42. Masih Mengejar

224 48 13
                                    

”Capek banget suka sama cewek modelan Yessa.”

Nathan mirik sekilas, tapi berikutnya jadi tak terlalu peduli.

”Capek banget suka sama cewek modelan Raya.”

Kali ini giliran Rendra yang menoleh, tapi berikutnya ikut tak acuh, fokus pada layar ponsel.

”Cap-”

”Lo ngomong gue cabut nih,“ ancam Rendra emosi sendiri, menaikkan bola mata pada Nathan yang sudah terkekeh kecil karena pemuda paling mungil itu sudah bersiap berdiri, ”Ya Tuhan, capek banget punya temen bucinnya barengan.”

”Cewek-cewek tuh kenapa sih gak bisa diajak sar set sat set jadian, kenapa perlu ada tahap pdkt segala?“ tanya Haikal sebal sendiri, bahkan sampai memukul-mukul meja rusuh. ”Kayak, kita suka sama lo gitu, lo suka sama kita, ya udah selesai, jadian. Entar diajak pdkt lama-lama ngedumel, katanya gak serius, giliran diajak jadian langsung katanya gak dulu. Dih, berasa cuman kita yang butuh mereka.”

”Udah gue rekam tinggal gue kirim Raya.”

Haikal memgumpat refleks menoleh pada Nathan dengan ponsel di tangannya. Rendra jadi terbahak, mendukung keputusan Nathan sepenugnya supaya membuat Haikal jadi jengkel. Jeno hanya bisa menggeleng kecil, virus cupu benar-benar menyebar pesat di antara mereka, tinggal menunggu Rendra menyusul.

”Haikal nih calon-calon suami takut istri,“ gumam Jeno tenang, menyahuti obrolan.

”Kalau istrinya kayak Raya gimana gak takut, bar-bar banget udah gak ada tanding.”

“Cocok kalau gitu sama lo.” Rendra memberikan komentar. ”Lo kalau gak dicounter Raya mana mungkin cukup sama satu cewek.”

”Hidup lo kalau gak nyabein orang kayaknya sengsara banget ya, Ren.” Haikal mencibir sinis, melirik tak santai pada cowok di sisinya itu. ”Coba lo buka mata, terus lihat siapa yang gak cukup sama satu cewek?”

”Siapa emang?”

”Ya gak ada sih.”

Selanjutnya hanya umpatan dari kedua cowok itu yang terdengar rusuh mengisi meja. Nathan tampak terlibat dalam pembicaraan walaupun matanya beberapa kalo masih fokus di layar ponsel, memastikan tidak ada notifikasi baru. Pemuda itu masih mencari celah untuk melanjutkan komunikasi chat antara dirinya dan Lia, salah satunya dengan bersikap bodoh menyusahkan gadis itu dalam segala hal.

Seperti saat ini, Nathan lebih memilih mengambil novel dengan tema sosial yang lain daripada harus persis seperti yang dipilih Lia. Ia lebih dulu menanyakan apakah gadis itu sudah pernah membaca novel pilihannya atau belum, dan beruntung Lia menjawab sudah. Hanya saja, ketika Nathan bertanya bagaimana tanggapan gadis itu mengenai isi novel, Lia justru meminta izin untuk menjawabnya nanti karena masih memiliki urusan penting.

Apa urusan penting gadis itu? Bimbel? Tapi ini malam Minggu, mustahil. Setahu Nathan jadwal bimbel gadis itu hanya sampai Jumat malam.

Baru saja Nathan ingin kembali mematikan layar ponsel, ada satu pesan baru dari room chat yang sejak tadi sudah ia pandangi. Mata tajam pemuda itu mengernyit, merasa sedikit aneh. Cha?

Neiva

Cha, mau ke pantai?

Chacha?

Gadis itu salah kirim?

Dugaan Nathan semakin kuat begitu tidak sampai sepuluh detik sejak pesan terkirim, Lia sudah menariknya kembali menghapus chat untuk semua orang.

Neiva

Sorry, Nat, gagal fokus.

Neiva

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang