berjalan baik-

2.2K 289 27
                                    

Hari itu nyaris saja berjalan seperti yang di harapkan Jungkook; sekolah ternyata tidak seburuk perkiraannya, rasa-rasanya malah tidak ada yang berubah sebab semua justru berjalan sebagaimana biasanya, bahkan kelasnya terlampau terasa tenang—— seolah ada yang merencanakan sebelumnya, teman-teman sekelasnya seakan-akan sepakat untuk tidak membahas perihal alasan dibalik dikeluarkannya Lea, padahal Jungkook yakin jikalau topik itu tengah menjadi bahan obrolan panas di seantero sekolahnya, dan kelasnya biasanya tidak pernah ketinggalan perihal berita yang menghembohkan seluruh warga di sekolah.

Tetapi, yang ia dapati pagi itu tepat di jam pergantian pembelajaran kedua, sampai waktu pembelajaran selesai pada pukul setengah tiga sore, anak-anak kelasnya kompak tidak membahas hal-hal yang berkaitan dengan Lea. Mereka hanya melemparkan ledekan sekali pada Jungkook akibat keterlambatannya masuk sekolah lagi setelah absen tidak hadir selama tiga hari, selebihnya nihil; rangkaian adegan buruk di kepalanya sejak semalam justru tidak ada satupun yang terjadi, semuanya meluruh bersamaan dengan kegiatan yang Jungkook lakukan sepanjang hari itu di sekolah—— atau sebenarnya Jungkook saja yang tidak tahu, jikalau berita dikeluarkannya Lea memang tidak mengejutkan pihak manapun.

“Kok aneh?”

“Apa?” Jimin yang berjalan disebelahnya sembari meneguk sekaleng soda itu menoleh ke arah Jungkook dengan kening berkerut, kebingungan dengan kalimat tanya yang dilemparkan Jungkook. Keduanya baru saja selesai berlatih untuk penampilan lusa nanti di acara ulang tahun sekolah. “Apa yang aneh?” ulangnya lagi, melirik kanan dan kirinya yang sudah cukup sepi, beberapa orang telihat berlalu lalang dari ruang osis menuju aula utama, kemungkinan anak-anak osis tengah mengecek perlengkapan untuk acara nanti.

Jungkook berdehem beberapa kali sebelum mendekatkan wajahnya pada Jimin, ia berbisik pelan, berharap agar tidak ada yang mendengar suaranya bahkan semut sekalipun, "Kok nggak ada yang bahas alasan di keluarinnya Lea?” mengangguk paham, Jimin balas berbisik kecil, “Yang pernah dikeluarin bukan cuman dia aja kali” sahutnya santai.

“Tapi kan, alasan dia dikeluarin pasti bikin heboh”

Jimin mengerjap beberap kali, “Taehyung nggak kasih tahu?” Tanyanya kembali bersuara normal.

“Kasih tahu apa?”

“Alasannya…” memberi jeda, Jimin berdehem seraya menghentikan langkahnya, ia menoleh ke berbagai arah, kemudian kembali mengecilkan volume suaranya, “Alasannya kan sengaja disembunyiin, kakak lo yang minta langsung waktu dia ke sekolah buat laporin Lea. Gue tahu dari Taehyung” Jungkook terdiam untuk sesaat dengan bibir yang setengah terbuka, sedikit terkejut juga merasa dibodohi; ketakutannya beberapa hari lalu, sekarang terasa tidak ada artinya.

Lalu kekesalannya mendadak membumbung tinggi, tidak ada yang memberitahunya perihal itu. Tidak dengan kakaknya yang menyebalkan ataupun dengan Taehyung. Ia mendengus, memaki dalam hati, Kim Taehyung, sialan.- Jungkook mengepalkan masing-masing tangannya seraya mempercepat langkahnya untuk sampai diparkiran, tempat si kekasih sudah menunggunya. Jimin yang mengekor santai dibelakangnya hanya mampu menggelengkan kepalanya, sudah dapat dipastikan perang akan terjadi.

“Dasar sialan” Cibir Jungkook diiringi pukulan yang cukup keras pada punggung Taehyung, si korban refleks mengaduh kesakitan ketika punggungnya terasa panas, ia berusaha menghindar ketika Jungkook siap membubuhkan pukulan-pukulan lainnya. “Brengsek lo”

“Apaan sih tiba-tiba mukul terus marah-marah”

“Lo anjing, brengsek, jelek lo" Taehyung menahan kedua tangan Jungkook, berusaha menghentikan pergerakannya. Ia melempar tatap pada Jimin yang malah mengangkat bahu acuh seraya berjalan menjauh menuju gerbang, sebelah tangannya terangkat melambai-lambai di udara, Taehyung berdecak. “Jahat lo, seneng ya buat gue takut?”

“Apa anjing, diem dulu. Jelasin yang bener”

Jungkook menghentikan aksi menendangnya, kemudian menghela dan menghembuskan napas panjang berulang kali sebelum bertanya ketus, suaranya terdengar setengah berbisik, “Kenapa lo nggak bilang kalo alasan dikeluarin Lea disembunyiin? Gue udah ketakutan dari semalem, anjing” terdiam untuk sesaat Taehyung menghela napas panjang, kemudian mendudukkan bokongnya pada jok motornya. “Jawab!”

“Ayah kan udah bilang Jungkook waktu ketemu lo, ayah bilang dipastiin kalo lo bakal aman, gue juga udah bilang nggak usah takut meskipun gue nggak bisa prediksi kalo semua bakal baik-baik aja” Kini giliran Jungkook yang terdiam, ia kembali mengingat percakapannya dengan ayah Taehyung tempo hari lalu, pun pada kalimat Taehyung yang tanpa sadar seringkali diucapkan berulang beberapa hari belakangan ini.

“Kenapa nggak langsung bilang aja kalo kak Seokjin ambil tindakan sih”

Taehyung mendengus, “Ya udah, gue salah, maaf” akunya pada akhirnya. Jungkook memutar bola matanya malas, mengibas-ngibaskan tangannya di depan Taehyung tanda bahwa ia menolak permintaan maaf Taehyung yang terkesan tidak ikhlas.

“Yang bener”

“Maaf” Sekali lagi, kali ini jauh terdengar lebih baik dari pada sebelumnya. Taehyung meraih sebelah lengannya dan keduanya berpandangan untuk beberapa saat, Jungkook dapat menemukan ketulusan dalam sorot mata Taehyung yang berpendar tajam, “Sayang, maaf. Maaf gue udah buat lo takut” Ujarnya.

Jungkook menghembuskan napas berat, “gue maafin, awas jadi brengsek kayak tadi” dan Taehyung menjentikkan jarinya di dahi Jungkook hingga si empunya mengaduh kesakitan, “Makannya jangan mikir jelek mulu, pikiran lo tuh harus di singkirin tahu nggak, ngerepotin”

“Kok lo yang marah? Kan baru gue maafin”

“Lo ngeselin”

“Ngaca anjir”

Taehyung membalikan tubuhnya, mengambil hem milik Jungkook kemudian melihat pantulan dirinya di spion motor, “udah, dan gue ganteng” balasnya dengan tengil, Jungkook menggeram kesal, memukul bahunya sekali lagi. “Sakit nyet, pukulan lo itu pukulan badak”

“Bangsat”

Sebelum Jungkook kembali memukulnya, Taehyung lebih dulu memakaikannya helm. “Mulu lo hari ini kasar mulu” tegurnya. “Minta di cium sampai mampus” Jungkook sontak melipat bibirnya dan menjauh dari Taehyung.

“Ogah”

“Gue nggak lagi nawarin, jadi nggak ada penolakan” Jungkook mendelik jengah, berjalan mundur beberapa langkah untuk memberikan Taehyung ruang ketika akan mengeluarkan motornya. “Liat nanti, gue cium sampe bengkak”

“Gue bilang bunda anaknya mau di nakalin”

“Oh, jadi sekarang mau ijin dulu sebelum ciuman? Ya udah”

Jungkook membulatkan matanya, “Nggak gitu maksudnya” sanggahnya cepat Taehyung terkekeh kecil, mengangkat bahu acuh. “Nanti gue ijin deh, naik cepet”

“Habis itu ditolak jadi mantu”

“Nangis dong lo nggak bisa nikah sama gue” Jungkook langsung memperagakan akting muntah, melirik Taehyung melalui spion seraya melingkarkan tangannya di perut si kekasih. “najis” bersamaan dengan cibirannya, Taehyung melajukan motornya pelan keluar dari area sekolah.

“Oke” Balas Taehyung singkat. Sementara Jungkook menyadarkan dagunya pada bahu tegap milik Taehyung, memperhatikan jalanan yang mulai padat sebab bersamaan dengan waktu pulang kerja. Senja menghiasi sepanjang perjalanan keduanya yang memilih terdiam setelah perdebatan tidak bermutu tadi, sesekali senandung nyanyian terdengar dari bilah bibir Jungkook, sementara Taehyung fokus berkendara dengan senyuman kecil yang beberapa kali terulas diwajahnya. Jungkook mengusap dadanya berulang kali, kemudian berbisik pelan yang mana membuat hati Taehyung menghangat dan jantungnya berdetak cepat, "tadi bercanda, gue maunya cuman lo, cuman Kim Taehyung”

_•_

Fyi, entah aku udah pernah kasih tahu atau belum tapi Jungkook sama Taehyung beda umurnya itu satu tahun, Taehyung kelas 12, Jungkook kelas 11 yaa. Oh iya, kalo nggak salah pernah di kasih tahu juga kalo Taehyung nih langganan BK tapi bukan yang suka berantem ya, nakalnya dia paling bolos sama balapan aja, bukan yang suka tawuran dan berantem sana sini, kecuali kalo emang ada yang ngajak ribut dan ganggu Jungkook.

Pacaran √ tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang