kejengkelan di pagi hari.-

3.3K 341 22
                                    

Ketika suara klakson terdengar dari arah depan rumahnya, Jungkook buru-buru menutup kotak bekal berisi nasi goreng yang pagi tadi sempat ia buat untuk Taehyung, sekilas ia melirik ke arah Seokjin yang sedang menuruni tangga, lalu segera menyambar tas sekolahnya, dan terakhir mengecup singkat pipi sang bunda sebagai tanda pamit. Entitas Taehyung yang duduk diatas motor dengan senyuman tipisnya langsung menyambutnya begitu ia membuka pintu, Taehyung terlihat begitu menawan hanya dengan memakai hoodie abu-abu yang membalut seragam sekolahnya, hoodie itu diberikan oleh Jungkook sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu. Jungkook balas tersenyum seraya menyerahkan kotak bekal tadi, kemudian berjalan mendekati motor miliknya sendiri.

"Nggak ada yang ketinggalan?" Taehyung bertanya untuk memastikan dan Jungkook balas menggeleng acak, tangannya bergerak memasangkan helm. "Gue jagain dari belakang" Lanjutnya, ia menunggu Jungkook mengendari motornya lebih dulu dan seperti kalimatnya barusan, maka ia akan mengikuti Jungkook dari belakang—— keduanya sepakat pergi bersama dengan menaiki kendaraan masing-masing, mengingat pulang nanti mereka tidak bisa bersama sebab memiliki jadwal yang berbeda.

Perjalanan untuk sampai ke sekolah memakan waktu sekitar 20 menit. Jungkook memarkirkan motornya lebih dulu dan Taehyung mengikutinya tidak jauh dari posisinya sekarang. Kedatangan keduanya jelas mendapat beberapa perhatian dari para siswa-siswi yang lewat, tapi baik Taehyung maupun Jungkook merasa tidak peduli. Terlampau sudah biasa. Jadi disana, Jungkook yang sudah selesai lebih dulu memilih untuk duduk diatas jok motornya seraya menunggu Taehyung selesai dengan kegiatannya; lelaki itu melepaskan helm beserta hoodie abu-abunya kemudian di lipatnya dengan rapih, pipi Jungkook sedikit bersemu ketika menyadari bahwa Taehyung begitu menjaga barang pemberiannya dengan baik.

Merasa di perhatikan, Taehyung menoleh ke arah Jungkook yang buru-buru memalingkan wajah, ia terkekeh kecil mendapati si kekasih yang sedang salah tingkah. Baru saja hendak menghampiri, sapaan seseorang membuatnya menghentikan langkah. Ia menoleh ke sebelahnya dan menemukan entitas Lea menyapa ramah disertai senyuman lebar, "pagi, Taehyung" Taehyung sebenarnya malas berurusan dengan Lea, tapi ia tidak ingin mencari masalah terlebih dengan teman sekelasnya. Maka, ia membalas singkat, "pagi" Kemudian berjalan mendahuluinya ke arah Jungkook yang sedari tadi memperhatikan dengan raut penasaran.

"Taehyung, bareng" Lea buru-buru mengejar langkahnya, tapi Taehyung tidak peduli.

"Kook—"

"Gue nunggu Mingyu" Jungkook menunjuk si pemilik nama yang sedang memarkir motornya, Taehyung meliriknya sekilas kemudian mengangguk pelan dan memutuskan masuk ke dalam sekolah lebih dulu. Sementara, Lea mengikutinya dan berusaha menyamai langkah lebar Taehyung, perempuan itu jelas merasa kesulitan, bahkan beberapa kali harus setengah berlari untuk mengejarnya. "Tae, pelan-pelan aja dong" Rengeknya manja, Taehyung berdecih pelan. Sama sekali tidak berniat memelankan langkah guna menunggunya dan justru malah melangkah semakin terburu-buru, tatapannya lurus ke depan dengan kedua tangannya yang dimasukan ke dalam saku celananya. Bisikan-bisikan terdengar dari kumpulan para siswi yang ia lewati di koridor—— barangkali kedatangannya dengan Lea yang seminggu belakangan sering mengikutinya menjadi gosip utama pagi ini.

"Astaga, Taehyung. Kenapa sih? Takut orang-orang ngomongin kita ya?" Taehyung menghentikan langkahnya tepat disamping kursi kelasnya, tak berminat menanggapi pertanyaan Lea sama sekali. Ia memilih mendudukkan tubuhnya dan segera mengambil ponselnya untuk dimainkan seraya menunggu kedatangan Jimin. Lea yang duduk disampingnya masih belum berhenti mengoceh, "wajar kali kalo kita digosipin pacaran" Katanya dengan santai, ia seperti sengaja mengatakannya agar menjadi pusat perhatian anak-anak kelas. Pun bertindak seakan-akan ia tidak mengetahui kebenaran dari hubungan Taehyung dan Jungkook.

Taehyung memutar bola matanya malas, dadanya bergemuruh jengkel. "Lagian nggak akan ada yang marah kok, soalnya gue nggak punya pacar. Lo juga kan?"

"Gue punya!" Sahut Taehyung tegas, mendelik tajam ke arah Lea yang melebarkan matanya, seolah-olah ia terkejut dengan fakta barusan. "Dan gue berusaha jaga perasaan cowok gue, jadi gue minta lo hargain usaha gue" Lanjutnya penuh penekanan, berhasil menyindir Lea secara tidak langsung.

"Cowok?"

"Ya. Gue bi"

Lea berdehem singkat. "Cowok lo harusnya nggak masalah sih, soalnya kan kita temenan. Lagian, kalo cowok lo marah itu tandanya dia nggak percaya sama lo, Tae"

Taehyung menghela napas berat, memilih berdiri dari duduknya, ia melirik ke arah Lea sekali lagi seraya berujar sarkas sebelum melangkahkan kakinya keluar dari kelas, "makasih atas kalimatnya, tapi gue nggak butuh" Lea memandang punggung Taehyung dengan tajam, napasnya memburu karena amarah yang tertahan di dadanya. Niat hati bermaksud memastikan hubungan Taehyung dan Jungkook, sekaligus membuat sedikit ulah malah berbalik menjadikannya kesal setengah mati sekaligus menjadi senjata makan tuan sebab mungkin setelah ini Taehyung akan menjauhinya.

Taehyung berjalan cepat di sepanjang koridor, tatapannya dingin tak bersahabat dengan wajah yang mengeras sempurna. Tidak ada yang berani menyapanya, bahkan kebanyakan memilih memalingkan wajah, enggan bertatapan apalagi mencari masalah dengan Taehyung yang pagi ini diliputi kejengkelan. Jimin datang dari arah berlawanan, keningnya berkerut heran ketika Taehyung melewatinya bahkan tanpa melirik ke arahnya. Ia kemudian berbalik, menepuk sedikit kasar bahu si sahabat hingga menjadikannya mengaduh sakit.

"Anjing, sakit"

"Kenapa lo?" Tanyanya langsung pada point utama. Taehyung mendengus kesal, "bolos yuk" Ajaknya tanpa menjawab pertanyaan Jimin.

"Lho, bukannya mau jadi rajin sekarang? Kan lo lagi taruhan sama Jungkook. Gue males ah, kalo Jungkook ngomelnya ke gue"

"Ya udah" Katanya datar seraya kembali melanjutkan langkah, Jimin menganga tak habis pikir dengan tingkah Taehyung yang labil. Tadi malam lelaki itu baru saja berceramah panjang lebar lewat sambungan telepon tentang pentingnya sebuah pendidikan, menasehati Jimin untuk rajin masuk kelas sebab katanya ujian kelulusan sebentar lagi. Semua itu adalah dalih agar Jimin mau menemaninya mengikuti kelas. Tapi, pagi ini Taehyung pulalah yang mengajaknya untuk membolos. Ia menghela napas panjang, ketimbang mengikuti si sahabat, ia malah mengambil ponselnya dan menekan nomor Jungkook untuk memberitahu perihal apa yang hendak dilakukan Taehyung.

Setelah dihubungi oleh Jimin, Jungkook langsung keluar dari kelas, baru saja hendak berlari menuju tangga rooftop sembari berusaha menghubungi si kekasih, Jungkook malah dibuat sedikit terkejut ketika menemukan Taehyung berdiri menyandar pada dinding luar kelasnya. Ia bergerak menghampiri, melirik kanan dan kirinya yang sudah sepi sebab bel masuk akan berbunyi beberapa menit lagi. "Tae" Panggilnya pelan, yang di panggil menoleh dan tanpa basa-basi menarik tangannya. Jungkook hanya pasrah mengikuti langkah cepat Taehyung yang membawanya ke halaman belakang sekolah, keduanya saling pandang sebelum akhirnya Taehyung menarik tubuhnya untuk dibawa kedalam sebuah pelukan.

"Kenapa?" Taehyung tidak langsung menjawab, kepalanya ditenggelamkan pada bahu si kekasih, dihidupnya aroma khas Jungkook yang begitu memabukkan. Ajaibnya kemarahan yang sempat berkumpul di dadanya tiba-tiba meluap bersamaan dengan usapan halus yang Jungkook berikan di kepalanya. "Siapa yang ganggu lo?"

"Gue nggak suka Lea"

Jungkook mengangguk mengerti, ditepuknya pelan bahu Taehyung, ia berusaha melepaskan pelukan tapi Taehyung justru malah mengeratkan lingkaran tangannya. "Diem, gini dulu. Gue masih emosi"

"Setelah ini masuk kelas, duduknya sama kak Jimin aja" Taehyung membalas dengan anggukan kepala. Setelah itu, Jungkook membiarkan Taehyung memeluknya lebih lama sampai si kekasih merasa tenang.


_•_

Pacaran √ tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang