sebuah hadiah.-

1K 161 1
                                    

Jungkook menyemburkan tawanya ketika mendapati Taehyung menyerahkan buket bunga berukuran sedang ke arahnya, tepat saat pintu penumpang di sebelah kemudi ia buka dari luar. Sementara, Taehyung balas melirik datar, buru-buru memalingkan wajahnya yang memerah samar seraya berdecak malas-- lucunya, ini pertama kalinya Taehyung bertindak demikian; memberikan bunga jelas bukan gayanya dalam berpacaran, ia akan lebih sukarela memberikan barang yang berguna atau bahkan ATMnya secara langsung, ketimbang harus melakukan hal-hal yang menurutnya menggelikan untuk dilakukan oleh dirinya sendiri. Tetapi, sepekan yang lalu, Jungkook sempat memintanya sebagai hadiah apresiasi karena berhasil melakukan ujian kelulusan sekolahnya dengan baik, dan Taehyung yang sempat mendebat serta menolak mentah-mentah, berakhir harus mengalah, lalu terpaksa mengabulkan keinginan Jungkook. Sialnya, ia sekarang malah di tertawakan.

"Puas?"

"Rasanya aneh" komentar Jungkook sebagai jawaban sembari mengusap ujung matanya yang berair karena terlalu banyak tertawa, ia lekas mendudukkan tubuhnya, menerima dengan senang hati bunga pemberian Taehyung yang sejujurnya berasal dari permintaan isengnya, "kirain nggak bakal dibeliin" lanjutnya lagi di akhiri sisa-sisa tawanya. Dengan refleks ia menundukkan kepalanya, menghirup dan menikmati aroma manis khas bunga yang berada dalam pelukannya itu, lalu beralih memandang Taehyung yang malah terdengar mendengus keras. Diam-diam Jungkook merasakan hatinya menghangat, mengetahui fakta bahwa orang pertama yang Taehyung beri bunga adalah dirinya, meskipun melalui sedikit keterpaksaan, tetapi, toh, poin utamanya bukan itu-- sebab, menyadari fakta bahwa Taehyung rela membuang egonya jauh-jauh adalah hal yang teramat menyentuh. Lelaki itu selalu memiliki cara sendiri untuk menunjukan rasa cintanya.

"Makasihnya mana? Malah ketawa-ketawa" protesnya disertai lirikan sebal.

Jungkook merengut, membalas dengan sebuah cibiran, "dasar pamrih"

"Makasih dulu, cepet!" pintanya dengan sedikit memaksa, menghadirkan delikan tajam dari si lawan bicara. Namun, bukannya segera melakukan yang diperintahkan, Jungkook justru beringsut mendekat, memajukan tubuhnya, lalu mengecup singkat pipi Taehyung seraya berbisik pelan, "makasih sayang"

"Anjing" balas Taehyung, meloloskan sebuah umpatan kasar yang membuat Jungkook tertawa lagi. lelaki itu memukul stir, kemudian menyembunyikan wajahnya di balik lipatan tangannya. Ia bersemu lagi, bahkan parahnya kali ini sampai ke telinga.

"Kayak baru pacaran aja" sahut Jungkook dengan nada setengah meledek, mengabaikan fakta bahwa wajahnya juga tak kalah memerahnya seperti Taehyung yang hanya merespon dengan mengangkat bahu acuh, tidak begitu peduli dengan kalimatnya, juga dengan waktu yang sudah mereka habiskan bersama selama menjadi sepasang kekasih. Baginya, lebih panjang, lebih baik, malah. Namun, selama apapun, satu hal yang pasti, perasaannya tak akan pernah berubah, selalu tetap sama, seperti saat keduanya terikat pertama kali dulu. "udah ih, ayo jalan, mau kemana?" tanyanya, berusaha mengganti topik, mencairkan suasana yang perlahan-lahan mulai terasa canggung.

"Sabuk pengamannya dipake yang bener dulu" sindirnya asal, bergerak gesit mendekatkan tubuhnya ke arah Jungkook. Lalu adegan yang terjadi selanjutnya serupa adegan dalam sebuah film romantis yang terasa sedikit memuakkan. Jungkook memukul pelan bahunya, terkekeh kecil seraya menyembunyikan pipinya yang tersipu malu. Kali ini, satu sama. Taehyung tersenyum penuh kemenangan, mulai menegakkan posisi tubuhnya dan bersiap melajukan kendaraannya setelah selesai memasangkan sabuk pengaman di tubuh Jungkook. Mobil kemudian melaju lambat, meninggalkan area rumah Jungkook, menuju tempat acak yang nantinya akan disinggahi secara mendadak. "mau makan apa?"

"Apa aja" Taehyung mendengus, menatap tajam, kentara tidak suka dengan jawaban aneh yang sering diutarakan oleh kebanyakan orang ketika dilempari sebuah pertanyaan begitu, berharap Jungkook tidak termasuk ke dalam jajaran orang-orang menyebalkan itu, tetapi, si kekasih malah menunjukkan cengiran tanpa rasa bersalah-- masih belum selesai dengan agenda bermain-mainnya ternyata. "Bercanda" sahutnya cepat sebelum Taehyung membalas dengan tidak bersahabat. "Pizza? Gue mau ice cream juga sih"

"Oke, sushi"

Mengerling malas, Jungkook memandang jengah, "nggak usah nanya kalo gitu"

"Sebenernya gue emang lagi bermonolog sih"

"Ih, anjing. Benci banget" makinya disusul pukulan kasar yang dibubuhkan pada bahu Taehyung, si lelaki itu meringis lebay, mendelik galak, maka Jungkook buru-buru mengusap area yang dipukulnya tadi sebagai bentuk permohonan maaf secara tidak langsung. "Kenapa pilih bunga mawar?" tanyanya kembali mengalihkan topik pembicaraan, memandang dengan seksama bunga di atas pangkuannya yang berwarna merah merekah, cantik sekali.

Taehyung terlihat menggeleng beberapa kali, menyahut singkat, "dikasihnya itu" dan Jungkook balas mendengus kasar, separuh kecewa, seharusnya tidak perlu repot-repot bertanya, sebab jawabannya terdengar sudah pasti bahwa si kekasih hanya menerima rekomendasi, tidak susah-susah harus mencari tahu makna di setiap bunga, toh, sebenarnya Taehyung memang tidak begitu tertarik dengan bunga dan apapun yang berkaitan dengannya. "Kenapa? Nggak suka" tanyanya.

"Gue kira ada artinya"

"Tapi suka?" ulangnya lagi dengan kalimat yang berbeda tapi maksud serupa.

"Ya, suka"

"Ya udah" jawabnya kalem. "Gue jadi nggak harus komplain ke tokonya berarti"

Jungkook mengernyitkan keningnya, bertanya kebingungan, "ngapain komplain?"

"Kalo lo nggak suka, si penjual ngasih rekomendasi yang salah berarti. Dia bilang, biasanya kebanyakan lelaki beli bunga mawar buat kekasihnya, tapi kenyataannya lo nggak suka, ya berarti dia salah, faktanya nggak semua kekasih suka dikasih bunga mawar" simpulnya asal.

"Ya dia nggak salah dong, kan dia ngasih rekomendasi secara umum, bukan yang spesifik"

"Harusnya dia ngasih rekomendasi berdasarkan spesifikasi yang jelas dong, masa dari kacamata umum doang. Di riset sama di analisis dulu lah, biar nggak salah, nanti malah berakibat fatal, rekomendasinya bisa ngancurin hubungan orang". Tunggu. Kenapa kedengarannya malah jadi serumit itu? Hanya karena sebuah bunga?.- Jungkook menggelengkan kepalanya yang nyaris akan meledak mendengar pemaparan tak masuk akal dari Taehyung, rasa-rasanya jika harus seperti itu, pekerjaan sebagai seorang penjual bunga malah terdengar berat dan sulit. Ia jadi bergidik ngeri, membayangkan akan jadi bos seperti apa Taehyung nanti, jika hal sesederhana bunga saja bisa diperpanjang sampai sejauh ini, apalagi yang lainnya.

Jadi disana, Jungkook berdecak, tidak ingin memperpanjang, "udahlah. Yang penting bunganya bagus"

"Suka?"

"Suka" jawabnya penuh penekanan seolah jawaban sebelumnya tidak begitu menyakinkan.

"Hadiah ujian kelulusan lo" Jungkook tersenyum senang. Segala macam bentuk ujian kelulusannya berakhir sepekan yang lalu tepat pada malam ia meminta bunga sebagai hadiah pada Taehyung, rasanya ada banyak beban yang terangkat setelah itu, ia seolah mampu bernapas dengan lega lagi, apalagi kondisi bunda yang perlahan-lahan terlihat membaik meskipun belum sepenuhnya sembuh dan pulih, setidaknya perempuan itu sudah lebih bertenaga dari pada minggu-minggu sebelumnya. Dan kini, ia hanya tinggal melewati satu tahapan lagi, ujian masuk universitas, lalu kehidupannya akan berubah setelahnya. Ia akan disibukkan dengan segala kegiatan kampus dan berbagai hal lainnya. Rasanya seperti buncahan kebahagiaan yang tidak sabar dimuntahkan, meskipun sejujurnya ia tahu, masuk universitas dan melakukan serangkaian kegiatan di awalnya mungkin tidak begitu menyenangkan dan akan membuat ia kelelahan. Tapi, mengingat ia dan Taehyung akan berada di lingkungan pendidikan yang sama, lagi, Jungkook merasa harinya tidak akan begitu terlalu berat untuk lewati. Toh, setelahnya ia akan mulai terbiasa, berbaur dengan keseharian yang baru dan menjadi bertambah dewasa, mungkin.

Taehyung mengajaknya mengunjungi salah satu restoran sushi terkenal, malam itu cukup ramai, beruntungnya keduanya tak kehabisan tempat. Pada akhirnya, Jungkook merasa senang, meskipun sebelumnya sempat dibuat kesal. Keduanya lalu menghabiskan sisa malam dengan berkeliling pusat perbelanjaan, membeli berbagai macam barang yang dibutuhkan, juga makanan manis lainnya seperti ice cream yang sebelumnya ia inginkan. Keduanya banyak tertawa. Rasanya seolah Tuhan sedang membayar kesulitan-kesulitan yang sebelumnya mereka hadapi.




___

Lama banget nggak up, ku kasih hadiah double update, tunggu ya hehe

Pacaran √ tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang