menuntaskan rindu.-

1.6K 220 26
                                    

“Dari mana?” Melempar sembarang handuk kecil yang menggantung asal di bahu Taehyung, Jungkook menyambar hair dryer dengan cekatan, mengirimkan deru bising yang kini mengisi sunyi setelah lama keduanya hanya saling terdiam, membiarkan pelukan menguapkan rindu yang sudah lama menumpuk tanpa perlu untaian kata—— keduanya sama-sama paham bahkan tanpa bicara sekalipun, jikalau rindu yang membelenggu dada tidak cukup hanya dituntaskan dengan sebuah pertemuan apalagi hanya oleh sebuah ungkapan sederhana. Sementara, Taehyung sendiri dengan sabar menunggu, membiarkan pertanyaannya mengudara tanpa jawaban, ia setengah menundukkan kepalanya untuk memudahkan tangan Jungkook bergerak bebas menyisir rambut basahnya sembari sesekali memejamkan matanya yang mulai terasa memberat. Lelah menerjang tubuhnya setelah seharian sibuk oleh rutinitas baru dan kehadiran Jungkook menambah kenyamanan dalam dirinya.

“Sebentar, jangan tidur dulu” Jungkook menegur pelan, menepuk pundaknya beberapa kali guna menyandarkannya dari kantuk yang mulai menguasai setengah raganya. Taehyung terdengar berdehem pelan sebagai balasan, kendati sejujurnya kesulitan mengendalikan matanya yang semakin memberat, sebelah tangannya bergerak menopang kepalanya dengan pahanya sebagai tumpuan, sementara sebelah tangannya yang lain justru refleks melingkari pinggang ramping Jungkook. “Gue baru aja di tembak” ucap Jungkook mencoba memulai obrolan dengan sebuah topik menarik yang lumayan berhasil membuat Taehyung tetap menjaga kesadarannya. Lelaki itu melirik sekilas lewat sudut matanya.

“Mati dong?” guraunya yang membuat Jungkook mendengus keras, diusaknya kasar rambut Taehyung yang masih setengah basah guna melampiaskan kekesalan, hingga si empunya meringis pelam disusul terkekeh puas. Ia berdehem beberapa kali. Sebenarnya ia merasa penasaran meskipun menanggapi dengan separuh bercanda, “siapa?” tanyanya heran, kali ini nada suaranya mulai terdengar serius.

“Park Hyunki. Murid baru di kelas gue”

Berusaha menahan senyumannya, Taehyung bertanya melanjutkan, “Siapa yang mau sama lo?” usilnya yang kali ini mendapat pukulan cukup keras di bahunya, tawa Taehyung meledak disertai aduhan, tubuhnya beringsut menjauh dari jangkauan Jungkook yang menggeram semakin kesal, sementara tangannya terangkat, bergerak gesit menahan kedua tangan Jungkook yang hendak melayangkan pukulan lainnya. “Bercanda” sahutnya meminta ampun secara tidak langsung, sebelum Jungkook bertambah kian murka dan tubuhnya menjadi penuh oleh banyak luka lebam; terdengar lebay, tetapi ia harus tetap waspada. Jungkook balas mengerling malas seraya melempar handuk di tangannya ke arah Taehyung yang dengan sigap menangkap disertai senyuman pongah.

“Kapan?”

“Tadi”

“Tadi?’ Taehyung mengulang jawaban Jungkook dengan sebuah kalimat tanya, sedikit kebingungan, namun, menilik kembali pada pakain Jungkook malam ini yang terlihat sedikit lebih rapi daripada biasanya, ia sontak menganggukkan kepalanya beberapa kali seolah mengerti dan dengan begitu secara tidak langsung pertanyaan pertamanya terjawab tanpa Jungkook berikan balasan. “Kenapa?” tanyanya ingin tahu, bersamaan dengan itu kegiatan Jungkook berakhir, lelaki itu mematikan hair dryer milik Taehyung lalu ditaruhnya asal di atas nakas setelah menekan tombol off. Ditatapnya sejenak Taehyung sebelum ia memilih beranjak dari tempatnya duduk, mendekati lemari pakaian di sudut ruangan, dibukanya tanpa ijin dan diambilnya satu set pakaian tidur miliknya yang sengaja ditinggalkan disana.

“Katanya gue menarik” tanpa rasa malu, Jungkook membuka pakaian yang melekat di tubuhnya tanpa mengalihkan tatap dari Taehyung yang buru-buru memalingkan wajah dengan sebagian pipi yang terlihat memerah samar. Jungkook terkekeh kecil; satu hal yang ia sadari dari kekasihnya—— si berandal nakal yang sering membolos sekolah itu adalah sosok yang sama dengan yang selalu berusaha menjaganya bahkan dari dirinya sendiri. “Bangsat” maki Taehyung dengan setengah berbisik, sementara Jungkook malah tertawa puas dan semakin senang menggodanya. “Anjing, jangan ke sini! Pake baju lo!” Katanya panik sembari beranjak menjauh. Lalu mulai menyibukkan dirinya sendiri dengan menyimpan kembali hair dryer yang tadi digunakannya ke tempat asalnya, lalu membereskan buku-bukunya yang berserakan diatas meja—— ia berusaha mengalihkan perhatian dari Jungkook yang malah sengaja melambatkan aktivitasnya mengganti pakaian.

“Udah” Katanya sembari membaringkan badannya lebih dulu. “sini” ajaknya.

Melirik cepat ke arah Jungkook untuk memastikan, helaan napas lega terdengar dihembuskan setelahnya. Taehyung pada akhirnya menyusulnya, sedangkan Jungkook bergerak menyamping, hingga kini keduanya saling berhadapan dalam posisi tertidur diatas ranjang Taehyung, dibawah selimut yang sama, dengan tatap yang dibiarkan saling bertemu. Untuk sesaat seolah waktu sengaja berjalan melambat, hening kembali dibiarkan mendominasi, keduanya sama-sama saling terdiam, sibuk menyelami kedalaman mata masing-masing tanpa banyak berucap, membiarkan sorot tatap berbicara, lewat hangat yang kini mulai terasa memenuhi dada. Tangan Jungkook terangkat, mengusap setiap sudut wajah Taehyung, melewati area bawah matanya yang mulai terlihat menghitam, menandakan si pemilik tidak punya waktu yang cukup untuk tertidur. “Lo cemburu, nggak?” tanyanya tiba-tiba. “Dia bilang kalo dia jatuh cinta pada pandangan pertama sama gue” Jungkook terkekeh pelan, “dan dia bilang nggak punya alasan jatuh cinta sama gue, karena katanya cinta emang nggak butuh alasan” diakhiri sebuah dengusan.

“Munafik” Maki Taehyung sebagai tanggapan.

“Lo juga sering bilang gitu” mengangkat bahunya acuh, Taehyung memejamkan matanya secara perlahan-lahan setelah membalas tegas, “Banget, Jungkook” katanya ambigu. “Gue cemburu parah” lanjutnya.

“Udah pernah gue bilang” ujarnya lagi. “gue butuh lo, kayak gue butuh oksigen buat tetap hidup. Pergi dari lo atau buat lo pergi sama artinya dengan bunuh diri” Jungkook mengembangkan senyumannya, matanya nyaris berkaca-kaca. Ia berhasil memancing dan kembali mendengar kalimat itu lagi. “Jangan khinatin gue”

Menahan senyumannya, Jungkook membalas asal, “tergantung” Taehyung kembali membuka matanya yang kini terlihat memerah karena berusaha menahan kantuk, “kalo lo bertindak brengsek dengan mengabaikan gue lagi, lebih baik gue selingkuh”

“Gue sibuk” Jungkook mendengus seraya memutar bola matanya malas seolah sebelumnya sudah dapat menebak jawaban Taehyung. “Ada banyak yang lagi gue lakuin, masih dalam proses dan itu bikin gue sulit buat hubungi lo. Sorry.”

“Lo terlalu sibuk sampai lupa gue”

“Bukan maksud gitu. Maaf” menghela napas panjang, Jungkook memilih mengalah, tidak ingin memperpanjang perdebatan hingga berujung pada sebuah pertengkaran, padahal keduanya baru pertama kali lagi bertemu setelah beberapa minggu sibuk oleh rutinitas masing-masing. “Tapi Hyunki ganteng juga sih, jangan biarin gue selingkuh sama dia” sahutnya sebagai pemecah situasi yang tiba-tiba berubah canggung dan sedikit menegang. Taehyung menyentil pelan hidungnya.

“Nggak usah kecentilan”

“Biar”

“Masih gantengan gue”

“Percaya diri boleh, tapi harus sadar diri juga sih”

“Anjing”

“Lo anjing”

Mendengus keras, Taehyung kembali menutup matanya sembari berujar ketus setengah merajuk. “kenapa nggak terima dia aja kalo gitu”

“Gue pegang kepercayaan lo juga janji setia gue” katanya. “Kalaupun harus putus” Taehyung lagi-lagi membuka matanya, tatapannya menajam sebab tidak suka dengan kalimat Jungkook, tetapi, Jungkook malah dengan santai terus melanjutkan, “Kalaupun harus putus, gue maunya berakhir dengan baik-baik karena kita juga mulai dengan baik-baik”

Taehyung berdecak, “jangan ngomong gitu”

Sementara, Jungkook balas terkekeh, “gue harap semesta punya garis takdir terbaik buat kita”

“Kalo semesta nggak bisa gariskan takdir terbaik. Kita buat sendiri garis takdir kita” sambarnya tergas. Jungkook mengangguk setuju sembari beringsut mendekat, “kita buat garis takdir kita sampai bumi ikut merestui bahkan dengan terpaksa sekalipun” sahutnya diakhiri dekapan erat Taehyung. Lantas, keduanya sama-sama memejamkan mata setelahnya, berdoa agar semesta selalu berbaik hati, kemudian perlahan-lahan jatuh ke alam bawah sadar, membiarkan bunga tidur mengambil alih.


___
Akhirnya ya...

Pacaran √ tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang