Jungkook meneguk sekaleng soda yang sempat Jimin berikan padanya sebelum pamit pergi mendahuluinya, katanya Yoongi sudah menunggu diparkiran dan keduanya hendak pergi berpacaran—— kini hanya tersisa Jungkook sendirian. Duduk di sudut kafe dengan ponsel ditangannya. Anggota band lainnya sudah memutuskan pulang dari setengah jam yang lalu, tepat setelah agenda manggung malam ini selesai, sementara Jungkook terpaksa harus menunggu seseorang yang janjinya akan datang menjemput, tapi hingga lebih dari empat puluh lima menit berlalu batang hidungnya belum juga terlihat. Menghela napas berat, suasana ramai kafe di malam minggu ini serta musik dari band pengganti tidak begitu menarik perhatiannya, maka ia memutuskan untuk memainkan game di ponselnya, berupaya membunuh rasa bosan diselipi kekesalan yang mulai singgah, tidak menyadari kini seseorang tengah berjalan mendekat, kemudian duduk tanpa permisi di kursi kosong yang tersedia, tepat berhadapan dengannya.
"Perfomance yang keren" Pujian di terima, Jungkook menolehkan kepalanya, memastikan bahwa seseorang tengah berbicara padanya, lalu menemukan sosok tak asing duduk di depannya. Entah takdir yang senang sekali bercanda kepadanya atau memang bumi sesempit itu sehingga ia kembali dipertemukan dengan Kim Yugyeom secara tidak sengaja. "Lo masih sering ngeband ternyata"
"Lo ngapain disini?" Selidiknya menaruh curiga. Tidak bermaksud menuduh apalagi bersikap terlalu percaya diri dengan berpikir bahwa Yugyeom mungkin saja yang merencanakan pertemuan ini, sengaja mengikutinya dan kemudian menemuinya. Tapi, mengingat lelaki itu pernah menjadi bagian paling brengsek dihidupnya, Jungkook hanya bersikap waspada. Tangannya bergerak gesit menekan tombol kembali pada layar datar ponselnya, kemudian berusaha menghubungi seseorang lewat sambungan telepon, mematikan layar dan suaranya; memastikan Yugyeom tidak menyadari bahwa ia tengah menghubungi seseorang, lalu begitu telepon tersambung, Jungkook menaruh ponselnya begitu saja diatas meja, sengaja membiarkan orang di seberang sana mendengarkan obrolan mereka.
Yugyeom terkekeh singkat, alisnya terangkat sebelah, "main? Makan? Apa lagi" Ujarnya santai seraya mengangkat bahu. Tentu saja jawaban yang masuk akal, sebernarnya pertanyaan Jungkook yang tidak berbobot dan refleks diucapkan begitu saja. Tapi, Jungkook justru melirik ke arah meja mereka yang kosong dan hanya diisi sekaleng soda miliknya juga ponselnya. Seolah mengerti, Yugyeom kembali menyahut, "makannya udah tadi pas lo lagi manggung. Gue liat lo sendirian, jadi gue samperin ke sini" Paparnya berusaha menjelaskan agar Jungkook tidak salah paham. Jungkook balas mengangguk-angguk acuh, tidak begitu peduli dengan jawaban Yugyeom yang masih ia pertanyakan kejujurannya.
"Gue kaget pas liat lo tadi, gue pikir lo bakal tetep milih jadi vokalis" Yugyeom kembali membuka topik, memulai pembicaraan dan bertingkat seolah-olah keduanya adalah teman akrab. Lucunya, sikapnya ini malah mengingatkan Jungkook pada sosok Lea—— keduanya sama-sama terlihat tidak memiliki malu, bermuka tebal, pun malah bertindak seolah tidak pernah melakukan sebuah kesalahan besar, padahal kehadirannya secara terang-terangan sudah sempat di tolak. Nada suara dan tutur katanya kelewat santai bagi seseorang yang seharusnya merasa bersalah dan Jungkook akui mereka sama-sama memiliki keberanian dan rasa percaya diri yang tinggi. Anehnya justru malah terasa memuakkan. "Kenapa nggak jadi vokalis lagi kayak waktu SMP, Kook?" Dan kini malah mengajaknya bernostalgia pada masa lalu sekaligus membuat Jungkook mengingat lagi betapa brengseknya sosok di depannya ini.
"Nggak ada alasan"
"Suara lo padahal bagus" Pujinya lagi disertai senyuman bangga, tapi ia buru-buru menyahut, "eh, bukan berarti permainan gitar lo jelek ya. Justru itu juga bagus, lo keren" Katanya sebelum Jungkook menjadi salah paham, padahal Jungkook sendiri tidak begitu menanggapi ucapannya.
"Thanks"
"Lo belajar, Kook?"
"Ya"
Yugyeom terlihat tertarik, Jungkook mendengus, melirik berulang kali ke arah pintu utama kafe yang sedari tadi tidak berhenti terbuka dan tertutup, sayangnya orang yang ditunggunya tak kunjung datang. "Siapa yang ngajarin?" Tanyanya penasaran.
"Kakak" Yugyeom terdengar menghembuskan napas lega, mungkin bersyukur sebab Jungkook tidak menyebutkan nama Taehyung untuk menjawab pertanyaannya. Ia lalu mengangkat tangannya, memanggil salah seorang pelayan kafe dan memesan satu minuman sebagai peneman, "mau pesan juga, Kook?" Jungkook menggelengkan kepalanya sebagai bentuk penolakan, menunjuk lewat matanya sekaleng soda yang masih tersisa setengahnya.
"Lo nungguin seseorang?" Simpul Yugyeom seraya mengikuti arah pandang Jungkook, "Taehyung?" Tepat sasaran tapi Jungkook tidak berniat menjawab, membiarkan pertanyaan Yugyeom mengambang diudara, dibalas keheningan sampai seorang pelayan yang sebelumnya dipanggil datang lagi dengan nampan berisi segelas minuman yang sebelumnya di pesan oleh Yugyeom, sayangnya belum sempat minuman itu ditaruh di atas meja, tangan si pelayan tidak sengaja terbentur oleh tangan Yugyeom yang berniat meraih minumannya, lalu malah berakhir tumpah mengenai pakaian Jungkook, "astaga, Jung. Sorry" Katanya penuh sesal bersahutan dengan ucapan si pelayan yang merasa bersalah. "Mbak tolong bawa tisu, ya?"
Jungkook meringis, mengusap usap pakaiannya yang basah dibantu oleh Yugyeom yang bergerak refleks, lelaki itu mencondongkan tubuhnya kearah Jungkook, "sorry ya, Jung. Baju lo jadi basah"
"Udah nggak papa. Lo duduk aja"
Bukannya menurut, Yugyeom malah berjalan mendekat ke arahnya, "gue nggak sengaja tadi"
"Iya, tapi mending lo duduk" Ulang Jungkook sekali lagi, tampak tidak nyaman dengan posisi mereka yang terlampau dekat pun menjadi pusat perhatian dari orang-orang di sekitar. Beruntungnya, si pelayan cepat datang, memberikan beberapa lembar tisu ke arah Jungkook seraya meminta maaf sekali lagi, "nggak papa kok, Yugyeom minggir!" Jungkook mendorong bahu Yugyeom sedikit kasar agar menjauh darinya.
"Gue bantu, Kook" Katanya keras kepala.
"Nggak perlu. Gue bisa sendiri!" Ujarnya penuh penegasan dengan sorot mata tajam, Yugyeom lantas kembali duduk di tempatnya, memperhatikan Jungkook yang membersihkan pakaiannya sendiri. Sementara, si pelayan memutuskan untuk bertanggung jawab dengan mengganti minuman Yugyeom tadi.
"Gue bawa jaket, lo mau pake jaket gue?"
"Nggak perlu" Bukan Jungkook yang menjawab, melainkan Taehyung. Lelaki itu tiba-tiba sudah berdiri tepat di sebelah Yugyeom. "Gue matiin teleponnya ya? Batre hp gue mau habis" Taehyung menunjukkan layar ponselnya yang memperlihatkan bahwa telepon masih tersambung. Yugyeom mengerutkan keningnya, melirik ponsel Jungkook yang layarnya kemudian menyala, menandakan bahwa telepon sudah diputus sepihak oleh Taehyung. Jungkook lantas mengambilnya, dimasukan ke dalam saku celananya kemudian meneguk habis sekaleng soda pemberian Jimin sebelum menarik Taehyung untuk segera keluar dari kafe tersebut.
"Thank, udah nemenin cowok gue" Pamit Taehyung seraya menepuk bahu Yugyeom beberapa kali disertai senyuman pongah. Yugyeom mendengus, mengusak surainya secara acak dan menggeram kesal, begitu menyadari bahwa sedari tadi ternyata Jungkook menghubungi Taehyung. Apa rencananya gagal?.- belum sempat memproses seseorang dari sudut kafe lainnya datang mendekat, terlihat sama kesalnya dengannya, ia melemparkan ponselnya yang menunjukkan roomchatnya dengan Taehyung, ternyata dia sempat mengirimkan foto Yugyeom berdua dengan Jungkook tapi hanya berujung dibaca tanpa balasan.
"Sialan Lea! Lo harusnya pastiin kalo Taehyung kepancing!"
"Lo seharusnya sadar kalo Jungkook dari tadi telpon Taehyung"
"Bangsat"—— Baik Lea maupun Yugyeom tidak ingin mengalah, masih terus menyalahkan dan berujung beradu argumen tentang siapa yang lebih salah diantara mereka.
_•_
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...