Menyusuri jalanan sepanjang kota yang tidak terlalu ramai di malam rabu yang tiba-tiba saja gerimis ini—— Jungkook bersenandung ringan mengikuti alunan musik yang terputar lewat radio mobil yang sengaja dinyalakan oleh si pemilik sebagai peneman sepi sekaligus pemecah canggung, sesekali keduanya saling melirik dan berakhir terkekeh kecil, ada senyum yang terus menghiasi wajah si pengemudi; barangkali hari itu berjalan baik. Keduanya menghabiskan nyaris lebih dari tiga jam lamanya dengan menonton dan makan malam bersama, saling melempar candaan guna memperdekat hubungan, tawa dan obrolan silih bergantian memenuhi, hingga keduanya harus berakhir berpisah sebab waktu hanyut terkikis oleh malam yang semakin larut. Ada keengganan yang singgah, tetapi tak ada alasan jelas untuk terus bertahan dan menunda kepergian. Jungkook tetap harus dipulangkan tepat di jam yang sudah dijanjikan.
"Jungkook, thanks buat malam ini"
Jungkook menoleh, bertepatan dengan itu mobil berhenti, ia tersenyum kecil sebelum membalas singkat seraya membuka seatbelt yang sedari tadi melingkari setengah dari tubuhnya sebagai bentuk pengamanan, "ya, thanks juga" Katanya. Setelahnya ada jeda yang diambil, Jungkook masih menunggu sebab belum dipersilahkan pergi, pun Hyunki terlihat ingin mengungkapkan sesuatu yang sedari tadi membelenggu. Maka keduanya hanya terdiam dan saling melempar tatap sampai helaan nafas panjang Jungkook terdengar sebagai pemecah sunyi.
"Kenapa?"
Hyunki berdehem, posisi duduknya dibawa miring hingga menghadap ke arah Jungkook sepenuhnya—— lelaki itu terlihat gugup. "Ada yang mau gue omongin" ujarnya memulai pembicaraan, dengan setengah ragu yang meliputi, sebelah tangannya terangkat guna menggenggam sebelah lengan Jungkook yang hanya melirik sekilas sebagai respon tanpa balik membalas genggaman tangan Hyunki yang semakin mengerat. Dingin dan hangat. Dua sensasi rasa tersebut terasa melingkupi sentuhan tangan diantara keduanya, mengirimkan getar samar pada dada Hyunki sekaligus kerutan kening pertanda kebingungan pada Jungkook. "Jung, kedengaran terlalu dini buat nyimpulin ini, tapi nggak ada yang bisa atur perasaannya sesuka hati. Gue suka lo. Ah, nggak… tapi cinta. Cinta pada pandangan pertama mungkin?" Diakhiri sebuah kekehan. Sejujurnya, Hyunki sendiri merasa lucu, cinta pada pandangan pertama?. Sialan. Ia tidak pernah mempercayainya, tetapi anehnya saat ini ia justru tengah mengalaminya dan tidak ingin menjadi munafik maka ia mengakuinya.
"Sorry karena lancang cinta sama lo. Gue nggak bisa bohong, kalo gue ngerasa nyaman, gue suka, gue sayang, gue cinta sama lo" paparnya berusaha mendeskripsikan tentang perasaannya, "bahkan sejak awal gue pertama kali liat lo, gue udah tertarik. Gue yang nggak percaya cinta ini, dibuat buta sama lo"
"Kenapa gue?" Jungkook menyambar cepat, bertanya dengan gurat penasaran. "Kenapa bisa gue?"
"Gue nggak tahu, gue nggak punya alasan. Lagian cinta nggak butuh alasan kan?"
Lalu, setelahnya tawa Jungkook terdengar sebagai balasan. Ia mengerling malas, bullshit.- cacinya dalam hati. Ingatannya dibawa pada sebuah lintas percakapan antara dirinya dengan Taehyung; pada masa dimana hubungan diantara keduanya masih hanya sebatas teman. "Gue tertarik sama lo, munafik kalo awalnya bukan karena fisik, tapi semakin lama terikat, gue nemuin satu fakta, kalo gue bukan cuman tertarik sama fisik lo, tapi gue butuh lo. Gue mau lo. Semuanya yang ada di diri lo. Gue butuh itu buat terus lanjutin hidup" lantas, jika diingatkan pada kalimatnya yang terdengar serupa omong kosong belaka, Jungkook diam-diam masih seringkali tersipu malu, meski kerap kali berakhir menjadikannya sebagai senjata ulung untuk menggoda Taehyung yang berakhir hanya dibalas decakan kesal sembari mengatakan sanggahan yang berupa peralihan topik semata, "gue suka lo tanpa alasan" katanya bohong, sebab nyatanya yang terdengar serupa omong kosong tadi justru benar-benar Jungkook rasakan—— Taehyung membuhkannya. Teramat banyak. Sepenting udara untuk bernafas.
"Gue udah punya cowok" Jungkook membalas dengan sebuah kejujuran, memandang serius ke arah Hyunki yang terlihat tidak terkejut sama sekali. "Udah dua tahun" lanjutnya lagi mengabaikan ekspresi Hyunki yang berubah kesal, barangkali karena sebenarnya ia tidak membutuhkan informasi itu.
Namun alih-alih mengungkapkan kekesalannya, ia malah melemparkan sebuah tanya, "gimana hubungan kalian? Baik?"
"Hubungan kita di bangun di atas dasar kepercayaan…" Jungkook menjeda sejenak, "...sekaligus janji akan kesetiaan" katanya yang nyaris membuat Hyunki membolakan matanya, ia merasa lucu ketika mendengarnya, apalagi kalimat itu dikatakan oleh anak SMA seumurannya yang baru saja memiliki hubungan dua tahun lamanya. Terlalu muda untuk mengatakan kalimat seperti orang yang sudah menikah bertahun-tahun lamanya. "Kedengaran lucu, gue tahu. Kita masih nggak pantas buat ngomong begitu, tapi sejak awal itu yang jadi prinsip hubungan gue sama dia" sambar Jungkook cepat seolah-olah dapat menebak arti dari reaksi yang Hyunki perlihatkan.
"Bagi gue, dihubungan sekecil dan sedini atau semuda apapun, perselingkuhan atau pengkhianatan adalah dosa yang nggak akan bisa termaafkan" Jungkook melepaskan genggaman tangan Hyunki pada tangannya secara perlahan-lahan, "gue menghargai perasaan lo. Tapi sorry, gue nggak pernah berniat membalas rasa atau sedikit membuka hati buat siapapun. Tepatnya, untuk saat ini gue cuman mau cinta gue habis di satu orang dan itu cowok gue, nggak mau peduli meski semesta nantinya berakhir bertindak brengsek dengan pisahin kita sekalipun, setidaknya ada satu hal yang nggak akan pernah gue sasali, gue nggak pernah main-main sama cintanya gue" gegaman Hyunki terlepas sepenuhnya, rahang lelaki itu terlihat mengeras dengan tatapan yang menajam, Jungkook paham mungkin Hyunki merasa di bohongi, tetapi semua ini jelas bukan kesalahan Jungkook.
"Lo mungkin salah paham sama sikap gue. Tetapi Hyunki, gue memperlakukan lo sama kayak gue memperlakukan Mingyu atau teman yang lainnya. Sorry. Gue harap lo paham" katanya disusul satu helaan nafas panjang, Jungkook menegakkan posisi duduknya, sudah bersiap hendak pergi, "malam ini akan jadi yang pertama dan terakhir, lain kali ajak Mingyu atau yang lainnya juga. Sejujurnya agak canggung kalo hanya berdua. Gue pamit, semoga lo pulang dengan selamat, sekali lagi makasih" pintu sudah dibuka dan Jungkook nyaris melangkahkan kakinya keluar sebelum Hyunki menahan pergerakannya.
"Kita masih bisa temenan kan?"
Jungkook tidak langsung menjawab, terlihat berpikir sejenak, menimbang, namun berakhir mengangguk disertai senyuman tulus. "Tentu. Asal lo nggak melewati batasan"
"Thanks, Jung" ujarnya yang terdengar merasa lega dibalas anggukan singkat oleh Jungkook.
Setelahnya Jungkook segera keluar dari dalam mobil dan berjalan mendekat ke arah pagar yang tidak tertutup rapat, senyumannya mengembang lebar ketika langkah dibawa terus masuk ke dalam, membiarkan Hyunki yang masih terus memperhatikan dengan hati yang patah juga kekesalan yang masih menumpuk. Membuka pintu dengan kunci cadangan miliknya, ia menatap sekitar ruangan yang nyaris gelap jika sorot lampu remang-remang tidak menerangi dari ujung meja nakas di sebelah ranjang, menutup kembali pintu, ia berjalan masuk dan menaruh barang-barangnya di atas meja setelah menyalakan lampu, tepat bersebelahan dengan tumpukan buku-buku yang berserakan, seolah tidak peduli, kakinya mendekat ke arah ranjang dan ia mendudukkan tubuhnya di atas sana, mengabaikan suara pintu kamar mandi yang dibuka secara perlahan-lahan dari dalam lalu menghadirkan sosok yang sudah lama tidak ia temui. Kim Taehyung.
"Hei, brengsek" sapanya singkat. Taehyung mendengus, menatap sinis, tetapi langkahnya dibawa terburu-buru mendekati ranjang. Lelaki ikut duduk dan lekas memeluknya dengan erat seraya diam-diam tersenyum lebar. Aroma pekat sampo dan sabun mandi menguar dari tubuh Taehyung yang masih setengah basah, Jungkook memukul bahunya pelan, lalu ikut membalas pelukan tak kalah eratnya, seolah-olah sama-sama tengah melampiaskan rindu yang bertumpuk begitu banyak. Pada akhirnya, semenyebalkan dan sebrengsek apapun Taehyung, Jungkook tidak dapat memungkiri, jikalau lelaki itu masih jadi tempat pulang paling nyaman, karena itu ia memutuskan datang ke sana. Ke kosan si kekasih yang sudah lama tidak dikunjunginya.
Barangkali isi kepala dan hati seseorang sulit di tebak dan seringkali berubah-ubah, mudah sekali jatuh dan berpaling. Tetapi Jungkook memilih untuk menghabiskan seluruh cintanya pada satu sosok berharganya, tidak peduli jika semesta berakhir memisahkan keduanya pada nantinya.
___
Yah, nggak jadi berantem :))), cintanya Jungkook banyak banget ternyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...