Jungkook mampu merasakan bagaimana urat-urat tubuhnya perlahan-lahan mengendur, tenaganya nyaris hilang ketika Yugyeom menyingkap pakaiannya secara paksa, mengecup basah area lehernya bahkan dengan sengaja meninggalkan jejak disana, tangannya tidak tinggal diam, masuk ke dalam celana dan meremas pantatnya berulang kali. Lelaki itu seperti orang yang kesetanan dan Jungkook merasa semakin ketakutan. Ia masih berusaha memberikan perlawanan dengan kekuatan yang seadanya, menghindar dan mendorong bahu Yugyeom untuk menjauh dari tubuhnya berulang kali sampai lengannya di tarik paksa, digenggam kelewat kuat dan ia hanya mampu meringis kesakitan dengan air mata yang tak kunjung mereda. Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali, berusaha menjaga kesadarannya yang mulai mengikis—— ia tidak boleh menyerah sekarang. Terus bergumam dalam hati untuk mencoba pergi menyelamatkan diri kendati kemungkinannya kecil.
"Tolong, jangan——" suaranya yang bergetar tersendat oleh napasnya yang memburu, Jungkook sekali lagi berusaha menghindar ketika ciuman Yugyeom mulai turun ke area dadanya. "Jangan, jangan" pintanya berulang-ulang diiringi tangisan frustasinya yang terdengar keras. Berharap Yugyeom akan mendengarnya, kemudian merasa iba sedikit saja padanya. Sayangnya, sampai ketika dadanya menjadi mainan sekalipun lelaki itu tak kunjung berhenti. Jungkook total kacau, dengan wajah yang sepenuhnya basah oleh air mata dan suara yang hampir habis karena terus menangis.
"Yugyeom" panggilnya dengan suara yang terdengar lirih dan serak, beberapa kali sampai akhirnya Yugyeom mendongak, menatap ke arahnya dengan sorot kelaparan yang teramat memuakkan sekaligus menakutkan bagi Jungkook. "Tolong berhenti" pintanya sekali lagi hingga membuat Yugyeom terdiam untuk sejenak. Lalu sebelum Yugyeom sempat melanjutkan aksi gilanya, Jungkook mengambil kesempatan dengan mendorongnya secara kasar, menghempaskan cengkraman pada lengannya kemudian sebelum Yugyeom sempat melawan atau bahkan menghindar, Jungkook sudah membubuhkan dua kali pukulan dan tendangan hingga membuatnya jatuh keatas lantai ruangan VVIP itu.
Pekikan Lea terdengar memenuhi ruangan, Jungkook buru-buru pergi setelah sebelumnya membanting ponsel perempuan itu. Ia berlari menuju parkiran seraya mengancing asal seragam sekolahnya yang terbuka, bergerak cepat menaiki motornya dan melajukannya tanpa sempat mengatur napasnya yang memburu hebat, tangisannya masih belum berhenti, tubuhnya bergetar dan menggigil ketakutan, sampai nyaris membuatnya jatuh di tikungan. Ia berhenti sejenak, meluapkan tangisannya seraya terus menoleh kebelakang guna memastikan tidak ada yang mengejarnya, lalu seakan diburu waktu, ia kembali melajukan kendaraannnya meski separuh tubuhnya mulai kesulitan digerakkan. Beruntungnya, ia sampai dengan selamat diparkiran kosan Taehyung, turun dari motor dengan tubuh yang luar biasa lemas, Jungkook hanya mampu berjongkok setelahnya disamping motornya sendiri, mengambil ponselnya dengan terburu-buru kemudian mendial nomor baru milik Taehyung.
"Taehyung" panggilnya ketika sambungan telepon terhubung, tangisannya menjadi kian parau, meski kesulitan berucap bahkan mengambil napas, Jungkook tetap melanjutkan dengan suaranya yang bergetar, "pulang, kosan mu"
"Tunggu" Begitu katanya tanpa mematikan sambungan telepon. Jungkook melipat kedua lengannya diatas lutut, menyembunyikan wajah dilipatan tangannya dan menangis semakin keras. Sementara, diseberang sana Taehyung dapat mendengarnya dengan jelas seraya mengendarai motornya seperti orang yang kesetanan, dengan rahang yang mengeras dan wajah yang memerah menahan amarah.
Taehyung sampai sekitar lima belas menit kemudian, lima belas menit lebih awal dari waktu yang biasanya ia habiskan untuk sampai ke kosannya. Langsung turun dari motornya dan menemukan Jungkooknya tengah menangis sendirian, ia berjalan mendekat, terlihat kesusahan menelan salivanya sendiri sebelum memanggil pelan, "Jung" lalu ketika Jungkook mendongak dengan wajahnya yang memerah dan basah, Taehyung secara refleks menahan napas sekilas, bersamaan dengan itu hatinya terasa seperti ditimpa baja—— sakit. Sakit sekali melihat Jungkooknya menangis kacau seperti saat ini.
"Taehyung" Taehyung menghela napas berat, mengamati penampilan Jungkook yang terlihat acak-acakan; pakaiannya tidak terkancing dengan benar, rambutnya berantakan, dan tubuhnya yang bergetar hebat. Taehyung total tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi pada Jungkook, tapi ketimbang melemparkan banyak pertanyaan, ia justru ikut berjongkok dan membantu Jungkook untuk berdiri, menopang tubuhnya yang lemas dan memeluknya dengan erat. "Maaf" bisik Jungkook tepat ditelinganya, diiringi tangisannya yang semakin meluruh dibahu Taehyung, seolah tengah mengadu kesakitan.
"Siapa?" Taehyung melunakkan nada bicaranya, tangannya bergerak mengusap perlahan punggung Jungkook yang menengang. "Siapa yang buat lo kayak gini?" Tanyanya mengalun tegas tanpa menuntut, ia terdiam sejenak untuk menunggu jawaban Jungkook, hampir saja menyerah karena mungkin Jungkook butuh waktu untuk menjawab, sampai ketika dua nama disebutkan dengan nada ketakutan, rahang Taehyung kembali mengeras.
"Yugyeom, Lea"
"Lo diapain?" Kali ini diucapkan dengan penuh penekanan.
"Mereka" Jungkook berhenti sejenak, memberi jeda dengan menghela napas berat. "mereka lecehin gue" katanya.
"Bangsat" makinya seraya mengepalkan kedua lengannya dibalik punggung Jungkook, usapannya terhenti, Taehyung memejamkan matanya guna menahan emosinya yang siap meledak, bersamaan dengan itu air mata turun melewati pipinya tanpa permisi—— ia merasa sama sakitnya. Sebab, Jungkooknya yang berusaha Taehyung jaga, justru disakiti sebegini hebatnya oleh sosok bajingan gila. Taehyung mengusahakan segala cara agar senyum Jungkooknya tidak hilang, tapi orang lain dengan begitu mudahnya menghancurkan segala usahanya bahkan hanya dalam satu kedipan mata.
"Maaf, maaf karena nggak bisa jaga diri. Taehyung pasti benci" Taehyung menghembuskan napas panjang, menggeleng beberapa kali, bahunya meluruh jatuh, tangannya yang terkepal kini digunakan untuk menggendong tubuh Jungkook, membawanya masuk ke dalam kamar kosannya. "Taehyung, Jungkook menjijikan sekarang"
"Sssttt... Kita masuk ya? Duduk dulu ya?" Jungkook menggeleng, mengeratkan pelukannya, tidak ingin diturunkan untuk duduk diatas kursi setelah masuk ke dalam kamar kosan Taehyung. Sementara Taehyung sendiri tidak banyak berkomentar, membiarkan Jungkook duduk diatas pangkuannya seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Taehyung. Si kekasih masih terus menangis, air matanya seakan tidak ada habisnya. "Mau minum? Jungkook haus?" Taehyung menawarkan dengan lembut, dibalas gelengan pelan oleh Jungkook sebagai tanda penolakan.
"Taehyung, gue jijik sekarang. Gue kotor. Yugyeom, Yugyeom cium gue bahkan sampe gue kesusahan buat napas" katanya lagi dengan nada suara yang terdengar frustasi, tangannya bergerak cepat mengusap bibirnya sendiri dengan kasar, berulang kali, tidak peduli jika bibirnya akan berakhir lecet. Taehyung melepas paksa pelukan keduanya, memegangi kedua tangan Jungkook, berusaha menghentikannya. Jungkook buru-buru menunduk ketika Taehyung menatapnya dengan tatapan yang dalam, begitu tajam meski sorotnya berpendar lembut. "Sekarang gue udah menjijikan, kotor, jorok"
"Karena lo belum mandi"
Jungkook menggeleng lagi, "kotornya nggak bisa dibersihin, ini bakal membekas selamanya. Taehyung, nggak papa kalo mau pergi, guenya emang udah nggak pantes"
"Jangan ngomong gitu" sambar Taehyung cepat. "Yugyeom ngapain aja? Bilang sama gue"
Jungkook kembali terisak ketika bayangan tadi singgah di kepalanya, "jahat. Dia jahat." Katanya. "Dia cium gue sampe susah napas, gue berusaha dorong tapi tangannya malah di tarik, digenggam kasar sampe sakit" Jungkook meringis, menatap pergelangan tangannya yang kini memerah, Taehyung ikut menatapnya dengan nanar, lalu mengusapnya perlahan-lahan. "Dia jilat..." Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya, tak sanggup melanjutkan ceritanya tapi tak ingin berhenti disana.
"Dia jilat leher gue, terus turun sampe dada. Gue kotor Taehyung" Taehyung menahan napasnya, menemukan beberapa tanda di leher Jungkook. "Dia remas pantat gue, gue lemes, tapi harus pergi secepatnya" Jungkook kembali menggigil ketika mengingatnya. "Sakit, rasanya sakit" adunya lagi.
"Gue inget Taehyung yang selalu jagain gue. Maaf"
"Bukan salah lo"
"Taehyung boleh pergi setelah ini, tapi tolong anterin gue pulang ke rumah, kakinya nggak bisa jalan"
Taehyung merunduk mengecup punggung tangan Jungkook berulang kali, ia menggeleng pelan sebelum mendongak dan menatap Jungkook tepat di matanya, "jangan suruh gue pergi sayang, gue nggak mau" sebelah tangannya terangkat, mengusap pipi Jungkook perlahan-lahan. Dia terkekeh kecil, berujar dengan penuh kelembutan "sayangnya gue ini nggak kotor, nggak menjijikan, selalu cantik, selalu bersih. Gue yang jaga" Taehyung tersenyum begitu mempesona, berusaha menenangkan kendati hatinya juga ikut terluka dan matanya berkaca-kaca.
_•_
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
ФанфикHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...