat tidak biasa, kemudian mengalihkan pandangannya menatap ke arah Ravi. Darius berusaha mencerna apa yang terjadi.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang