"Kak, aku capek"
"Maaf"
"Ayo berhenti" —— nyaris dua tahun menjalin hubungan; Jimin tidak pernah membayangkan dua kalimat tadi pada akhirnya harus ia ucapkan, tepat di hadapan Yoongi yang menatapnya dengan terkejut, tetapi lelaki itu tidak buru-buru menyahut, hanya terdiam seolah sedang memproses apa yang barusan di dengarnya. Barangkali ia juga tidak pernah mengira bahwa Jimin akan berakhir menyerah, padanya dan pada hubungan keduanya yang selama ini rasanya berjalan baik-baik saja. Namun, jika harus ditilik balik kebelakang, sebenarnya sudah banyak yang terjadi dan beransur-angsur mulai berubah, dari jarangnya bertemu, merasa bosan, berdebat, hingga bertengkar hebat, kemudian berakhir dalam perang dingin selama beberapa hari sampai kembali saling memaafkan tanpa membicarakan masalah sebelumnya, keduanya seolah-olah sepakat untuk lari dan menutup paksa luka yang di dapatkan.
"Haruskah berhenti?"
"Aku tahu, kamu juga ngerasa capek kalo kita berantem terus" Jimin menghela napas berat, hubungannya dengan Yoongi bisa dibilang tidak begitu sehat, banyak komunikasi yang mereka lewatkan hingga tanpa sadar saling menyakiti. Sebab, faktanya kesibukan Yoongi dan perangainya yang dingin tidak mampu Jimin maklumi setiap saat, meskipun ia tidak butuh dikabari setiap hari, tetapi ia lelah harus menjadi pihak yang berinisiatif memulai segalanya. Sementara, Yoongi sendiri merasa Jimin tidak begitu mempermasalahkannya selagi memang ia sibuk bekerja dan Jimin tidak mengatakannya, tetapi sebenanrnya adakalanya Yoongi juga merasa jenuh ketika hubungan mereka terus dihiasi pertengkaran dengan topik serupa; perihal waktu. "Hubungan kita nggak bisa di selamatin lagi, kak. Kita udah terlalu banyak saling nyakitin dan mungkin ini waktunya untuk sama-sama sembuh dan memperbaiki diri sendiri"
Hubungan kita tidak bisa diselamatin lagi.- Yoongi diam-diam menyetujuinya, sadar bahwa seharusnya memang sudah lama hubungan mereka berakhir—— barangkali selama ini, keduanya hanya mencoba terus bertahan, karena terlalu menyayangkan waktu yang sudah mereka habiskan bersama nyaris dua tahun itu, hingga tanpa sadar bahwa sudah terlalu banyak terluka. Dan barangkali, Yoongilah yang memberikan luka paling banyak. Jadi disana, ia terdengar menghembuskan napas berat sebelum menjawab, "Kamu bener" katanya menyetujui. "Jim, sorry" lirihnya begitu pelan, hampir saja tidak terdengar. Ia memandang sendu ke arah Jimin yang balas menatapnya dengan kedua matanya yang sudah tampak berkaca-kaca. "Maaf kalo di hubungan ini gue banyak nyakitin lo, maaf kalo gue belum bisa jadi pacar yang baik" bersamaan dengan kalimatnya, air mata Jimin tumpah begitu saja.
"Makasih karena lo udah selalu sabar dan mengerti gue, makasih juga karena udah selalu berusaha jadi yang terbaik buat gue. Lo baik banget, Jim, bahkan di saat-saat terakhir ini, dengan lo yang nggak marah-marah sama gue dan minta putus baik-baik, lo masih jadi orang paling baik yang pernah gue kenal" Katanya melanjutkan, diusapnya dengan lembut air mata yang semakin deras menuruni pipi Jimin. Ia tersenyum getir, "Kalo memang dengan berakhir bikin lo nggak ngerasa sakit lagi dan bikin kita sama-sama sembuh, ayo akhiri sampai disini" dan dengan begitu, hubungan keduanya resmi berakhir. Yoongi menariknya pelan ke dalam sebuah pelukan—— barangkali akan menjadi yang terakhir sebelum keduanya benar-benar berpisah.
"Gue sama Geyana nggak punya hubungan apa-apa, sorry bikin lo jadi mikir macam-macam, salah gue karena nggak bilang sama lo dulu. Kita berdua kenal karena satu UKM di kampus, selebihnya hanya temen biasa, gue bahkan baru tau kalo kalian sepupuan. Kemarin ketemu buat bahas projek bareng. Maaf ya, bikin lo salah paham, itu murni salah gue"
Jimin memejamkan matanya seraya menghela napas panjang dan berdehem beberapa kali untuk menormalkan suaranya, "Makasih karena udah berusaha jelasin ya, kak" bisiknya tepat di sebelah telinga Yoongi. "Gue nggak pernah nyesel kenal bahkan jatuh cinta sama lo, kak. Nggak mau munafik kalo gue juga seneng bisa jadi pacar lo, si keren yang masih kuliah tapi juga udah punya pekerjaan. Kak, mungkin ini emang udah jalannya buat hubungan kita, karena faktanya gue yang nggak bisa terus bertahan, gue terlalu serakah dan ngerasa kurang terus di hubungan kita, lama-lama gue banyak nuntutnya sama lo, berakhir bukannya bahagia, kita malah sama-sama terluka. Gue mau putus bukan karena udah nggak sayang sama lo lagi, jujur gue bahkan masih cinta sama lo. Tapi, kalo terus di lanjut, nanti sakitnya kita makin parah" Jimin melepaskan pelukan keduanya lebih dulu, diusapnya perlahan area pipinya yang sudah basah, ia tersenyum manis, "karena kita mulai baik-baik, jadi ayo akhiri dengan baik-baik juga. Makasih ya kak udah pernah biarin gue masuk dalam hidupnya lo, gue banyak kurangnya juga, maafin ya kak, kalo gue buat lo sakit" lanjutnya dengan suara yang terdengar bergetar.
Yoongi terkekeh kecil ketika mendengarnya, di usaknya acak rambut Jimin, "Semoga nanti kalo ketemu lagi kita udah sama-sama sembuh, ya, Jim. Ayo gue anterin pulang dulu, lo harus istirahat yang banyak karena bentar lagi ujian. Semangat dan sukses pokoknya buat lo"
"Thanks kak Yoongi, lo juga ya, kak"
Dan begitulah semuanya harus berakhir—— hubungan yang nyaris saja menyentuh angka dua tahun dalam tiga bulan lagi itu harus kandas di tengah jalan, bukan karena cinta yang dulu di bangun kokoh sudah hilang, tapi karena sakit yang diterima sudah terlampau dalam. Ada banyak yang disayangkan, tapi ketimbang harus terluka semakin parah, mereka memilih menyerah, enggan mempertahankan ego masing-masing yang sebenarnya tidak akan pernah ada habisnya, keduanya sepakat untuk sama-sama sembuh sampai nanti takdir membawa keduanya bertemu lagi, entah masih dengan rasa yang sama atau justru rasa yang baru. Yang pasti, untuk saat ini, berpisah adalah jalan terbaik.
"Gue pulang, ya, Jim. Sampai ketemu lagi"
Yoongi mengantarkannya sampai ke depan pintu appartemennya; lelaki itu masih melakukan hal yang biasanya dilakukan, bahkan ketika mereka sudah tidak terikat hubungan lagi. Sementara Jimin masih terus mempertahankan senyumannya, memberi anggukan beberapa kali dan menunggu di depan pintu appartemennya sampai tubuh Yoongi menghilang. Bersamaan dengan Yoongi yang sudah pergi, senyumannya luntur tergantikan oleh air mata yang justru kembali jatuh dengan deras, bukannya segera masuk ke dalam, Jimin malah berjongkok dan merongoh saku hoodienya, mengambil ponselnya kemudian menghubungi nomor si sahabat.
"Tae, semua udah berakhir. Gue sama kak Yoongi putus" Katanya begitu telepon tersambung, tidak ada respon apa-apa dari seberang telepon sana dan Jimin malah semakin terisak seraya menepuk-nepuk dadanya sendiri yang terasa sesak—— sebab, bagaimanapun cara keduanya mengakhiri hubungan dan alasannya, perpisahan tetaplah menyakitkan. "Ayo mabuk. Gue jemput" suara Taehyung terdengar kemudian, Jimin tidak menjawab lagi dan berakhir memutuskan panggilan telepon diantara keduanya. Tubuhnya dibawa bersandar pada tembok di samping pintu, kembali menangis lagi dan lagi sembari menunggu kedatangan Taehyung.
_•_
Habis ini kayaknya skip time aja deh hehe. Bingung mau apa lagi huhu

KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...