"Maaf"—— kedua kaki Taehyung di tekuk, ia berlutut di hadapan bunda yang sedang menangis histeris dalam dekapan putra sulungnya, disebelahnya calon menantu pertamanya berusaha membantu menenangkan dengan memberikan sebuah usapan lembut. Satu jam berlalu ketika balas dendam sedang terjadi, tepat setelah rekaman CCTV Taehyung kirimkan pada nomor Seokjin, ia lantas buru-buru datang menghadap, disambut pukulan bertubi-tubi dari kakak si kekasih setelah selesai menjelaskan kronologi kejadian pelecehan seksual yang menimpa Jungkook, lalu menurunkan ego dan harga dirinya dengan menunduk dalam-dalam seraya berlutut penuh sesal sembari meminta maaf di hadapan satu-satunya perempuan di antara mereka. Ini pertama kalinya, seorang Kim Taehyung yang di tinggikan derajatnya bahkan oleh keluarganya sendiri, kini justru harus berlutut meminta mengampunan di hadapan orang lain bahkan untuk sebuah kesalahan yang sebenarnya bukan ia yang perbuat.
"Taehyung minta maaf. Maaf karena Taehyung gagal jaga bungsunya bunda" diucapkan dengan suara yang bergetar, bersamaan dengan itu air mata mengalir melewati hidung mancungnya jatuh membasahi celana jeans yang ia kenakan, masing-masing jemari tangannya saling bertautan diatas paha. "Maaf, karena kejadian ini harus buat luka bungsunya bunda" lanjutnya lagi dibalas sebuah tepukan pada bahunya, Taehyung tidak berani bergerak bahkan ketika tepukan tadi berusaha menjadi remasan, ia memejamkan matanya, sudah siap jika sesuatu yang lebih buruk akan terjadi. Tapi tidak ada. Sebab, setelahnya bunda justru menarik dagunya untuk mendonggak dan menatap ke arahnya, pipinya di usap lembut, perempuan itu terlihat kacau tapi senyuman simpul mengembang di wajahnya yang sudah basah oleh air mata.
"Taehyungie" ia memanggil dengan suaranya yang lembut sekaligus lirih. "Ini bukan salah mu" begitu katanya. Taehyung berusaha menahan mati-matian agar tidak menangis tapi berakhir sia-sia, karena ketika bunda membawanya ke dalam sebuah pelukan hangatnya, Taehyung akhirnya menyerah, menangis terisak dibahu wanita itu seolah mengadukan rasa sakit yang sedari tadi bersarang di dadanya. Lalu ketika bunda melanjutkan kalimatnya disertai usapan lembut di sepanjang garis punggungnya, Taehyung merasa sakit yang membelenggu dadanya sedikit berkurang, "terimakasih karena sudah berusaha jaga bungsunya bunda sebaik mungkin, ini bukan salah mu, jangan merasa bersalah"
Pelukan di urai, bunda menatapnya dengan sorot sendu yang kentara meski terus berusaha menjaga senyumannya. "Terimakasih juga karena sudah memilih tetap ada di sisi Jungkook. Terimakasih banyak ya nak" usapan hati-hati yang bunda bubuhnya di setiap luka yang menyebar di area wajahnya serupa obat untuknya, ia memejamkan matanya sekilas sampai bunda menghentikan kegiatannya bersamaan dengan menghembuskan napas panjang untuk menghilangkan sesak yang menghimpit dada, "lukanya bunda obati ya?"
"Biar Seokjin aja. Bunda harus istirahat" Seokjin memotong cepat, sedikit memaksa sebab melihat bundanya yang sepertinya sudah kelelahan, terlebih kabar mengejutkan malam ini pasti berhasil membuat bunda sedikit terguncang meski perempuan itu mencoba terlihat tegar dan baik-baik saja. Bunda sempat menolak, tapi Seokjin menambahkan, "Seokjin temani bunda sampai tidur, ayo bun. Besok adek pulang, bunda nggak mau kan adek sedih lihat bunda nggak baik-baik aja" maka bunda lekas berdiri di bantu Seokjin, pamit lebih dulu menuju kamarnya untuk beristirahat, meninggalkan Namjoon dan Taehyung berdua di ruang tamu.
"Mau ngerokok, Tae?" Tawar Namjoon yang di balas anggukan pelan, Taehyung lalu berjalan mendahului menuju teras rumah, duduk di salah satu kursinya dan menghadap langsung ke pagar rumah yang tidak tertutup rapat. Jalanan sudah sepi, sebab ini sudah hampir pagi. Suara angin malam berhembus memecah hening, ia mengambil sebatang rokok dari bungkus yang Namjoon sodorkan ke arahnya, ini tembakau ke-empat yang ia hisap malam ini, jika dihitung-hitung berarti total lebih dari enam batang rokok yang ia hisap hari ini, melebihi jatah harian yang sebelumnya sudah ia dan Jungkook sepakati. Taehyung butuh penghilang stress, Jungkook sedang tidak bisa dijadikan sandaran dan rokok sedikit membantunya untuk sekarang ini, jadi disana, ia memilih mengesampingkan janjinya dulu, mungkin nanti ia akan meminta maaf pada Jungkook karena sudah melanggarnya.
"Dia nggak mati kan?"
Namjoon berujar memulai percakapan, melirik sekilas ke arah Taehyung yang menggeleng pelan, "mati sekarang nggak akan bikin dia kesakitan" dibalas anggukan paham oleh Namjoon, ngomong-ngomong keduanya hanya pernah mengobrol satu kali di acara pertunangannya dengan Seokjin tempo hari lalu. "Gue cuman pengen dia kesakitan lebih lama. Yugyeom suka balapan, tapi gue pastiin dia nggak akan pernah turun kejalanan lagi"
"Lo buat kakinya patah?"
Taehyung mengangguk beberapa kali, menghisap rokoknya dalam-dalam, "sebelah tangannya juga" sudah dapat Namjoon tebak, Taehyung pasti akan memberikan balasan yang sama menyakitkannya dengan cara yang berbeda, dan Namjoon tidak perlu khawatir mengenai apa yang akan terjadi setelah ini, ia jelas tahu Kim Taehyung berasal dari keluarga mana dan sebesar apa pengaruhnya, jadi meski Taehyung membunuh Yugyeom sekalipun malam ini, namanya akan tetap aman dan terlindungi, meski ini merupakan tindakan yang salah.
"Gue denger pelakunya dua orang?"
"Iya, cewek, sekelas sama gue. Lea namanya"
Namjoon mendengus, "gue tebak alasannya karena dia obsesi sama lo" dan Taehyung terkekeh kecil, mengalihkan tatap ke arah Namjoon.
"Penyakit mental cocok buat cewek kayak gitu kan?"
"Lo balas dengan pelecehan seksual juga?"
"Lebih tepatnya pemerkosaan" seharusnya Namjoon tidak perlu terkejut lagi, tapi mendengar langsung faktanya dari Taehyung membuat ia secara refleks menahan napasnya. Ia mengangguk-anggukan kepalanya berulang kali, meski tindakan Taehyung terdengar sadis tapi Namjoon agaknya mengerti mengapa balasan itu pantas Lea dapatkan. Anggap saja itu setimpal dengan yang dialami Jungkook.
"Lo berbuat sejauh itu, Taehyung?" Seokjin datang dari dalam rumah, membawa satu kotak P3K ditangannya, ia langsung mengambil posisi duduk di sebelah Namjoon. Kemudian sibuk menuangkan alkohol ke atas kapas dan mengobati luka lebam di wajah Taehyung yang diakibatkan olehnya. Taehyung sesekali meringis pelan, "makasih udah pastiin mereka sama sakitnya, sisanya biar gue yang urus"
"Gue bantu kak——"
Seokjin menggeleng tegas, "cukup bantu temuin gue sama mereka, urusan sama pihak sekolah biar jadi tugas gue sama ibu, kalo pun ada pihak polisi biar gue yang bertanggung jawab"
"Pihak polisi biar jadi urusan gue kak, gue yang berbuat maka gue siap juga bertanggung jawab. Tapi, tenang aja. Papa ada di belakang gue, lo nggak usah khawatir"—— ah, papa. Seokjin belum pernah bertemu langsung dengan lelaki yang disebut papa oleh Taehyung, kendati begitu Jungkook beberapa kali pernah menceritakan keluarga Taehyung dan bagaimana mereka sangat menyayangi Jungkook selayaknya anak sendiri. Beruntungnya Jungkook dan Seokjin merasa lega untuk urusan yang satu ini. "Papa sama marahnya kayak gue denger kondisi Jungkook, lo nggak perlu khawatir, dia bakal lakuin yang terbaik buat Jungkook yang udah kayak anak kesayangannya itu" lanjutnya menyakinkan.
"Gue berterimakasih banyak banget sama papa lo, pasti bunda juga."
"Nanti gue bilang ke papa"—— dan malam itu berakhir dengan perasaan yang campur aduk, Taehyung memilih pulang setelah menghabiskan sebatang rokok lagi tepat di jam 2 dini hari.
_•_
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacaran √ tk
FanfictionHanya sebuah kisah pacaran ala Kim Taehyung dan Jeon Jungkook yang jarang umbar kebersamaan tapi selalu menjadi topik hangat pembicaraan. "Kalian beneran pacaran kan?" || ⚠ bxb ⚠ top! Tae ⚠ harsh words ⚠ school-life ⚠ fluff/angst (?) Copyright © 2...