12. Kisah Cinta dari Gadis Paling Cantik

329 58 7
                                    

Ada yang berbeda dari Arina Mei Lan hari ini. Sejak pagi tadi gadis itu tak henti-hentinya melontarkan senyum hangat sembari bergumam menyanyikan lagu dengan riang. Bahkan di jam istirahat, Arina meloncat-loncat riang di koridor layaknya kelinci setelah makan siang di kantin. Chaerra, Chacha, Lia, Eli, dan Senya di belakang gadis itu hanya diam, tak banyak bicara atau menegur. Hanya ada beberapa kemungkinan, gadis itu baru saja mencetak rekor dengan game ularnya atau masih terlampau senang karena mendapat tiket konser gratis semalam.

Sampai suara bel pulang terdengar, gadis cantik dengan rambut tergerai itu dengan semangat empat lima mengambil bangku Juna yang sudah kosong karena pemiliknya telah berkeliaran ke luar kelas melihat hujan deras. Arina dengan senyum aneh menarik bangku tersebut mendekat di bangku Lia yang masih tenang dengan novel luar di tangannya. Matanya bersinar, fokus pada Lia tanpa mengucapkan kalimat apapun.

Benar kan, pasti karena tiket konser semalam.

"Liaaa," panggil Arina dengan nada panjang setelah tak dihiraukan Lia sama sekali.

Mau tak mau, Lia menggerakkan retina matanya melirik Arina tak suka. "Kenapa lo?" tanya gadis itu dengan suara dingin.

"Gue seneng deh."

"Iya, sama-sama," balas Lia asal, tak terlalu peduli, "udah kan?"

Arina berdecak, senyum merekahnya tiba-tiba luntur. "Bukan gitu ih!"

"Ya terus lo mau apa?" Lia kali ini benar-benar memfokuskan pandangan pada Arina. "Lo kalau mau random jangan ke gue ah, Rin."

"Enggak ih enggak!" Arina masih berusaha meyakinkan, gadis itu merogoh saku almamater untuk mengeluarkan benda pipih berwarna hitam. "Lo tau kan gue tuh lagi suka Korean look gitu."

Lia bergumam, tak terlalu menanggapi, tapi mata besar gadis itu masih fokus sepenuhnya memandang Arina yang tengah repot sendiri menggeser layar ponsel.

"Nah, gue lagi ngincer satu sneakers gitu," ucap Arina menodongkan layar ponsel, "dan ternyata di online shop-nya Gisel IPS2 ada dong," lanjut gadis itu dengan nada terharu tak menyangka.

"Iya terus apa urusannya sama gue?" tanya Lia masih tak mengerti sama sekali.

Entah untuk ke berapa kalinya Arina berdecak dengan senyuman luruh. Lia adalah pendengar yang baik dengan respons yang buruk, Arina tau itu. Tapi gadis itu tak akan mundur dengan mudah, ia kembali mengotak-atik ponselnya, menunjukkan salah satu room chat pada Lia.

"Gue udah coba chat Gisel, harganya murce di angka dua juta, dan waktu gue cek di online store official tokonya emang udah 1,8," jelas Arina panjang lebar, "tapi Gisel bilang kalau gue belinya couple friend gitu ada diskon, dua pasang tiga juta, jadi satu pasangnya cuman 1,5."

"Dan-"

"Semalem gue udah coba ajak yang lain dan mereka gak mau," sahut Arina cepat dengan raut wajah menurun dan bibir bawahnya maju seperti bebek, "gue chat lo semalem tapi gak lo bales."

"Oh ya?" Lia tampak terkejut, mengecek ponselnya sebelum akhirnya meringis. "Iya, lupa gak gue buka. Lagian lo chat tuh langsung to the point tujuan gitu lho, jangan cuman manggil doang, kalau kearsip gara-gara gak penting gue suka lupa balesin."

"Iya deh iya, yang paling sibuk," cibir Arina dengan wajah nyinyir, tapi sedetik kemudian ekspresi gadis itu kembali bersahabat dengan senyum merekah, "gimana? Lo mau gak?"

"Ya!"

Seruan dari luar membuat kedua gadis itu menoleh bersamaan. Wajah Hessa melongok, tak kalah terkejut karena Arina masih di dalam. Pemuda itu jadi mengernyit, mengurungkan niat untuk melanjutkan kalimat memanggil Lia. Senyum Hessa muncul dengan langkah kaki bergerak mendekat.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang