Kisah pemuda bernama Ravi yang bertugas sebagai seorang Seeker (pencari) orang - orang yang hilang, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati.
Berbekal kepekaan mata batinnya, Ravi menggunakan kelebihannya untuk berkomunikasi dengan para arwah...
Tahun 0004, bulan 01, hari 22, pukul 09.30 Waktu Negeri Utara.
Bagian 1.
'Kupikir waktunya masih beberapa hari lagi, tapi kini aku sudah berdiri di altar ini?'
Di sebuah altar di tengah taman bunga, matahari bersinar hangat. Cahayanya menerma paras cantik Raline yang terlihat gugup. Dia lebih merasa percaya diri di medan perang daripada berdiri di altar menanti sebuah janji.
Tangan Raline begitu kentara gemetar memegang seikat bunga. Rambut coklatnya dibiarkan terurai tertiup angin, berkibar dengan kilau coklat keemasan. Kali ini Raline tak berani menatap Darius, calon suaminya yang begitu tampan dengan baju formal putih selaras dengan gaun Raline.
"Kalian sudah siap?" tanya penghulu yang berdiri di antara mereka berdua. Keduanya kompak mengangguk dan tersenyum malu.
"Pada hari ini, kunikahkan Darius putra Umara Khan dengan Raline putri Raddit Equus-"
'Tunggu namaku bukan Raline, dan waliku bukan Raddit Equus, seharusnya ayah kandungku berada di sini?' Batin Raline bergejolak.
"-Apakah kalian berjanji akan saling mencintai dan saling menjaga hingga akhir hayat?" Penghulu itu memandang mempelai berdua, menunggu jawaban.
"Aku bersedia," jawab Darius dengan mantap, diiringi senyuman yang membuatnya semakin menawan.
"Lalu Raline?" tanya penghulu.
'Namaku bukan Raline, kenapa mereka tidak memanggil dengan nama asliku?'
Di sekeliling altar angin tiba-tiba berontak, bertiup kencang membawa sekumpulan awan gelap bergulung-gulung mendatangi mereka. Kelopak bunga dan daun-daun beterbangan dikalahkan angin yang mulai merusak acara pernikahan.
Seiring datangnya kegelapan di langit, dari ujung daratan muncul rombongan berkuda sekitar 200 penunggang kuda dengan panji hitam. Para penunggangnya memakai topeng burung hantu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Itu Assassin! Pasukan bersiap!" teriak Raddit Equus menghunus pedang, meninggalkan resepsi pernikahan putrinya dan maju memimpin pasukan.
Darius memegang erat tangan Raline. "Aku juga harus ikut bertempur."
'Tolong jangan pergi.'
Darius tak mampu mendengar suara hati Raline. Darius segera berlari naik ke atas kudanya menyongsong kedatangan assassin yang datang secara menyebar.
Di atas kudanya, Darius langsung bersiap merenggangkan busur mengincar kepala salah satu assassin, sebelum dia sadar akan kedatangan seorang assassin tak berkuda dari arah kanannya. Mereka sudah menyusup sebelum resepsi dimulai. Darius terlambat bereaksi.
KRASSSSSSSHHHHHH.
Darah menyembur saat paha kuda Darius tertebas pedang assassin. Kuda itu meringkik kesakitan dan ambruk ke sisi kiri. Sial bagi Darius, dia terlambat untuk melepaskan diri. Kaki kirinya tertimpa badan kuda, dan menimbulkan bunyi gemerak tulang yang patah. Darius menjerit kesakitan.