50. Teo Girls

207 45 6
                                    

Tepukan tangan terdengar keras membuat anak XI-IPA5 yang sibuk dengan dunia masing-masing menoleh bersamaan. Laki-laki berumur awal kepala tiga itu sudah siap mengenakan seragam olahraga berwarna senada dengan pakaian murid-muridnya. Chaerra di bangku paling depan menganga takjub, tidak pernah melihat Pak Teo dengan aura seperti ini.

"Langsung ke lapangan, saya yang ngajar hari ini," instruksi Pak Teo memberikan pemberitahuan, "Hessa sama Jeiden ambil bola di gudang, bawa ke lapangan belakang."

Chacha terpana, membuka bibir tipisnya dengan mata melebar. Tangan putih gadis itu yang tengah maju menunjukkan pada Lia tampilan halaman Instagram karena sebelumnya tengah bergosip mengenai artis kesukaannya yang ternyata selingkuh menganggur. Chacha meneguk ludah, menjatuhkan ponselnya di meja Lia begitu saja sebelum beranjak dari kursi.

"Gue dulu!"

Lia bangkit terburu, mendorong Chacha untuk kembali ke tempatnya membuat suara umpatan refleks terdengar. Walaupun sempat kehilangan kesadaran karena mendapat serangan dadakan, tangan Chacha secara ajaib bergerak refleks menarik pergelangan tangan Lia membalas. Gadis yang siang ini sudah bersiap dengan ikatan rambut tinggi itu memekik, merasa awalnya aman karena Chacha sudah duduk tenang.

Pekikan Lia disusul oleh suara tubrukan keras dan umpatan pelan Hessa di belakang. Chacha sempat menoleh terkejut karena tak menyadari kehadiran Hessa membuat tubuh Lia yang ditarik gadis itu otomatis menabrak dada Hessa. Tapi mata Chacha sudah lebih dulu fokus pada sosok Chaerra yang bangkit dari bangku mengambil tempat di sisi Pak Teo ikut keluar.

"Anjing, Chaerra curang banget!" umpat gadis itu segera beranjak, mengabaikan Lia dan Hessa.

Suara pekikan kembali terdengar dari bibir Senya karena tubuh gadis itu yang akan keluar dari rongga bangku menabrak ujung meja. Suara tawa Chacha terdengar menggelegar, menertawai gadis mungil itu puas sebelum seutuhnya keluar dari kelas mengejar Chaerra dan Pak Teo. Bukannya mempertanyakan apa alasan kenapa Pak Teo tiba-tiba maju sebagai guru pengganti untuk pembelajaran olahraga, kelas ini justru heboh sendiri ingin mengambil tempat di sisi laki-laki itu.

"Lo ngapain sih?" tanya Hessa kesal setelah mendesis, mendorong pelan punggung Lia di hadapannya. "Kena tulang rusuk anjir."

"Sorry sorry," kata Lia terburu menormalkan rasa terkejutnya, berbalik memandang Hessa bersalah, "sakit ya?"

"Ngilu, Elia, ngilu," jawab Hessa gemas sendiri, "ngapain sih tarik-tarikan kayak tadi? Bahaya tau gak? Untung di belakang lo ada gue, kalau gak udah nyungsup lo ke belakang."

"Chacha tuh," adu Lia tak terima disalahkan begitu saja, "gue tadi kan mau keluar."

"Lo mau menel ke Pak Teo anjir," balas Hessa masih menunjukkan nada tidak suka, "makannya gak usah aneh-aneh, gak usah jadi cabe."

Lia mendelik tak suka tajam. "Dih, urusannya sama lo apa? Mau gue cabe, tomat, brokoli, sawi, gak ada urusannya sama lo."

"Apa sih apa sih?" Soni yang berdiri di belakang Hessa sejak tadi menyahut tak sabar. "Kemarin perasaan baru romantis-romantis di bawah hujan ngapa sekarang udah berantem aja sih?"

"Tau nih, emang kadang-kadang nih Elia," sindir Hessa merasa dibela, "gak bisa banget anteng jadi cewek."

"Ngaca bangsat!"

Setelah membalas tajam, Lia berbalik pergi, menuju bangku Arina yang masih terlihat mengemasi barang ke dalam tas. Gadis itu tampak berjalan ke luar beriringan dengan Arina menjadi yang terakhir dari gadis-gadis lain. Hess mendengus, menggeleng kecil sebelum beranjak ke bangku Jeiden.

Jika biasanya guru lain akan menyuruh Nathan atau Lia, berbeda dengan wali kelas ini yang akan menumbalkan dua murid paling ternama tanpa alasan yang jelas itu. Dua orang yang kerap kali membuat kepala Pak Teo pusing itu sampai dikenal baik oleh beberapa guru hanya karena nama keduanya sempat ramai masalah rokok. Selain itu, peran Jeiden dan Hessa dalam tim basket inti Garuda berhasil maju ke babak final untuk kompetensi antar SMA yang akan dilaksanakan dua minggu lagi.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang