15. Masih tentang Arjuna dan Arina

280 45 6
                                    

”Lo ada hubungan apa sama Katharina?”

Yoga hampir saja mengumpat karena tiba-tiba ditodong keras ketika kakinya baru saja menginjakkan lantai di dalam XI-IPA5. Chacha mendongak songong, menempelkan tangan pendeknya ke tembok seolah berhasil mengungkung Yoga di pojok depan dekat bangku Chaerra. Pemuda itu mengerjap, sedikit terkejut dengan serangan dadakan pagi ini.

”Temen.”

”Mana ada temen,” sela Chacha cepat tak terima, ”lo udah jadian kan?” tuduh gadis itu menajamkan mata pada Yoga membuat kelopak matanya hampir hilang.

”Gue keliatan kayak tipenya Rina gak?” balas Yoga malas.

Chacha termenung, menggeleng kecil. ”Kayaknya Rina suka cowok-cowok yang tipikal cowok IPA1 kemarin gak sih, Ga? Siapa namanya? Jeno? Yang ganteng, berwibawa, pinter-”

”Nah itu lo tau.”

Chaerra dari arah depan berlari dengan kresek jajan, mengerem sepatu depannya mendadak berhenti begitu menyadari tak melihat sosok yang ia cari. Gadis itu mengedarkan pandangan, memicing pada Chacha dan Yoga. Ia jadi ikut mendekat, menaruh tangannya berlawanan arah dengan tangan Chacha, menutup akses Yoga sepenuhnya.

”Lo diem-diem diem ya ternyata,” ujar gadis itu tajam, ”pakek pelet apa lo bisa ngajak cewek secantik Rina kemarin? Dukun mana yang lo bayar?”

Yoga tak dapat menahan bibirnya lagi untuk tidak mengumpat pelan. Mata pemuda itu semakin berputar malas ketika tak sengaja bertabrakan dengan pandangan bingung Jeiden di pintu. Tambah satu lagi orang tak berguna.

”Masalah apa?” tanya Jeiden bergabung  mencolek bahu Chacha.

”Kemarin si Yoga, waktu konser, ngajak Katharina.”

”Hah? Emang iya? Kok gue gak tahu?”

”Ya lo sibuk menelin Mbak Mbak mahasiswa sih anjing,” ujar Chacha enteng, ”udah-udah sana, urusan women support women ini. Katharina sebagai cewek kita bersama gak boleh jatuh di tangan yang salah,” lanjut gadis itu menggebu-gebu.

”Ini kenapa dah? Pada suka Rina apa gimana sih?” Yoga bingung sendiri, merasa kata-kata Chacha sudah ke sana ke mari tidak jelas. ”Minggir-minggir! Ini kelas makin lama makin freak banget isinya.”

Dari arah depan, Nathan, Haikal, dan Rendra masuk, sempat menoleh bingung namun kembali melanjutkan langkah mereka ke tempat duduk masing-masing. Tapi berikutnya, Haikal jadi ikut maju, merusuhkan suasana. Yoga makin menarik nafas panjang, sedikit mengangkat tangan Chacha yang sudah kehilangan fokus agar bisa keluar.

Arina datang dengan langkah tenang, sedikit melirik. ”Yoga ngapain lo di situ?”

”Rin, tolongin,” cicit Yoga pelan dengan gerak bibir dan pandangan memelas.

Arina menghela nafas panjang, menyeruak mendorong tubuh Jeiden dan Haikal. Selanjutnya, gadis itu mendorong tubuh Chacha dan Chaerra pelan, berdiri di depan Yoga dengan tegap. Arina mengedipkan matanya beberapa kali karena bingung sendiri ingin bicara apa, tapi ketika menoleh pada Yoga di saat pemuda itu melontarkan senyum terpaksa membuat Arina jadi kembali menarik nafas.

”Yoga hari ini jadi cowok gue, gak boleh ada yang ganggu,” sentak gadis itu sok galak.

”Dih,” delik Chacha tak suka, ”kayak Yoga mau aja sama lo.”

”Harus mau dong,” balas Arina menuntut, menolehkan kepalanya kembali mendongak menatap Yoga tajam, ”Yoga lo mau kan?”

Yoga menganga, mengerutkan dahi bingung. Pemuda itu jadi menggeleng pelan tak habis pikir, sedikit menyingkirkan tubuh mungil Arina dari hadapannya. ”Makin gila kelas ini,” cibirnya segera melangkah tenang kembali ke bangkunya.

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang