obrolan malam.-

1.6K 238 26
                                    

Pukul dua belas malam lebih empat puluh lima menit. Sudah nyaris pagi. Ketika mobil berhenti terparkir tepat di lantai basement apartemen milik Taehyung—— keduanya berakhir disana. Setelah menghabiskan waktu lebih dari empat jam lamanya bermain di tepian pantai, menyisakan garis lengkung cantik di wajah masing-masing padahal kantuk mulai menguasai. Jejak kupu-kupu diperut meninggalkan hangat yang menjalar memenuhi pipi, menghantarkan semu kemerah-merahan; rasanya tidak pernah berubah, selalu sama, dari sejak keduanya resmi berpacaran hingga detik ini; sebab faktanya jatuh cinta pada satu sama lain, masih semenyenangkan ini, meski keduanya kerap kali lebih terlihat seperti tom& jerry.

"Teh hangat?"

"Mau" Taehyung menyodorkan segelas teh hangat buatannya, membiarkan Jungkook meminumnya lebih dulu, sementara ia sibuk menutup setengah dari jendela kamarnya yang sebelumnya dibiarkan terbuka lebar, berusaha mempersempit angin malam menjangkau tubuh keduanya kendati berakhir sia-sia, mengabaikan gorden-gorden disebelahnya yang sesekali terlihat bergoyang mengikuti udara, lalu ikut mendudukkan diri di sebelah Jungkook, menghadap pada pemandangan kota yang bekilaukan lampu-lampu cantik. Jalanan terlihat sepi, angin pagi menerpa kulit, menyalurkan dingin sekaligus menyebarkan udara segar.

"Dingin?"

"Sedikit" jawab Jungkook singkat, merapatkan selimut yang menggulung tubuhnya. "Jangan ditutup, udaranya enak" selorohnya kemudian sebelum Taehyung bertindak menutup penuh jendela dihadapan keduanya. Dibalas dengusan keras oleh Taehyung, tetapi ia berujung menuruti tanpa banyak protes yang akan memicu perdebatan. Kemudian setelahnya hening dibiarkan mendominasi, seolah sudah bersepakat, keduanya memilih menikmati waktu dengan terdiam untuk sesaat. Taehyung mendekatkan tubuhnya ke arah Jungkook, kepalanya di bawa bersandar pada pucuk kepala si kekasih yang tertutupi selimut tebal miliknya. Ia mengantuk. Barangkali matanya sudah hendak terpejam, namun, suara panggilan Jungkook membuatnya kembali terjaga. "Taehyung"

Ia berdehem pelan, menyahut singkat dengan suaranya yang terdengar serak, "ya?"

"Setelah ini lo bakal sibuk sama urusan universitas kan?" Tanyanya tiba-tiba yang membuat Taehyung kebingungan, tetapi alih-alih bertanya, Taehyung malah membalas dengan acuh, "mungkin" jawabnya sembari mengendikan bahu, tidak begitu yakin dengan kegiatan yang akan ia hadapi, pun sejujurnya tidak begitu peduli. Taehyung hanya perlu masuk universitas keinginan ayahnya dan mendaftar di jurusan yang sudah ia pilih, berlanjut mengikuti beberapa proses sampai akhirnya resmi menjadi mahasiswa.

"Jadinya masuk jurusan apa?"

"Arsitektur" Jungkook mengerjapkan matanya beberapa kali, sedikitnya ia merasa terkejut, meski sejujurnya Taehyung sudah sempat mengatakan perihal keinginannya itu, tetapi terakhir kali ia mengatakan papa tidak setuju dan menentang keras keinginannya sebab sudah memiliki tujuan tersendiri.

Menghela napas pelan, Jungkook bertanya dengan hati-hati, "papa gimana?"

"Papa setuju" dan Taehyung membalas dengan cepat. "Karena mama ada di pihak gue, dua lawan satu? Papa jelas kalah telak" paparnya berusaha menjelaskan.

"Semudah itu?" Tanyanya sedikit tidak percaya. Sifat keras kepala Taehyung jelas menurun dari papa Kim, lelaki itu punya keinginan yang sama kuatnya pun alasan yang sama besarnya seperti Taehyung, dan beliau tidak akan semudah itu luluh memberikan persetujuan hanya karena mama Kim berada di pihak yang berlawanan. "Masa papa langsung setuju?" Ia mengerutkan keningnya heran, membuat Taehyung terkekeh kecil.

"Kayaknya lo lebih kenal papa dibanding gue"

Jungkook mendengus, membalas dengan begitu  bangga, "jelas, papa lebih sayang gue" dibalas tawa kecil disertai anggukan setuju oleh Taehyung—— dia mengakuinya, terkadang malah merasakan bagaimana papa menyayangi Jungkook sama seperti papa menyayanginya.

"Papa bilang, asal gue bertanggung jawab sama pilihan gue, maka dia terpaksa akan menyetujui" Taehyung menegakkan posisi duduknya, kini sepenuhnya membawa tubuh menghadap ke arah Jungkook yang masih menatapnya dengan separuh ragu. Masih tidak begitu yakin jikalau papa menyetujui keinginan Taehyung dengan semudah itu. "Dia kasih gue kesempatan buat coba lakuin apa yang gue mau, dia juga kasih gue kesempatan buat buktiin kalo gue mampu berdiri di kaki gue sendiri" lanjutnya diakhiri satu helaan napas panjang, "lo bener, nggak semudah itu buat papa berakhir setuju. Karena seperti yang lo tahu, hubungan di keluarga gue kebanyakan bersifat timbal balik, kalo papa kasih gue kebebasan, maka itu artinya dia nggak akan ikut campur terlalu banyak di hidup gue, tetapi itu juga berarti papa akan narik sebagian aset yang gue punya" Seharusnya Jungkook tidak perlu terkejut lagi, sebab ia sudah dapat menebak bahwa ada beberapa hal yang di pertaruhkan di atas persetujuan yang papa Kim berikan.

"Syukurnya papa akan tetap biayai kuliah gue, tetapi dengan begitu artinya gue punya janji sekaligus hutang sama papa buat buktiin kalo gue mampu jadi seorang arsitek sukses dengan atau tanpa adanya bantuan dia"

"Lo seneng?"

"Seneng"

"Gue ikut seneng kalo gitu" ujarnya sembari menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Taehyung tersenyum kecil, kembali mengubah posisi duduknya, "dan gue harap, lo tetap disini sampai mimpi gue terwujud" gumamnya tanpa membalas tatapan Jungkook yang kini mengukirkan senyuman hangat sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Taehyung.

"Semoga semesta selalu berbaik hati" balasnya pelan. Ada sesak yang tiba-tiba datang memenuhi dadanya, sendu melingkupi. "Tetapi, Taehyung, kalo nanti gue punya alasan untuk pergi, tolong buat gue pulang kembali" lanjutnya dengan suara yang terdengar seperti bisikan, pelan nyaris hanya mampu di dengar oleh keduanya. Perihal masa depan memang sulit untuk di tebak, itu sebuah misteri yang kadang terjadi tanpa di duga, lalu janji hanya akan berakhir sia-sia sebab takdir semesta yang lebih banyak berkuasa. Jungkook tidak akan mampu menjanjikan untuk selalu bersama, pun serupa dengan Taehyung—— keduanya hanya selalu berharap, akan ada semoga yang terjadi. "Karena salah satu mimpi gue adalah nemenin lo sampai bisa tepati janji sama papa" gumamnya seraya mulai menutup mata perlahan-lahan.

"Seharian ini lo hobi banget deh" 

"Apa?"

"Bikin gue jatuh cinta terus"

Jungkook tertawa ringan, "biar lo nggak bisa berpaling" ujarnya seraya mengendikan bahunya acuh, "siapa tahu lo selingkuh sama salah satu mahasiswi cantik nanti"

"Overthinking lo jelek"

"Banyak kok yang begitu" sahut Jungkook tidak ingin kalah. "Nanti ujungnya gue yang ditinggalin, dilupain, terus di putusin, lo malah jadian sama mahasiswi cantik, jadi sekarang tugas gue bikin lo bucin sampe mampus biar nggak lirik sana sini"

Taehyung mendengus malas, "jangan nuduh gue sembarangan" sanggahnya tidak terima. "Lagian gue nggak suka yang cantik"

Jungkook langsung menegakkan posisinya, ia mendelik kesal ke arah Taehyung, "Maksud lo, gue jelek? Sialan" makinya seraya melayangkan pukulan kasar ke arah lengan atas Taehyung yang mengaduh sakit. "Sejelek-jeleknya gue, lo lebih jelek daripada gue" Taehyung meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari menghindar dari pukulan mematikan Jungkook.

"Bercanda"

"Jadi lo bakal tergoda sama mahasiswi atau bahkan sama mahasiswa cantik gitu? Wah, dasar brengsek"

Melipat bibirnya—— sepertinya ia salah berbicara. Lagipula mengapa suasana yang sebelumnya hangat kini malah berubah memanas. "Nggak gitu maksudnya" ujarnya dengan setengah frustasi, "gue maunya cuman Jeon Jungkook doang" 

Jungkook menatap sinis, "gue jelek nggak?"

"Gila kalo gue bilang lo jelek" katanya cepat sebelum Jungkook memukulnya lagi, "tapi gue tetep lebih ganteng dari lo" lanjutnya sembari beranjak dari duduknya, lalu berlari untuk menghindari pukulan Jungkook yang kini mengejarnya.

Dan begitulah malam itu berakhir—— romantisme bahkan sendu yang sempat singgah diganti oleh ringisan Taehyung juga gerutuan Jungkook yang menghiasi.








__
Maaf ya aku jarang update, susah menyesuaikan jadwal harianku apalagi aku juga kerja huhu :((

Pacaran √ tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang