"Ya, jadi ikut gak?"
Nathan yang sengaja berujar lumayan kencang membuat empat orang lesehan di depan mendongak berurutan. William di barisan paling kiri lebih dulu mendongak, menatap aneh Nathan karena terlihat semakin terang-terangan bukan hanya lirik pandang. Senya di sisi pemuda bongsor itu juga jadi mendongak lucu, berkedip aneh. Hessa tampak tak acuh, tetap merunduk fokus pada layar ponsel memainkan game. Xafier menggerakkan sedikit bole matanya, sebelum berakhir dengan kepala yang benar-benar menoleh pada Nathan. Hadi awalnya ingin tak peduli, tapi mendapati suasana jadi hening, pemuda itu akhirnya mengangkat wajah juga.
"Bentar-bentar, gue nunggu Chacha. Lo kalau mau duluan, duluan aja gak papa."
"Bentar, Nat, gue masih nyatet, sabar," sahut Chacha terburu, "lo kalau mau duluan, duluan aja."
"Oke, gue tunggu di depan."
Hessa tersedak terkejut ketika tubuhnya ditubruk kencang dari sisi kiri dan kanan bersamaan oleh Senya dan Xafier. Pemuda di tengah yang awalnya duduk kalem itu jadi mengumpat, menoleh dengan tatapan tajam bergantian kepada kedua orang yang sudah ribet sendiri mendorong lengannya. Hessa berdecak kasar, membuat Senya dan Xafier berhenti dengan tatapan tanpa dosa.
"Apaan sih?" tanya pemuda itu tak santai.
"Itu itu." Xafier menunjuk-nunjuk pintu kelas layaknya anak kecil mengadu.
"Itu itu apa?"
Giliran Senya yang berdecak. "Nathan," tambahnya memberitahu.
"Nathan kenapa?"
"Ngajak Lia keluar." Senya berujar kesal, mendorong lengan Hessa dengan bahunya.
"Ya kan emang mau sama-sama ke bawah, gimana sih lo?"
"Hessa anjing, goblok," umpat Senya tak tahan lagi, menjauhkan tubuh giliran mendorong William agar sedikit menyingkir tak tahan lagi, "bener kata Chacha, cowok-cowok di sini tuh kurang sadar diri."
"Ya lo mau gue gimana sih anjing?"
"Tunjukkin dong tunjukkin!" Senya hampir berteriak tapi bibirnya dibekap William dari belakang, membuat suara gadis itu tersaring pelan bahkan menjuru ke tidak jelas. "Lo tuh merlakuin Lia jangan kayak temen, kayak pacar gitu lo, biar dia tau lo suka, atau kalau mau sat set langsung bilang i love you kan jadi."
"Dih, kalau dia gak mau temenan sama gue, lo mau tanggung jawab?"
"Dih." Senya ikut mendelik. "Lo sama cewek sana sini aja mau, sama Lia cupu banget."
"Tau tuh sasimo." Hadi bergabung walau berikutnya kembali fokus menggeser layar ponsel memainkan game.
"Sasimo apaan, kembarannya Sasimi?"
William mengumpat, menarik leher Senya di lengannya. "Sana sini mau, Anya, lo tuh gak punya TikTok apa hah?"
"Ya kan gue gak main kayak gitu, 24/7 game nih," sombong gadis itu congkak.
Pembicaraan berikutnya didominasi oleh William dan Senya yang sudah saling lempar umpatan. Beberapa kali bahkan gadis mungil di antara dua pemuda raksasa itu menendang William kesal, atau bahkan mendorong Hessa karena bosan. Decakan kasar beberapa kali keluar dari bibir Hessa sampai pemuda itu tak sengaja menangkap Lia mulai bangkit dari sisi bangku Chacha, membantu gadis Chinese itu berkemas sebelum mengembalikan bangku ke tempatnya kembali.
"Ya?" panggil Hessa pelan membuat Senya refleks diam dan Chacha juga ikut berhenti. "Love you."
Cowok-cowok yang masih berkumpul di bangku Jeiden menoleh refleks, menganga terkejut begitu pula orang-orang di sisi Hessa yang terkejut. Senya membuka mulut, menunjukkan ekspresi berlebihan begitu pula Xafier dan Hadi. William terpana, takjub begitu saja tiba-tiba semua orang berubah sangat berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Win Crown
Teen FictionRated: 15+ Mentahan cover from Pinterest Dialy life from XI-IPA5. Tentang 12 siswa laki-laki dengan 6 siswa perempuan dan kisah SMA mereka. Kalau kamu tanya apakah ini cerita tentang Ketua OSIS yang jatuh cinta? Mungkin saja. Kalau kamu tanya apakah...