"Nat, ada waktu? Gue mau ngomong."
Nathan yang tengah mengemasi barangnya ke dalam tas jadi mendongak, menaikkan sebelas alis memandang Hessa di sisi bangkunya. "Kalau mau, nunggu gue habis rapat," jawab pemuda itu tenang.
Hessa mengangguk ringan. "Gue tunggu di lapangan basket belakang."
Tubuh Hessa melangkah tenang keluar dari kelas. Rendra dan Haikal yang mendengar dan melihat hal itu menoleh cepat ke arah Nathan, memandang sang teman di bangku belakang dengan aneh. Wajah kalem Rendra sudah berkerut heran, merasa bahwa ada yang disembunyikan.
"Lo habis ngapain?" Haikal mengutarakan pertanyaan lebih dulu penasaran karena jarang-jarang pulang sekolah Hessa punya urusan lain selain basket.
Kedua bahu Nathan terangkat bersamaan, tak terlalu peduli. Pemuda itu justru melangkah pelan meninggalkan bangkunya menuju bangku depan di mana Juna masih tengah berebut permen kareg dengan Eli. Nathan menepuk bahu Juna, memberikan kode pada pemuda itu untuk segera mengikutinya menuju ruang rapat.
Mata tajam Nathan sempat melirik ke bangku Lia yang sejak tadi pagi tak dihuni oleh siapapun, dibiarkan kosong selama proses belajar mengajar.
"Gue boleh bawa wakil?" tanya Juna lebih dulu sebelum bangkit.
"Siapa?"
"Haikal," jawab Juna cepat, "biar gue ada temen ngobrol."
"Ajak aja."
"Oke sip."
Setelah Juna berlalu ke bangku Haikal, menggeret cowok sawo matang itu tanpa izin untuk keluar kelas menemaninya, Nathan hanya mengekor di belakang. Beberapa kali pemuda itu tampak mengamati layar ponsel, memastikan Lia sudah membalas pesan yang ia kirim pagi tadi atau belum. Tanpa sadar, bibir tipis Nathan bahkan berdecak mengetahui tidak ada tanda-tanda pesan yang ia kirim sudah diterima oleh Lia.
"Lia sakitnya gak sesuai timing deh," gerutu Juna merasa tiba-tiba tugas Ketua Kelas di serahkan padanya.
"Ya masak ada orang sakit request waktu." Haikal ikut mencibir, mendorong bahu Juna agar tak terlalu berjalan di dekatnya.
"Dia dari Sabtu kemarin udah sakit, cuman ditahan, jadi parahnya sekarang."
Tepat ketika Nathan mengatakan kalimat panjang lebar tersebut, ponselnya bergetar menandakan ada notifikasi baru. Pesan balasan yang begitu pemuda itu tunggu terpampang nyata ada di layar ponselnya sekarang. Nathan menghela nafas panjang lega, jadi lebih tenang tau gadis itu masih bisa membalas chat.
Neiva
Sorry, Nat, baru sempet buka ponsel.
Neiva
Sebenernya udah gak papa kok, sehat 100%.
Neiva
Tapi emang masih disuruh istirahat, mungkin besok baru boleh masuk.
Nathan
Habis rapat nanti biar gue mampir, sekalian runding hasil rapat. Lo mau dibawain apa?
Neiva
Bisa minta tolong bawain yoghurt gak?
Neiva
Nanti uangnya gue ganti.
Neiva
Sorry ya nyusahin terus dari kemarin.
Nathan
Masih muntah ya, Ya?
Neiva
KAMU SEDANG MEMBACA
Win Crown
Ficção AdolescenteRated: 15+ Mentahan cover from Pinterest Dialy life from XI-IPA5. Tentang 12 siswa laki-laki dengan 6 siswa perempuan dan kisah SMA mereka. Kalau kamu tanya apakah ini cerita tentang Ketua OSIS yang jatuh cinta? Mungkin saja. Kalau kamu tanya apakah...