09. Jeiden dan Cecan XI-IPA1

357 51 4
                                    

Hampir semua orang tau siapa Jeiden Cakra Adnan.

Dari mulai satpam depan yang biasanya cowok itu sogok menggunakan sebungkus rokok dan sebotol kopi kemasan setiap kali ia telat sampai guru BK yang sudah terbiasa dengan wajah minta ditegur Jeiden.

Kalau kata kakak kelas, dia itu Idol Boy karena memang tidak sedikit cewek-cewek yang terpesona oleh sikap buaya pemuda itu. Kalau kata adik kelas, Jeiden itu Boyfriend Material karena kerap kali dengan senang hati menawarkan tumpangan atau sekedar menemani adik kelas yang menunggu jemputan. Tapi kalau kata XI-IPA5 sih-

"Woi Gelandangan!"

Jeiden menoleh, ia yang awalnya berbincang seru dengan Haikal, Rendra, dan Yoga di belakangnya jadi mengalihkan fokus ke sudut depan. Chacha dengan rambut gelombang panjang yang pagi ini terikat rendah itu menggerakkan tangan seolah meminta Jeiden untuk menghampirinya. Namun bukan Jeiden namanya kalau belum buat Chacha Callie Cristy emosi teriak-teriak kayak orang gila.

"Kenapa? Mau gue cium?"

"Anjing!" umpat Chacha keras. "Lo sekali lagi ngomong kayak gitu, mulut lo beneran gue sodorin sepatu ya!"

Suara kekehan Jeiden terdengar pelan, pemuda itu baru bangkit mendatangi bangku Chacha. Dirinya terlebih dahulu menyempatkan menendang kaki kursi Hessa yang sepertinya tampak fokus dengan layar ponsel sampai suara umpatan keras terdengar kembali. Selanjutnya, melihat gadis dengan rambut tergelung sederhana yang tengah membaca novel luar membuat Jeiden hampir mengulurkan tangan merebut sebelum suara tajam Lia terdengar menusuk.

"Gue gak mood, gak usah ganggu!"

"Weeeh," seru Jeiden heboh sendiri, "habis putusan, Ya?"

"Gue gak mood, gak usah ganggu!" ulang Lia dengan mata memicing, memperingati pemuda itu untuk kedua kalinya.

"Nanti pulang mau jalan bareng gak? Gue beli-AKH!"

Kaki Lia refleks maju menendang tulang kering Jeiden dari bawah bangkunya membuat pemuda itu segera merintih diiringi sumpah serapah. Chacha yang sudah tidak sabar, segera menarik tubuh Jeiden kesal untuk duduk di bangku Eli yang tengah kosong. Gadis itu menyodorkan laptop dan buku di hadapan Jeiden yang masih merintih kesakitan.

"Lanjutin dong, capek bahu gue ngetik."

"Dih-"

"Gak usah komentar atau gue coret nama lo di tugas Sejarah sama Biologi."

"Iya-iya, nih gue ketik nih."

Jeiden Cakra Adnan tak lebih dari keset welcome di XI-IPA5. Bahkan belum ada lima menit pemuda itu duduk di bangku Eli, si gadis dengan bandana cokelat gelap sudah datang mengusirnya tak sopan padahal Jeiden ingat sendiri Eli seperti apa di awal kelas. Gadis pemilik wajah cantik itu selalu bicara dengan suara cicitan kecil takut-takut, tapi sejak berteman dengan preman-preman kelas seperti Chaerra, Chacha, Senya, Arina, bahkan Lia membuat gadis itu jadi jago kandang.

"El, minta Babolnya dong," minta Jeiden sebelum menyingkir, memandang gadis yang datang dengan Chaerra itu membawa plastik putih transparan berisi jajan.

"Enggak!" Eli segera memeluk plastik bawaannya. "Kemarin gue mau nyobain vape juga gak lo bolehin."

Jeiden menganga, hampir saja mengumpat mengingat kejadian kemarin ketika Calon Ketua OSIS tengah melakukan kampaye membuat pembelajaran setelah upacara kosong. Bisma, temannya dari XI-IPS1 tiba-tiba datang ke kelas sembari membawa vape yang membuat Jeiden tak henti-hentinya menghujat cowok tinggi dengan badan bongsor tersebut. Untung saja saat itu hanya ada Eli dan Soni, kalau saja ada anak kelas yang lain terutama dari kalangan perempuan, bisa langsung diusir dia dari kelas.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang