51. New Family

215 44 15
                                    

Nathan

Balapan?

Hessa

Gak dulu, makasih, males gue.

Hessa

Di mana?

Nathan

Belum tau, ini gue diajak ipar lo.

Nathan

Entar gue shareloc.

Hessa

Maleman gue.

Hessa

Jam segini Jeiden juga pasti masih ngapel.

Nathan

Jam 11?

Hessa

Oke, gas.

"Woi, Sa!"

Hessa menoleh terkejut, tangan pemuda itu ikut bergerak tak siap menjatuhkan ponsel ke atas wajahnya. "Anjir, lo tuh bisa gak sih masuk ke kamar orang ketuk pintu dulu? Permisi dulu? Manggil yang pelan? Jangan asal main nyelonong terus wa woi wa woi!" omel pemuda itu galak menunjukkan wajah kesal.

"Lo mau ikut ke rumah Lia gak?"

Yessa di ambang pintu bertanya tak peduli, lagipula sopan santun yang diajarkan orang tua mereka tak berlaku di dalam rumah. Hessa juga kerap kali bertindak kurang ajar di kamarnya kalau pemuda itu tengah bosan. Kadang masuk, mematikan lampu, lalu keluar lagi tanpa rasa bersalah. Kadang juga masuk tanpa kata, masuk ke kamar mandi kamar Yessa untuk menyalakan keran air, lalu keluar tanpa mematikan keran, dan masih banyak lagi tingkah pemuda itu yang membuat Yessa makin berpikir tidak ada gunanya punya saudara.

"Gak dulu, males."

"Tumben," ujar gadis semampai itu mengangguk saja, tak terlalu peduli, "awas lo entar tiba-tiba nyusul."

"Nitip martabak simpang depan dong Yess."

"Males, beli aja pakek motor."

"Deket Yessa, itu dari rumah Lia tinggal jalan lima langkah doang," bujuk Hessa, "lagian asap motor tuh jadi bagian dari penyumbang 70% penyebab pencamaran udara, terus bensin mahal, lo tinggal jalan lima langkah aja kagak mau."

"Sa," panggil Yessa malas, "lo berantem ya sama Lia?"

"Enggak."

"Terus kenapa?"

"Emang lagi males aja sih," jawab Hessa seadanya, "lagi di fase capek-capeknya gue."

"Lo kemarin baru aja curhat mau serius ya anjing!" Yessa mengumpat sebal. "Bingung gue sama pola pikir lo, goblok banget. Mumpung Lia lagi ngasih lampu ijo tuh langsung tarik gas gitu lho, dikasih lampu merah lagi entar mewek, nangis-nangis gak jelas kek orang gila."

"Yess, lo tau gak rasanya berjuang sendiri?" tanya Hessa menoleh serius. "Gue bukannya gak mau tarik gas ya, tapi ya Lia lagi happy sama dunianya sendiri, jadi... gue lagi gak mau ganggu."

Yessa diam, tak menyahuti, tapi mata kucing gadis itu masih berlabuh di mata tajam Hessa yang melunak kalem. Beberapa detik sampai akhirnya Yessa mengalah dengan decakan kesal, melipat tangan di depan dada dengan kepala bersender pada sisi pintu. Mata sipit gadis itu ikut melunak, entah kenapa merasa kasihan juga.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang