bertemu.-

3K 315 19
                                        

"Gimana rasanya, Lea"

"KENAPA KALIAN BISA MASUK?"

Jungkook mendengus keras, mengalihkan tatap ke arah Taehyung yang bersandar pada kusen pintu disebelahnya, Taehyung menatapnya dalam dengan sorot yang sulit diartikan kemudian mengangguk pelan seolah memberikan persetujuan untuk Jungkook melangkah mendekat ke arah Lea. Perempuan itu terlihat kacau dengan beberapa luka memar yang menghiasi kulit wajahnya juga terlihat sangat ketakutan. "PERGI!" Teriaknya berulang kali. Suaranya memenuhi seisi ruangan dan membuat pening. Lea meremas ujung selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, lalu bergerak cepat, tangannya menekan berulang kali tombol di sisi ranjangnya guna meminta bantuan pada perawat.

Jungkook tertawa kecil. "Percuma. Nggak akan ada yang datang" selorohnya yang kini malah membuat Lea semakin panik.

"JANGAN MENDEKAT!"

"BERISIK" Jungkook mencengkram kasar rahang Lea hingga si empunya meringis kesakitan seraya berusaha meminta untuk dilepaskan dengan suaranya yang tersendat sebab tenggorokannya terasa seperti tercekik. Sebelah tangannya mendorong-dorong bahu Jungkook untuk menjauh sementara sebelahnya lagi berusaha menarik lengan Jungkook yang melingkari rahangnya. Perempuan itu melirik ke arah Taehyung guna meminta bantuan, tapi seolah buta, Taehyung justru hanya menatapnya dengan datar. "Sekarang nggak akan ada yang bantuin lo, mau teriak sekencang apapun, nggak akan ada yang datang" sarkas Jungkook dengan nada separuh mengejek, ia mengangkat sebelah sudut bibirnya dan menatap tajam ke arah Lea.

"Yugyeom? Dia bahkan kehilangan sebelah kakinya dan terlihat sama gilanya kayak lo" lanjutnya lagi, tidak peduli dengan air mata Lea yang keluar lewat sudut matanya. Ia berbisik kecil, menyalahkan, "semua karena lo, Jungkook" dan Jungkook membalas dengan tawanya.

"Justru semua salah lo, Lea!" Cengkraman di rahang Lea terasa semakin menguat, ia kembali memberontak meminta untuk di lepaskan, kuku-kuku jari tangannya yang panjang menusuk kulit tangan Jungkook yang justru tidak bereaksi sama sekali. "Sejak awal, lo yang bawa dia terlibat buat masuk ke dalam permainan gila lo. Ini semua salah lo. Salah lo karena obsesi sama Taehyung" Jungkook melepaskan cengkramannya dengan sekali sentak hingga kepala Lea hampir saja terbanting menyentuh tembok kalo perempuan itu tidak menjaga keseimbangan tubuhnya.

"Gue udah pernah bilang sama lo, kalo lo nggak bakal dapatin Taehyung. Obsesi gila lo itu cuman bakal hancurin lo" Lea mengusap area lehernya yang memerah dan panas, napasnya memburu cepat, ia menatap tajam ke arah Jungkook. "Gue masih bertanya-tanya apa sebenernya yang  buat lo pengen dapatin Taehyung?. Tapi, semakin gue berpikir gue semakin sadar, kalo selama ini lo bukan terobsesi buat dapatin Taehyung, tapi lo terobsesi buat hancurin gue, lo terobsesi buat ambil semua yang gue punya, makannya lo deketin Taehyung, lo juga deketin Jimin, dan lo berusaha bikin mereka benci sama gue" Taehyung beralih menatap Jungkook; sebenarnya cukup terkejut sebab Jungkook tidak pernah membicarakan pemikirannya yang satu itu.

"Kenapa? Lo iri karena lo nggak bisa dapatin apa yang gue punya? Popularitas? Perhatian? Teman yang baik? Bahkan pacar yang sempurna?" Tangan Jungkook terulur untuk mengusap pipi Lea yang berusaha menghindar dan justru menepis kasar tangannya, "padahal di sekolah lama, lo bisa dapatin itu semua kan? Tapi saat di sekolah baru, lo justru cuman diperlakukan biasa aja makannya lo iri sama gue"

"Brengsek Jungkook" Maki Lea. Ia seolah sedang di telanjangi oleh kalimat Jungkook. "Lo bener! Seharusnya saat gue datang, gue yang dapatin itu semua. Anak baru kayak gue, seharusnya bisa ngalahin lo. Lagipula lo nggak pantes dapatin itu semua, lo itu nggak ada apa-apanya, anjing. Lo bisa dapatin itu semua karena Taehyung! Lo manfaatin nama Taehyung——"

Jungkook menarik rambut Lea hingga si pemilik mendonggakkan kepalanya dan meringis kesakitan sekali lagi. "Ya, terserah apapun itu yang lo bilang, gue nggak peduli. Tapi makasih, tadinya gue ngerasa bersalah karena lo harus ngalamin pemerkosaan sampe dirawat disini. Tapi sekarang gue justru merasa bersyukur karena lo dapetin itu semua. Lo lebih dari pantas buat nerima itu semua" Lea berteriak ketika urat lehernya terasa akan putus sebab Jungkook menarik dengan kuat kepalanya ke belakang.

"Manusia kayak lo bahkan seharunya nggak pantas buat hidup" katanya kemudian melepaskan rambut Lea dan segera berlalu dari hadapan wanita itu sebelum emosinya semakin meluap dan malah berakhir semakin buruk.

Taehyung menatap tajam ke arah Lea yang mengaduh kesakitan, sebelum menyusul Jungkook keluar dari ruangan, ia mendekat ke arah Lea dan berujar sarkas. "Lo adalah manusia paling menjijikkan yang gue kenal. Kim Lea, jangan harap lo hidup dengan tenang setelah ini, karena sepertinya kejadian waktu itu nggak bikin lo nyesel sama sekali" katanya. "Soal keluarga lo, jangan pernah harapin mereka buat datang ke sini, karena setelah tahu semuanya, mereka yang paling malu atas tindakan lo. Dan juga, mereka mungkin sekarang sibuk ngurus perusahaan yang sebentar lagi bangkrut" bersamaan dengan langkahnya yang dibawa menjauh, tangisan Lea terdengar histeris.

"Ayo pulang" ajak Taehyung seraya berjalan lebih dulu, Jungkook hanya mengikutinya dari belakang. Keduanya sama-sama terdiam bahkan ketika sudah masuk ke dalam mobil milik Taehyung—— hari ini, Taehyung sengaja menggunakan mobil. "Sini" bukannya lekas melajukan mobilnya, Taehyung justru mengambil kotak P3K yang biasanya tersedia dalam mobilnya dan menarik pelan lengan Jungkook. Dengan telaten ia menggulung lengan baju Jungkook, lalu menghela napas panjang ketika mendapati beberapa luka goresan di tangan Jungkook akibat kuku-kuku panjang milik Lea tadi.

"Sakit?"

"Lea dan Yugyeom pantas buat dapatin itu semua kan, Taehyung?"

Taehyung tidak buru-buru menjawab, ia sibuk menuangkan alkohol ke atas kapas dan menempelkannya dengan hati-hati pada luka Jungkook yang sesekali terdengar meringis pelan. "Nggak usah ngerasa bersalah" sahutnya kemudian setelah selesai mengobati luka si kekasih. "Mereka lebih dari pantas buat dapatin itu semua" katanya seraya memasukan kembali obat-obatan yang dipakai tadi ke dalam kotak P3K dan menyimpannya. Ia beralih menatap Jungkook, tangannya terulur guna mengusap pucuk kepalanya.

"Ini bukan salah lo, tapi salah mereka sendiri karena berniat lukain lo" ujarnya menenangkan. "Nggak usah dipikirin lagi"

"Makasih karena lo udah bantuin gue"

Taehyung terkekeh, merasa lucu karena Jungkook mengucapkan terima kasih. "Ih, serius" seru Jungkook kesal, ia memukul pelan bahu Taehyung beberapa kali.

"Iya, sama-sama" Taehyung mengangkat bahunya acuh, mulai fokus menjalankan mobilnya. "Tapi sebenernya, kalo gue lakuin semua ini sendirian mungkin sekarang gue udah ditangkap polisi" Jungkook mengernyitkan keningnya heran, sementara Taehyung tersenyum melihatnya seraya melanjutkan kalimatnya. "Papa banyak bantu, dia ada dibelakang gue. Jadi, kalo lo bilang makasih ke gue aja, rasanya nggak adil buat papa"

Jungkook mengangguk mengerti, "nanti gue bilang makasih ke papa juga"

"Sekarang aja, secara langsung"

Dan Jungkook balas mendengus keras disertai putaran bola mata malas, "bilang aja lo disuruh pulang tapi nggak mau sendiri, makannya ajak gue kan?" Taehyung terkekeh sekali lagi, "papa yang nyuruh, kayaknya mau marahin gue, jadi gue butuh lo" katanya kemudian, Jungkook menatapnya dengan datar, sudah menebak bahwa ia akan dijadikan tameng Taehyung, lagi.



_•_

Pacaran √ tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang