Jika di berkati sebuah kekuatan Jungkook bersumpah akan mengutuk Jeon Seokjin saat ini karena sudah berhasil menggagalkan rencana hibernasinya di hari minggu—— pagi-pagi sekali lelaki yang lebih tua sudah merusuh di kamarnya, menyeret kakinya agar bangun hingga membuat Jungkook kesal setengah mati, dan sekarang minta ditemani untuk berbelanja keperluan yang harus di siapkan untuk menyambut kekasih beserta keluarganya yang berniat datang berkunjung ke rumah mereka lusa nanti. Jungkook jelas tidak bisa menolak sebab Seokjin lebih dulu melibatkan sang bunda sebagai tamengnya, dan pada akhirnya disinilah ia berada, ditengah-tengah keramaian pusat perbelanjaan di hari libur pada pagi menjelang siang.
"Jelek lo" Maki Seokjin ketika mendapati adiknya terus menekuk wajah. Jungkook memutar bola matanya malas, enggan membalas dan memicu perdebatan lagi, ia memilih hanya mengikuti langkah sang kakak sembari menggerutu dalam hati. "Senyum dong, sebagai selingkuhan gue lo harus cakep"
Jungkook mendelik, "Dih, gue kalo selingkuh juga milih-milih kali. Masa sama orang kayak lo" Tapi, akhirnya mulutnya gatal kalo tidak membalas kalimat Seokjin. Sang kakak merespon dengan memukul pantatnya, Jungkook menahan pekikan kesalnya dan segera menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu melesat masuk pada salah satu toko pakaian bermerk cukup terkenal. Jeon Seokjin, sialan. - umpatnya dalam hati, keinginan membunuh si kakak kandung membumbung tinggi di dalam hatinya.
"Cakep nggak?"
"Hm"
"Kalo yang ini, cakep nggak?"
"Hm.. Aw, anjir ya lo" Jungkook mengusap pantatnya yang sekali lagi menjadi sasaran kekesalan sang kakak, sebab sedari tadi ia hanya membalas pertanyaannya dengan sebuah deheman singkat bahkan tanpa menoleh terlebih dahulu ke arahnya untuk memastikan dua kemeja yang Seokjin pilih cocok untuknya atau tidak. "Apasih ih"
"Yang bener dong, cakep mana nih? Biru atau abu?"
Jungkook menatapnya dengan sinis, beralih pada dua kemeja yang Seokjin pegang. "Biru aja, lebih cerah"
"Oke, gue ambil yang putih" Putus Seokjin pada akhirnya, menyimpan kembali dua kemeja yang sedari tadi ia bawa dan memilih beberapa kemeja putih yang sebenarnya sejak awal sudah mencuri perhatiannya. Jungkook memejamkan matanya, berusaha mengatur emosi yang meluap-luap dalam hatinya yang meminta untuk di lampiaskan. Kakaknya adalah manusia paling menyebalkan di bumi, hal seperti ini pernah beberapa kali terjadi padanya dan seharusnya Jungkook tidak jatuh ke lubang yang sama. Terlampau kesal, Jungkook pilih mendekat dan balas memukul bokong kakaknya hingga membuat Seokjin mengaduh, "sakit"
"Rasain. Cepetan ih, laper gue"
Seokjin berdecak, "Lo nggak mau beli sesuatu?" Tanyanya yang Jungkook balas gelengan, "ya udah, aman berarti duit gue" Katanya lagi. "Tunggu di tempat makan biasa aja sana, wajah lo merusak pemandangan"
"Dari tadi dong ah" Tanpa berlama-lama lagi, Jungkook segera melesat pergi keluar untuk mengunjungi salah satu tempat makanan favorit mereka yang menyajikan makanan khas negeri sakura. Seraya menunggu Seokjin, ia memesan beberapa menu makanan dan meminta minuman disajikan lebih dulu. Memilih bermain ponsel untuk membunuh rasa bosan, sampai seseorang datang menyapanya,
"Hai, Jungkook" Jungkook mendengus pelan ketika yang menatap si menyapa, memaksakan senyumannya dan kemudian membalas singkat, "Hai, kak Lea"
"Lo sendirian aja? Nggak sama Taehyung atau Jimin?" Lea berbasa-basi sok akrab, Jungkook tidak mengerti sekaligus heran bagaimana perempuan itu mampu bersikap biasa saja padanya setelah kejadian tempo lalu di parkiran, alih-alih merasa malu atau canggung dia justru bersikap sebaliknya dengan sok ramah seakan-akan mereka mengenal cukup baik, oh atau mungkin sebenarnya dia memang ramah dan Jungkook saja yang terlalu berpikiran negatif. Agaknya permintaan maaf yang didapatkan perempuan itu baik dan Jungkook maupun dari Taehyung, malah membuatnya bertingkah semakin menyebalkan dimata Jungkook.
"Nggak"
"Oh, jadi lo sendirian——"
"Maaf lama sayang, udah pesen belum?" Ucapan Lea terhenti oleh kalimat tanya seseorang yang datang tiba-tiba dari balik punggungnya, berhasil mengambil alih atensi keduanya. "Eh, sorry.. Ada siapa nih? Temen Jungkook ya?" Lea tersenyum canggung, melirik ke arah Jungkook sebelum mengangguk disertai senyumannya yang Jungkook akui cukup menawan.
"Iya, kak. Saya temen Jungkook. Lea" Lea mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Seokjin, lelaki itu balas tersenyum, "saya Seokjin" Perkenalnya secara singkat.
"Kalo gitu, ayo makan bareng aja sama kita" Katanya seraya menarik salah satu kursi untuk mempersilahkan Lea duduk, "Sayang, kok temennya nggak disuruh duduk sih?" Ia beralih pada Jungkook yang memutar bola matanya malas; kakaknya ini memang sering berakting seperti ini kalo bertemu teman baru Jungkook—— katanya sih bakat terpendam, sayang kalo tidak di gunakan untuk di kembangkan. Ya, begitu menyebalkan tapi terkadang juga sedikit membantunya disaat-saat tertentu.
"Lupa"
Seokjin menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "ayo Lea silahkan duduk, Jungkook nih.. Maaf ya"
"Eh nggak usah kak, saya udah makan kok tadi. Ini niatnya mau pulang, eh nggak sengaja liat Jungkook jadi nyapa dulu bentar" Tolaknya halus.
"Eh, bener nih?"
"Iya kak, makasih atas tawarannya"
"Oh, yaudah kalo gitu" Katanya memilih mengalah, toh ia tidak berniat benar-benar mengajak perempuan di depannya untuk bergabung bersama mereka. "Hati-hati di jalan, Lea" Lea mengangguk pelan, sedikit membungkukkan setengah tubuhnya kemudian pamit untuk segera pergi, "duluan kak, Jungkook duluan" Ia melambaikan tangannya ke arah Jungkook yang membalas dengan anggukan singkat.
"Kenapa lo sama dia?"
Jungkook mengangkat bahunya acuh, "kenapa emangnya?" Ia malah balas bertanya.
"Akur-akur lah sama temen"
"Dia bukan temen gue"
"Lah terus? Mantan lo ya?" Seokjin mulai menebak-nebak, wajahnya berubah serius dan ia mulai mendekatkan tubuhnya pada Jungkook, "atau mantan Taehyung?" Tanyanya lagi dengan nada yang menyebalkan di telinga Jungkook, Jungkook balas mendekatkan wajahnya dan mengikis jarak diantara mereka—— baiklah Jungkook akan mengikuti permainan Seokjin.
"Kak"
"Hm, apa? Apa? Beneran mantan Taehyung?"
"Dia itu" Jungkook mengambil jeda untuk membuat Seokjin semakin penasaran, "dia itu nggak penting, udah gue laper"
"Sial——"
"Wah gue bilangin bunda" Seokjin buru-buru menggelengkan kepalanya. Keduanya memang kerap kali bertengkar, beradu argumen dan terkadang marah dengan saling mendiami satu sama lain sampai akhirnya berbaikan lagi. Tapi, bunda menerapkan peraturan untuk tidak berbicara kasar ketika keduanya bertengkar, sehebat apapun pertengkaran mereka dan sekesal apapun hal itu tetap dilarang, baik ada bunda disana ataupun tidak. Dan Seokjin maupun Jungkook selalu berusaha patuh, meski sesekali keceplosan dan melanggar.
"Sorry, keceplosan tadi"
"Bunda sekolahin kamu tinggi-tinggi, masa omongannya nggak bisa dijaga. Rugi dong bunda" Jungkook meledaknya dengan meng-copy kalimat yang sering bundanya katakan kalo mereka tidak sengaja melanggar peraturannya yang satu itu. Seokjin mendengus keras, beranjak dari kursinya untuk memesankan kembali menu yang sebelumnya sudah Jungkook pesan, barangkali si pelayan lupa sebab kebetulan tempat ini tengah ramai sekali pengunjung. Jungkook yang mendapatkan reaksi demikian hanya terkekeh penuh ejekan, kembali memfokuskan dirinya pada ponsel seraya menunggu pesanannya dibawakan oleh pelayan.
Hari minggunya cukup kacau; tanpa Taehyung dan kegagalan rencananya untuk bersantai ria. Oh si kekasih sedang melakukan hibernasi seharian setelah semalaman katanya bergadang untuk bermain game dengan Jimin selepas menyelesaikan keseluruhan tugas sekolahnya. Keduanya memang tidak ada janji untuk bertemu karena itu mereka memilih untuk bersantai ria, tentunya sebelum Seokjin menghancurkan imajinasinya yang tengah tertidur panjang dengan nyaman.
_•_
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...