65. Malam di PTM

213 41 9
                                    

Nathan GHS

Ya.

Nathan GHS

Lagi sama Hessa?

Lia

Iya, Nat, kenapa?

Nathan GHS

Nitip tabok boleh?

Nathan GHS

Sambil ngomong, ”chat Nathan bales goblok”.

Lia menaikkan alis bingung, memandang empat cowok yang berdiri sejajar bersandar pada pos ronda. Hessa dengan gitar di pangkuannya tengah memetik kunci nada salah satu lagu Kangen Band ’Tentang Aku, Kau, dan Dia’ yang kini dinyanyikan oleh Hadi, Semesta, dan Felix penuh penghayatan. Yessa di sisi Lia kadang juga ikut mengambil nada tinggi walau berikutnya tercekat karena tenggorokannya juga sibuk menelan brownies.

”Sa,” panggil Lia pelan, menghentikan acara konser malam ini, ”chat Nathan.”

”Oh,” gumam Hessa terkejut sendiri, melempar gitar pada Semesta sebelum merogoh saku celana.

Walaupun gitar diterima dengan baik oleh Semesta, pemuda itu tak ingin melanjutkan petikan gitar. Hadi yang tadinya sibuk bernyanyi walau tanpa iringan musik jadi ikut diam, begitu pula Yessa yang sudah sibuk menggulir layar ponsel mecari lagu lain. Sebelah alis Hessa tampak naik, membaca satu persatu chat Nathan yang sebenarnya malas ia pahami, bahkan daripada membalas, Hessa lebih memilih langsung menekan tombol telepon membuat panggilan.

Di mana?” Suara Nathan tanpa permisi langsung terdengar begitu tersambung. ”Gue chat lo dari tadi.”

”Ngumpul di pos ronda,” jawab Hessa seadanya, ”lo gimana? Jadi?”

Jadi, tinggal tanda tangan berkas habis itu gue ke sana.”

”Berapa orang?”

Gue doang,” jawab Nathan setelah beberapa saat hening karena pemuda itu berbicara dengan orang lain, ”emang boleh gue bawa Jeno?”

”Enggak lah anjing,“ umpat Hessa galak, ”kamar gue samping-sampingan sama kamar Yessa, kalau kita tidur tuh anak tiba-tiba nyusup ke kamar Yessa kan bahaya, belum siap punya ponakan gue.”

Yessa berdecak, mengangkat ujung mata kesal mendengar namanya ikut disebut walau gadis itu tak paham apapun.

”Berarti gak usah gue siapin kasur lantai ya?” tanya Hessa lagi mengabaikan sang adik.

Lo mau tidur seranjang sama gue?” balas Nathan setelah terkekeh pelan. ”Kalau gue sih gak mau, Sa.”

Hessa berdecih kecil. ”Udah numpang gak usah ngerepotin lo, gak mau tidur di ranjang tinggal lesehan di lantai, di sofa, di kamar mandi juga gue bodo amat.”

Lo yang di sofa, gue di ranjang.”

”Definisi manusia tidak tau diri.”

Suara tawa Nathan kembali terdengar pelan. ”Gue tutup, bentar lagi gue otw.”

”Gue tunggu pos ronda.”

Hessa memastikan sambungan setelah Nathan merespons dengan gumaman sebagai persetujuan. Pemuda itu kembali mengambil gitar di pangkuan Semesta, menoleh pada satu-persatu orang di tempat ini sebelum memetik sinar gitar. Hessa jadi ikut termenung, mengikuti pandangan yang lain tampak kosong mengarah kearahnya membuat keheningan terjadi untuk beberapa saat.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang