"Kenapa pantai?" Suara Jungkook memecah sunyi yang lima belas menit lalu dibiarkan mendominasi, hanya diisi suara deburan ombak sebagai peneman sepi, sesaat setelah keduanya memutuskan untuk duduk saling bersisian di kursi pesisir yang tersedia, setelah menempuh lebih dari empat jam lamanya perjalanan menuju destinasi tujuan. Jungkook tersenyum kecil, menatap sorot matahari yang berpendar teduh, menikmati angin sore yang membelai permukaan kulitnya, hembusan dan tarikan napasnya terdengar berulang kali, hatinya turut berteriak riang; ia merasakan kebebasan, setidaknya karena itu ia tidak begitu menyesal menuruti keinginan acak Taehyung. Mengalihkan tatap sejenak dari pemandangan yang begitu memanjakan mata, Jungkook menoleh ke arah Taehyung yang tak kunjung beri jawaban, lelaki itu malah menyerahkan seperangkat alat lukis yang tadi dibawanya, lalu mulai menyibukkan diri dengan fokus membuat lukisannya sendiri. Membunuh bosan sembari menikmati senja katanya, padahal jikalau boleh jujur, Taehyung sebenarnya memang sengaja sudah mempersiapkan kegiatan-kegiatan kecil yang menjadi kesukaan si kekasih—— omong-omong pada akhirnya keduanya memutuskan pergi selepas makan siang dilaksanakan, sekitar pukul dua siang tadi.
"Nothing reason" Jawabnya singkat seraya mengangkat bahunya dengan acuh, tidak mengalihkan tatap sama sekali dari canvas putih yang kini sudah terisi warna, alisnya menukik dengan tangan yang bergerak begitu hati-hati guna meminimalisasi berbagai kesalahan yang dapat mempengaruhi nilai kesempurnaan. Jungkook mendengus seraya menggelengkan kepalanya, lalu mulai ikut fokus untuk membuat lukisannya sendiri, menjadikan senja di depan mata sana sebagai inspirasi alami yang di suguhkan semesta untuk di gambar dengan kelewat apik di atas canvas putih miliknya.
"Senjanya cantik"
"Ada yang lebih cantik"
"Yaitu gue" Jungkook menyambar cepat sebelum Taehyung sempat berujar melanjutkan, "dasar gombal" selorohnya seolah-olah sebelumnya sudah dapat menebak apa yang hendak Taehyung utarakan. Gombalan klasik, katanya. Sudah terlampau sering di dengarnya dan ia tahu bahwa Taehyung hanya ikut-ikutan saja, barangkali Jimin yang mengajarkannya dan Taehyung dengan asal mempraktekkannya. Sebab rasanya sedikit tidak mungkin jika Taehyung mengambil inisiatif sendiri untuk mengatakan gombalan murahan seperti tadi, bukan Taehyung sekali, apalagi jika menilik pada sifat cueknya dan gengsinya yang setinggi angkasa. "Jijik"
"Tapi suka"
Jungkook mendelik tajam, menyahut sinis, "najis" diikuti akting seakan-akan hendak muntah. "Belajar gombal yang bener dulu, jangan so' jago" cibirnya yang dibalas kekehan pelan oleh Taehyung, merasa gemas sendiri dengan ekspresi Jungkook.
"Kalo jago, nanti lo candu" balasnya tak ingin kalah, "bahaya, nggak baik soalnya bikin lo ketergantungan sampe mampus, bahannya adiktif soalnya"
"Kayak narkoba aja"
"Kayak bibir lo" Jungkook menoleh cepat, tidak menyadari bahwa Taehyung sudah mengikis jarak, mendekatkan wajah hingga setipis benang, hidung keduanya saling bersentuhan dengan tatapan yang saling menyorot penuh hangat, lalu tanpa permisi ia mencuri satu kecupan pada bibir Jungkook yang masih bungkam karena terkejut. Sampai beberapa saat kemudian, ketika merah semu menjalar memenuhi pipi hingga ke telinga, Jungkook buru-buru memalingkan wajah seraya menggenggam erat kuas ditangannya, ia menggeram rendah, dibalas tawa kecil oleh Taehyung yang duduk di sisinya.
"Pencuri sialan" makinya keras-keras.
"Enak. Selalu"
Jungkook beringsut menjauh, menggeser penyangga canvas dan tempat ia duduk hingga tercipta jarak yang cukup lebar diantara dirinya dan Taehyung. "Jauh-jauh, dasar pencuri" ketusnya tanpa menoleh ke arah Taehyung sedikitpun, masih terlampau malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu, padahal hal-hal serupa ciuman bukanlah sesuatu yang asing lagi untuk keduanya, tetapi selalu saja mampu membuatnya tersipu. "Jelek lo, gue laporin bunda"
"Bunda nggak akan marah"
"Laporin papa kalo gitu"
"Boleh" Taehyung menjawab santai, "biar langsung nikah kita" dan sialnya pipi Jungkook kembali memerah ketika mendengarnya. Taehyung ini memang sejenis manusia yang mampu membuatnya jatuh hati sampai mati. Sialan sekali. "Yah, merah lagi pipinya"
Jungkook buru-buru membelakangi Taehyung, tidak menanggapi ledekannya dan kembali fokus mengukirkan perpaduan warna pada canvas putih miliknya yang sudah nyaris selesai. Cantik. Tangan ajaib Jungkook memang selalu menghasilkan karya yang teramat baik. Taehyung diam-diam berdecak kagum sembari terus memperhatikan, tanpa Jungkook sadari, senyumannya mengembang begitu lebar. Lalu, tiga puluh menit setelahnya terlewati dengan mudah. Jungkook menyelesaikan lukisannya dan memperhatikan hasil tangannya dengan senyuman bangga, ia menoleh ke arah Taehyung yang juga menatap ke arahnya. "Lihat" serunya memperlihatkan hasil karya yang dia buat. "Bagus?"
Taehyung mengangguk, "bagus, persis sama kayak aslinya"
"Kasih rate, dari satu sampai sepuluh, berapa?"
Taehyung tidak buru-buru menjawab, ia terdiam cukup lama, memperhatikan lukisan yang Jungkook buat dengan tatapan yang teramat dalam. "Delapan"
"Kenapa delapan?"
"Infinity"
Jungkook mengembangkan pipinya yang lagi-lagi memerah, berusaha menahan senyumannya sendiri, "astaga, kayaknya lo kerasukan setan pantai"
"Pacarnya muji, malah dikatain kerasukan"
"Lagian aneh banget, mabok laut lo?"
"Mabuk cinta"
"Please jangan mulai, gue geli dengernya"
"Bilang aja salting, pipi lo yang merah itu nggak bisa bohong"
Jungkook memutar bola matanya malas, merasa kalah dengan argumen Taehyung tadi, ia memilih mengalihkan topik ketimbang jadi bahan ledekan lagi. "Lo lukis apa?" Tanyanya seraya bergeser mendekat, memperhatikan lukisan Taehyung yang tak kalah cantik, sama-sama bertemakan senja pantai, tetapi ada sesuatu yang membuat Jungkook mengerutkan keningnya, "Siapa itu?"
"Lo"
Jungkook menyipitkan matanya, tersenyum jail, "cinta banget ya lo sama gue?" Katanya berniat meledek dibalas dengusan keras oleh Taehyung sebelum menjawab singkat, "Sampai mampus"
"Bucin"
"Biar"
"Kalo gue tinggalin, gila nggak?"
"Mati kali" Jungkook mendecih, meluruskan kakinya, kembali menghadap hamparan lautan di depan sana. "Lebay" cibirnya santai. Punggungnya baru saja hendak di sandarkan pada sandaran kursi, sebelum Taehyung tiba-tiba berdiri dan mengajaknya untuk ikut serta, Jungkook menatapnya heran, terlebih ketika sebuah lagu tiba-tiba diputar secara random dari ponsel milik Taehyung yang kemudian ditaruh sembarangan di atas kursi.
"Ayo" katanya sembari mengulurkan sebelah lengannya. "Dansa sama gue" Jungkook membulatkan matanya, namun alih-alih melemparkan lelucon berupa ledekan seperti biasanya, Jungkook justru lekas menerima uluran tangan Taehyung. Situasi tidak mendukungnya untuk bercanda di kondisi seserius sekarang ini. Untuk sesaat Jungkook tiba-tiba merasa kehilangan suaranya, hanya mampu terpana akan sosok Taehyung di depannya yang tengah menuntun kedua tangan Jungkook untuk melingkari lehernya, lalu mulai melangkah ke kanan dan kiri secara bergantian serta teratur. Taehyung sangat tampan, luar biasa tampan.
"Bernapas Jungkook, lo gemetar"
"Taehyung..." Jungkook memanggil pelan, setengah berbisik sebab suaranya nyaris tidak terdengar. "Kenapa lakuin ini?" Tanyanya, "You make me fall in love again and again"
"Lo nggak jatuh sendirian" Taehyung menyatukan kening keduanya, matanya dibawa terpejam, merasakan setiap hembusan napas satu sama lain, "Because I also feel in love again and again" katanya. "Ayo jatuh cinta sama-sama terus Jungkook" bersamaan dengan itu air mata mengaliri pipi Jungkook tanpa permisi, ia mengeratkan lingkaran tangannya di leher Taehyung. Hatinya terasa hangat juga sesak secara bersamaan—— diiringi lirik lagu yang terputar pada ponsel Taehyung, serta berlatarkan senja sore hari ini, Jungkook merasa seperti semesta akan bertindak jahat suatu saat nanti pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...