Pulang; bertemu bunda dan kak seokjin, menghadapi reaksi keduanya, lalu berakhir menambah luka—— sejujurnya, Jungkook masih belum siap mengalaminya. Ada banyak ketakutan yang singgah, bayangan-bayangan buruk yang nantinya kemungkinan akan terjadi, rangkaian berbagai skenario paling jahat memenuhi isi kepalanya. Yang paling masuk akal adalah ketika ia harus menerima kemarahan sang bunda, atau bahkan di usir dari rumah sebab sudah mencoreng nama baik keluarga—— karena bagaimanapun, meski Jungkook seorang korban sekalipun, ia akan tetap mendapatkan sanksi sosial tak mengenakan atas kejadian pelecehan seksual yang menimpanya. Akan ada banyak kesalah pahaman yang terjadi, pro dan kontra, mengatakan kemungkinan Jungkook yang salah karena tidak mampu menjaga diri dan masih banyak hal lainnya yang lebih menyakitkan lagi.
Kendati sebenarnya, Jungkook yakin bunda tidak akan berlaku jahat apalagi kasar kepadanya, pun sama halnya dengan Seokjin. Ia lebih dari tahu bahwa mereka sangat menyayanginya. Tapi, pemikiran-pemikiran negatif itu masih terus menggerogoti akal sehat miliknya sehingga tidak dapat berfungsi dengan benar. Beruntungnya, Jungkook tidak sendirian. Ada Taehyung yang berjalan beriringan di sebelahnya, menyakinkannya berulang kali bahwa semua akan baik-baik saja. Jadi, meski sekalipun hal yang buruk akan terjadi nantinya, setidaknya Jungkook masih memiliki Taehyung disisinya. Terlalu banyak yang dipikirkan hingga Jungkook tidak sadar langkah beratnya kini berhenti tepat di depan pintu utama rumah yang masih tertutup rapat, ia menatap ke arah Taehyung, mencari kekuatan lewat sorot mata tajam yang berpendar teduh itu. Lalu setelah anggukan ia berikan, Taehyung lekas mengetuk pintu.
Tepat ketika pintu terbuka—— di sana, Jungkook menemukan bunda berdiri, menatap ke arahnya dengan sendu disertai senyuman hangat yang terukir cantik di wajahnya, perempuan itu berjalan mendekat, mengusap pipi Jungkook lalu menariknya ke dalam sebuah pelukan erat penuh kasih sayang. Bersamaan dengan ketakutan yang perlahan-lahan hilang, air mata keduanya jatuh semakin deras—— Jungkook meluruhkan semua tangisannya di bahu bunda seolah tengah mengadukan semua rasa sakit yang memenuhi dadanya. Belum sempat tangisan keduanya berhenti, Seokjin muncul dari balik pintu, menyusul untuk berpelukan dan pipi ketiganya kembali basah oleh air mata. Sementara, tidak jauh dari ketiganya, Namjoon dan Taehyung hanya saling melempar tatap seraya tersenyum tipis menyaksikan pelukan antara ibu dan kedua anaknya itu.
"Kak, sesek. Lepas!"
"Biarin"
"Badan lo bau kambing" Seokjin mendelik kesal, melepas pelukan lebih dulu ketika mendapat protesan dari sang adik, sementara bunda terkekeh menyaksikannya yang sedang bersungut-sungut memaki Jungkook. "Dasar cengeng" maki Jungkook seraya mengusap pipinya sendiri, semakin memancing emosi Seokjin yang siap meledak. Moment haru yang tadi sempat terjadi, kini meluap entah kemana, digantikan dengan perdebatan ala Seokjin dan Jungkook yang memang sering terjadi.
"Ngaca!"
"Nggak perlu, gue tau kalo gue ganteng"
"Iya deh, si paling paling paling ganteng" cibirnya dengan nada penuh ejekan, Jungkook mendengus. "dih, nyebelin. Liat bun, kakak"
"Ngaduan"
Bunda menghela napas panjang, berusaha menengahi, "Heh, udah. Kenapa jadi berantem sih? Tadi sayang-sayangan" mendapati kalimat terakhir bunda, baik Seokjin maupun Jungkook secara kompak berakting seolah hendak muntah seakan tidak setuju dengan kalimat sang bunda, keduanya menatap sengit satu sama lain, kembali memulai perdebatan lagi.
"Dia tuh perusak suasana"
"Makannya mandi, biar wangi"
Seokjin berdecak tidak terima, ia membalas tidak ingin kalah, "gue udah mandi!" Tapi sebenarnya, Jungkook hanya berbohong perihal bau badan kakaknya, sebab dari jarak satu meter sekalipun, harum tubuh Seokjin sudah dapat tercium. Kakaknya tidak bau sama sekali, Jungkook hanya enggan mengakui, apalagi memujinya.
Perdebatan agaknya susah untuk di hentikan, karena itu bunda memilih menjauh dari keduanya, berjalan mendekati Taehyung dan tersenyum begitu lebar, ia mengusap bahu si kekasih putra bungsunya itu, tangan kirinya kemudian melingkar di lengan Taehyung, ia menarik pelan Taehyung untuk berjalan bersisian dengannya, tak lupa juga untuk meraih lengan Namjoon di sisi kanannya. Lalu sebelum masuk ke dalam, ia berujar, mengambil atensi kedua putranya, "kalo masih mau ribut, lanjutkan aja. Bunda mending masuk sama dua anak gantengnya bunda" katanya pongah disertai senyuman sombong, Taehyung dan Namjoon tidak banyak protes dan hanya mengikuti langkah sang bunda.
Seokjin dan Jungkook kembali berpandangan, lantas berlomba-lomba untuk masuk ke dalam rumah, berebut satu sama lain untuk masuk lebih dulu menyusul bunda yang membawa pacar mereka menuju ruang makan. Bunda menghela napas panjang, menggeleng pelan menyaksikan tingkah kekanakan kedua putranya. "Liat dua putra bunda kalo lagi bareng-bareng gini" seloroh bunda pada Taehyung dan Namjoon.
"Masih yakin mau sama mereka?" Tanyanya iseng dibalas kekehan oleh keduanya.
"Ish bunda masa nanyanya begitu"
"Bunda nggak boleh gitu, kakak sama Namjoon udah tunangan, nanti Namjoon berubah pikiran"
Sahutan protes memenuhi ruang makan, bunda memasang ekspresi garang, menatap sinis ke arah keduanya, "Habisnya, jangan banyak tingkah makannya" katanya dengan nada setengah bercanda, tapi kedua putranya berhasil terdiam setelahnya, menciptakan kekehan lembut dari bibir sang bunda. Kedua putranya persis seperti anak kecil yang baru saja dimarahi oleh ibunya.
Sebelum makan malam berlangsung, bunda menghampiri Jungkook, kedua tangannya menangkup wajah bungsunya itu, ibu jari tangannya mengusap pipi Jungkook berulang kali secara perlahan-lahan sembari senyuman manis, "adek, pasti ketakutan ya, nak? Sakit ya, sayang?" Katanya dibalas anggukan beberapa kali oleh Jungkook, kedua obsidiannya kembali bekaca-kaca. "Maaf buat semua yang udah terjadi sama adek ya, nak. Kejadiannya mungkin akan selamanya tersimpan disini begitupun dengan rasa sakitnya" bunda mengusap dada Jungkook dengan lembut. "Tapi, nggak papa, ya, dek. Bunda yakin, adek bakal lebih kuat lagi setelah ini. Bunda juga yakin, nanti bakal ada banyak kebahagiaan sebagai gantinya" bunda berujar begitu lembut, menghantarkan ribuan ketenangan pada diri Jungkook.
"Mau bagaimanapun masa lalunya nggak akan bisa diubah, kita belajar sama-sama buat menerimanya, ya, nak. Adek nggak sendirian, disini adek punya bunda, punya kakak, punya Taehyung, punya kak Namjoon, punya banyak orang yang sayang sama adek. Jangan pernah ngerasa sendirian, ya, sayang. Bunda, kakak, Taehyung, kak Namjoon, semuanya sayang adek. Bunda emang nggak bisa janji buat pastiin adek atau kakak selalu bahagia, tapi bunda selalu berusaha buat kasih kebahagiaan itu buat kalian" dibubuhkannya kecupan pada dahi Jungkook, Jungkook juga dapat merasakan usapan sayang dibahunya dari Seokjin yang duduk di sebelahnya. "Adek nggak perlu takut, kita hadapi semua sama-sama ya, nak." Begitu kata bunda, diakhiri satu kali pelukan lagi, kali ini Jungkook tak protes ketika Seokjin juga ikut memeluknya dari belakang.
Jungkook memejamkan matanya, kembali menangis, kali ini tanpa suara, ia merasa luar biasa lega sekaligus merasa sangat bersyukur sebab memiliki bunda, Seokjin, Taehyung juga Namjoon yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya.
_•_
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...