31. Sisi Lain si Ketua OSIS

235 50 41
                                    

Nathan

Club?

Nathan menutup layar laptop yang masih menunjukkan beberapa berkas belum dicek. Lusa depan tepatnya hari Senin sudah merupakan rapat runtut bersama seluruh ketua kelas untuk membahas persiapan acara ulang tahun Garuda yang akan melibatkan kompetensi olahraga, dan beberapa lomba antar kelas lainnya. Pemuda itu menghela nafas panjang, memandang jam di samping laptop yang menunjukkan pukul 21.39. Beruntung ini masih malam Sabtu, setidaknya ia masih punya sedikit waktu untuk bersenang-senang sebelum menghadapi dua hari penuh berkas.

”Mau ke mana?“

Suara berat merebut atensi Nathan yang tengah mengenakan jaket sembari menuruni tangga sepenuhnya. Pemuda itu memutar bola mata malas menyadari sang kakak sudah berdiri di melipat tangan di depan dada memandangnya tak santai. Ada Mama di sofa yang ikut mendongak, memandang Nathan menunggu jawaban.

”Dugem.“

Jeffry mendelik tajam. ”Kayak punya duit aja lo.”

Langkah kaki Nathan mendekat, ikut duduk di sofa tunggal yang masih kosong. ”Kan ada lo,” jawabnya santai menunjuk sang kakak.

”Denger, Ma.” Jeffry duduk membalas Nathan dengan tunjukkan tak bersahabat. ”Anak paling gak tau diri, belum bisa cari duit sendiri gayanya udah nyampai langit.”

Nathan terkekeh dibuat-buat tak peduli. ”Ngaca! Gue kan niru kelakuan lo.“

Wanita paruh baya di tengah-tengah kedua anak lelakinya itu tertawa ringan, menaruh jari telunjuk di depan mulut untuk menghentikan adu mulut yang terjadi. Nathan menyunggingkan senyum kemenangan, memandang kakaknya yang masih mengenakan jas kantor dengan ekspresi mengejek yang hanya dibalas dengan tatapan merendahkan dari Jeffry. Pemuda itu jadi merogoh saku jaketnya, mengambil ponsel karena merasa belum ada balasan dari chat yang ia kirim di grup.

”Sekolah lancar Nat?” tanya Mama memecah keheningan, mengarahkan gelas air yang ingin Nathan gapai dari hadapan Jeffry.

”Lebih dari lancar,” jawab Nathan cepat, ”makannya ini aku mau cari hiburan.”

”Hiburan di pasar malem noh banyak, gak usah nyari lampu kelap kelip.”

”Apaan sih Bang? Lo sewot banget,” balas Nathan tak santai, ”lo waktu SMA tiap pulang malah babak belur muluk.”

”Lo waktu SMP juga berandalan banget ya anjing!” Jeffry tak ingin kalah. ”Baru masuk Garuda ini kan lo tobat.”

Tawa Mama pecah. ”Udah-udah, kenapa malah pada lomba bandel siapa, kalian itu sama aja.”

Jeffry dan Nathan sama-sama mendengus, mengalihkan wajah kembali fokus pada hal lain. Keduanya sempat melirik satu sama lebih dulu sebelum akhirnya jadi kembali membuang muka. Nathan meraih gelas di hadapan Mama yang sudah fokus pada tayangan TV, ponsel pemuda itu yang bergetar membuat tangan kiri Nathan kembali maju ke meja, ikut mengangkat ponselnya untuk melihat balasan yang lain.

Neiva

Salah room chat?

Neiva

Gue lagi bimbel lo ajakin dugem lucu banget.

Nathan refleks menyemburkan kembali air yang belum sepenuhnya ia telan terkejut. Mama yang awalnya mengemili brownies jadi menoleh kaget, begitu pula Jeffry yang tengah memainkan layar ponsel mencari kesibukan. Kedua pasang mata di hadapan Nathan jadi sama-sama memandang aneh pada sikap panik pemuda itu.

”Kenapa?” tanya Jeffry heran.

Gelengan cepat dilakukan Nathan sebagai respons, pemuda itu dengan cepat mengembalikan tampilan awal WhatsApp. Oh Tuhan, bagaimana bisa ia salah fokus jadi mengubungi nomor Lia dan bukannya grup ’Nomor Tidak Aktif’ di bawah room chat gadis itu yang dibuat oleh Haikal berisikan dirinya, Haikal, Rendra, dan Jeno. Ia berdeham pelan, kembali membuka nomor Lia untuk membaca chat gadis itu entah untuk keberapa kalinya.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang