Komplek Permata Mandiri atau yang lebih dikenal dengan nama gaul PTM adalah kawasan yang berdekatan dengan Garuda High School. Ada satu pepatah yang sejak dulu terkenal di kalangan anak Garuda, selama ada anak PTM di kelas kalian, kelas aman. Hal itu karena Komplek Permata Mandiri memang telah banyak berjasa bagi budak-budak akademik seperti siswa-siswi Garuda.
Nuansa yang masih tenang dan tentram, fasilitas mulai dari Minimarket dekat, taman, banyaknya pedagang gerobak, cafe, dan lain sebagainya menjadikan rumah-rumah di Komplek PTM menjadi tempat singgah yang cocok bagi pelajar setelah proses pembelajaran seharian. Selain itu, siswa-siswi dengan jadwal padat yang perlu pulang sekolah, lalu berangkat lagi untuk aktivitas lain akan sangat merasa dibantu dengan kehadiran teman sekelas anak PTM karena dapat mengetuk pintu rumah kapan pun. Tahun ini sendiri, dari kalangan kelas XI, ada 6 siswa yang akan menjadi penyelamat bagi kelas mereka, tiga di antara berada di dalam satu kelas yang sama, XI-IPA5.
Yessa
Keluar sini, anak-anak di pos ronda, gue cewek sendirian.
Lia dengan tank top hitam dan celana kain abu-abu panjang yang sudah bersiap duduk manis menikmati film di layar laptopnya jadi menghela nafas panjang. Bola matanya berputar malas setelah membaca satu pesan masuk di notifikasi ponsel. Gadis itu segera berdiri, mengambil hoodie hitam seadanya sebelum berjalan keluar rumah.
”Adiknya Mbak Leny dateng gaeeees.”
Suara sorak Hadi segera menyambut kedatangan Lia yang sudah menunjukkan wajah tak berminat, gadis itu ikut naik, mengambil tempat di sisi Yessa. ”Ngapain dah? Udah kayak rapat karang taruna.”
”Lagi diskusi ini,” jawab Hadi bersemangat, ”17-an pada mau lomba makan kerupuk apa tarik tambang.”
”Masih lama masih lama,“ sela Yessa ikut heboh. ”Ta, coba mainin lagunya Tylor yang Enchanted,” lanjut gadis cantik dengan rambut lurus panjang terikat tinggi itu pada Semesta yang tengah memangku gitar.
Enam remaja yang tengah menikmati langit berbintang di atas pos ronda berbintang malam ini terdiri dari, Semesta, cowok dengan garis wajah kalem dengan gitarnya, Hadi yang juga membawa tamborin entah dari mana, Hessa dan Felix yang duduk memojok memainkan game online bersama, Yessa yang merupakan versi perempuan Hessa dengan mata lebih sipit dan bibir tipis, serta terakhir Lia.
Lia sedikit menoleh, memandang Yessa aneh. ”Habis ditolak lo?”
”Hoh,“ jawab Hadi ringan, ”gue liat dia diusir sama Jeno dari kelas IPA1 tadi.”
”ENAK AJA!” Yessa dengan mata naik menggemaskan mendorong tubuh Hadi. ”Itu bukan diusir ya, gue cuman gak boleh masuk kelas doang gara-gara telat!”
”Kok bisa?” Kali ini Semesta menyahut.
”Tau tuh, emang Ketua gak beradap, telat dikit aja gak boleh masuk kelas, dipikir manusia itu gak lepas dari dosa dan lupa apa.”
”Maksud gue tuh kok bisa lo telat?” tanya Semesta mengulang pertanyaan tenang. ”Gue juga kalau jadi Jeno soalnya bakal gitu sih, Yess. Ganggu banget tiba-tiba lagi pembelajaran lo masuk.”
Yessa menghentakkan tubuhnya kasar. ”Nih ya nih ya,” ujarnya sembari mengambil posisi ternyaman, ”Ayah kan berangkat ngantor duluan, otomatis gue sama Hessa kan. Nah berhubung kelas gue kelas unggulan, biasanya tuh sepuluh menit sebelum masuk emang udah harus di kelas gitu buat review materi dulu, gue kira kan gak papa sekali-sekali gak ikut, eh anjing gue dimarahin sama Jeno. Katanya gini, lo kalau gak niat belajar gak usah sekolah sekalian. Bangsat, berasa cuman dia yang bayar uang pangkal, pengen gue ludahin banget mukanya,“ lanjut gadis itu penuh penghayatan dan ekspresi dari setiap kalimat yang dikeluarkan oleh bibir tipisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/319527766-288-k634019.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Win Crown
Roman pour AdolescentsRated: 15+ Mentahan cover from Pinterest Dialy life from XI-IPA5. Tentang 12 siswa laki-laki dengan 6 siswa perempuan dan kisah SMA mereka. Kalau kamu tanya apakah ini cerita tentang Ketua OSIS yang jatuh cinta? Mungkin saja. Kalau kamu tanya apakah...