21. Girls Time

243 50 8
                                    

”Ya, liat deh.”

Lia yang baru saja masuk ke kamar setelah mandi merangkak naik ke atas ranjang, mendekati Arina yang sore ini sudah bersiap tidur dengan piyama peach miliknya. Gadis itu mengambil alih ponsel Arina, mengawasi tampilan sosial media Instagram milik seseorang. Tapi berikutnya Lia hanya mengangguk, tak terlalu peduli.

”Pacarnya bukan sih?” tanya Arina lagi, kembali mengawasi foto di ponselnya dengan serius.

”Kenapa kalau emang pacarnya?”

Akun Katharina Elaine yang sudah diikuti lebih dari hampir satu juta pengguna Instagram mengupload foto punggung seorang pemuda yang tampak tak asing, siapa lagi kalau bukan Yoga Pranata. Sebenarnya tidak aneh jika kedua orang itu benar-benar menjalin hubungan. Pemuda pintar seperti Yoga dan gadis sempuran seperti Katharina. Hanya saja, yang masih menjadi misteri bagi XI-IPA5 adalah... bagaimana keduanya bisa tiba-tiba terjalin dalam sebuah hubungan?

”Patah hati gue,” melas Arina sudah merengek tak jelas, ”padahal Yoga anak tunggal kaya raya.”

”Masih ada Juna,” balas Lia tak terlalu peduli, menata handuk yang tadi ia kenakan untuk mandi ke tempatnya kembali, ”lo juga suka Nathan kan?”

”Hem,” gumam Arina kembali fokus mengunyah keripik kentang kemasan, ”tapi gak yang suka cewek ke cowok. Beneran cuman sekedar suka aja. Kayaknya anak sekelas cewek juga gitu.”

”Kenapa?”

”Because he's Nathan Abian Prayoga,” balas Arina seadanya, ”lo mikir gak sih cowok-cowok tipikal Yoga sama Nathan tuh mikirnya pasti udah jauh banget, kalaupun mereka mau mikir pacar-pacaran, pasti milihnya yang tipikal Katharina. Gue mah gak sanggup ya, udah jadi yang paling upik abu.”

Lia meledakkan tawa, tapi di sisi lain juga membenarkan apa yang Arina katakan. Melihat karakteristik Nathan yang begitu sulit untuk dipahami, pembawaan santai dan tenang tapi sikap ambisius pemuda itu yang kerap kali terpancar dengan kuat, ditambah sikap kepemimpinan Nathan yang membuat Lia paham dengan pasti, pemuda itu sudah dipahat sejak dulu dengan kesempurnaan. Nathan pasti tumbuh di lingkungan sehat yang membantunya untuk tumbuh secara matang sesuai umurnya dengan sikap-sikap dasar penting yang menjadi dasar.

”Lo pernah mikir gak sih kalau lo ada perasaan sama anak kelas? Perasaan yang bener-bener perasaan cewek ke cowok?” tanya Lia mengalihkan pembicaraan.

Arina menggeleng kecil. ”Belum. Tapi kalau dipikir, anak-anak cowok kelas tuh lumayan sweet lo, walau kadang kurang ajarnya udah gak kira-kira. Waktu gue digangguin sama Kakak Kelas, mereka juga berusaha tetep maju, gak yang bodo amat gitu. Waktu lihat gimana Hessa perlakuin lo-”

”Apa?”

Mata Arina yang sempat bersemangat untuk membayangkan hal-hal kecil dari pengawasannya selama sebulan kini menoleh pada Lia dengan aneh. ”Hessa ke lo, cara dia natap lo, cara dia ngajak lo ngomong, cara-”

”Oke, stop. Ada yang teriak-teriak panggil kita kayaknya.”

Lia segera keluar dari kamarnya, sempat melihat penampilannya sendiri di dalam cermin memastikan baju tidur yang ia kenakan tidak terlalu terbuka. Arina ikut bangkit, menaruh ponsel dan snack yang hampir habis. Gadis itu jadi mengekor, berjalan di belakang Lia takut-takut yang datang adalah kakak Lia.

Begitu pintu terbuka, kedua gadis dengan perawakan yang hampir sama itu menganga, menatap sosok Chacha berdiri dengan wajah tak sabar.

”Minggir!” usir gadis itu mendorong tubuh Lia dan Arina agar bisa masuk. ”Gue ikut nginep.”

”Hah? Ngapain?” Lia mengerutkan dahinya heran. ”Gue seragam besok cuman punya dua, lo gak usah ngada-ngada.”

”Gue nyuruh Mama pakek Gojek buat ngirim nanti,” jawab gadis itu dengan senyum bangga tercetak di wajahnya, ”minggir-minggir, gue mau mandi dulu, keringetan banget.”

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang