05. Nathan Abian Prayoga Cokiber XI-MIPA5

510 49 4
                                    

Hanya butuh waktu dua minggu sejak terbentuk untuk XI-IPA5 menggegerkan satu sekolah. Lebih tepatnya ketika ada sparring basket bebas ketika jam istirahat pertama di lapangan luar utama. XI-IPA5 ikut maju menjadi lawan XI-IPS1 yang juga dikenal dengan tingkah-tingkah bengalnya karena beberapa petinggi anak-anak badung di sana. Tapi nyatanya, XI-IPA5 justru mengejutkan banyak pasang mata begitu Jeiden, Hessa, Soni, William, dan Juna maju sebagai perwakilan sedangkan Yoga dan Nathan duduk tenang di bangku cadangan lapangan.

Seluruh anggotanya hanya diisi oleh Most Wanted dari tingkat tertinggi sampai tingkat rahasia.

"JEIIIIIIIIIIIII!"

"HESAAAAAA!"

Lia di bangku penonton menutup kupingnya pengang, mendorong pipi Haikal dan Hadi agar menjauh dari sisi kanan dan kirinya secara bersamaan. Bukannya menjauh, tubuh Haikal dan Hadi kembali sama-sama tegak membuat wajah keduanya sejajar dengan Lia. Haikal di sisi kiri Lia kembali berteriak memanggil nama Jeiden seperti penonton yang sudah dibayar, sedangkan Hadi di sisi kanan Lia tidak ingin kalah meneriakkan nama Hessa sebagai bentuk solidaritas karena berasal dari komplek yang sama. Ya Tuhan, bagaimana bisa Lia duduk di antara kedua cowok bermulut heboh ini?

"LIA!"

Lia menoleh, mendongak tinggi melewati kepala-kepala penonton yang menghalangi pandangannya pada sumber suara. Menyadari ada wajah Chaerra dan Senya melambai, gadis itu segera menyeruak, mendorong tubah Haikal agar memberinya jalan lewat samping. Sebenarnya tadi gadis itu ke sini bersama Chacha, tapi di tengah jalan keduanya terpisah karena Chacha diseret Chaerra sedangkan dirinya diseret Hadi.

"Dari mana?" tanya Lia setelah berhasil menerobos keluar dari barisan penonton.

"Beli minum," jawab Senya mengulurkan botol air mineral dingin.

Tanpa pikir panjang, Lia segera menerima benda pereda dahaga tersebut. "Arina sama Eli mana?"

"Tadi mampir bentar, katanya mau makan. Gue juga mau makan, tapi takut ketinggalan XI-IPA5 main," rengek Chacha dramatis, "nanti habis nonton makan ya, Ya."

Anggukan sederhana dilakukan Lia sebagai bentuk respons untuk suara cempreng Chacha. "Arina sama Eli berdua doang?"

"Santai, ada Safir, Yuda, sama Rendra kok," jelas Chaerra paham betul tatapan mata Lia, menyebut nama Xafier, Yuda, dan Rendra yang cenderung lebih bisa dipercaya daripada cowok-cowok lain di kelas mereka, "tadi katanya juga habis dari kantin langsung ke kelas, gak mampir sini dulu."

Bukan tanpa alasan Lia menanyakan keberadaan dua gadis cantik tersebut, tapi karena kerap kali Arina dan Eli memang jadi sasaran beberapa orang tak berakal. Kejadian kemarin sore contohnya, ketika Eli dicegat beberapa kakak kelas hanya karena gadis yang biasanya menggunakan bandana pita itu mengunggah foto bersama Nathan. Kesalahan terbesar XI-IPA5 adalah berpaling tepat ketika Eli berjalan di barisan paling belakang, membuat gadis dengan wajah bayi itu langsung mengangguk begitu dipanggil kakak kelas. Ditambah kejadian sehari setelah mereka menempati XI-IPA5, beberapa kakak kelas cowok menghampiri Arina di dalam kelas, menganggu gadis itu dengan lancang.

.

.

.

.

.

Kejadian sebenarnya kemarin siang....

"Lo apanya Nathan?" todong Putri bersama empat anteknya memojokkan tubuh mungil Eli ke pojok tembok di bawah tangga dekat ruang ganti.

Tak berbeda jauh dengan penampilan biasanya, Eli yang siang ini mengenakan bandana pita pastel pada rambut panjang bergelombang mengerjap bingung. Mata bulat gadis itu berkedip beberapa kali sebelum melirik tak nyaman pada tempatnya berdiri sekarang. Kedua tangannya bergerak gelisah sembari meremas satu sama lain berusaha tak menangis setelah dibentak kasar oleh sosok Putri.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang