14. Salamander

1.1K 182 537
                                        

*Tahun 0004, bulan 01, hari 13, pukul 09.00 Waktu Negeri Timur.

Rombongan 30 truk terlihat melaju beriringan menuju Bukit Slarang.

"Sudah 4 tahun berlalu sejak perang besar keempat terjadi, kukira dengan dibuatnya penanggalan baru oleh semua negeri, trauma pasca perang akan menghilang dan kedamaian yang baru akan tercipta, ternyata sebagian dari kita masih menginginkan peperangan," ucap Pak Abdul sambil mengemudikan truk.

"Brengsek mereka itu! Lihat saja Si Novita, sudah kaya, sudah jadi Walikota, masih saja memperalat warganya sendiri," umpat Pak Kimin yang duduk di sebelah kemudi Pak Abdul.

"Iya, peperangan terjadi karena kerakusan manusia, selalu merasa tidak puas dan bersyukur dengan apa yang dimiliki," ucap Pak Abdul lagi, sambil melirik ke arah Pak Kimin yang sedang sibuk menggaruk lengannya yang terlihat memerah.

"Itu gatal terkena ulat?" tanya Pak Abdul.

"Eggak tau, habis disuntik oleh Ratna tadi jadi begini, jangan-jangan dia salah obat? Dokter kok bisa salah obat?" keluh Pak Kimin.

"Husst! Sebelum acara dimulai kan Ratna sudah info ke kita, bius dari Novita sudah ditukar dengan cairan infus biasa. Jangan terlalu menyalahkan Ratna, dia sudah baik tidak menjadi antek Novita dan mau menolong kita, lagipula dia itu bukan Dokter," Pak Abdul menjelaskan.

"Hehhh? Ratna bukan Dokter?" Pak Kimin kaget.

"Lha iya, usianya saja baru 18 tahun, masih baru lulus sekolah dari SLTA, tapi memang mengambil jurusan perawat dan kudengar dia sedang magang sebagai bagian kesehatan di tambang."

"Pantas saja, tadi nyuntik aku enggak bisa-bisa? Sampai 15 suntikan di tangan kanan-kiri! Lihat nih sampai bengkak tanganku!" keluh Pak Kimin yang tangannya terlihat bengkak memerah di beberapa titik bekas suntikan, tampak seperti disengat lebah.

"Hahaha ... Pembuluh darahmu ngumpet kali jauh di bawah lemak, jadi susah untuk dimasuki jarum suntik, atau Ratna grogi karena melihat wajahmu yang mesum ... hahaha," ledek Pak Abdul.

"Sembarangan, walaupun aku duda, tapi aku enggak minat sama daun muda. Asal kamu tau, warga lain juga disuntik berkali-kali oleh Ratna, jarang yang sekali suntik langsung berhasil. Kamu sendiri berapa kali suntikan?" tanya Pak Kimin.

"Enggak ada, aku enggak disuntik ... hehe," ucap Pak Abdul meringis sambil tetap mengemudi.

"Kok bisa?" Pak Kimin protes.

"Ya, aku kan sudah tau itu vaksin pura-pura, jadi aku enggak perlu ikut lah," jawab Pak Abdul enteng.

"Sial kau Abdul!" ucap Pak Kimin jengkel.

"Hahahaha." gelak tawa Pak Abdul bercampur dengan suara deru mesin truk.

*****

Di area tambang.

Nyi Anti melihat area tambang, ribuan gagak terbang berputar di udara, tanah sudah dipenuhi darah, bagian tubuh, mayat dan senjata berserakan dimana-mana. Nyi Anti juga melihat Salamander baru saja melahap Gombel.

"Salamander! Hei ... hei lihat sini nak! Ini aku ibumu, kau tidak mengenaliku?" teriak Nyi Anti sambil berlari mendekat ke arah Salamander.

Sepertinya Salamander mengenali suara Nyi Anti yang terdengar samar dari kejauhan, kepalanya menoleh ke arah Nyi Anti yang datang mendekat.

Ravi keluar dari persembunyian, tubuhnya terlihat terluka di beberapa bagian karena menghindari amukan Salamander.

"Nyi Anti awas jangan mendekat! Makhluk ini berbahaya! Dia baru saja memakan Gombel," teriak Ravi pada Nyi Anti karena khawatir.

Pencari ArwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang