"Kelompok 1, Chaerra Karinda, Elia Neiva Palmyra, Yuda Putra Septian, Soni Harun Ikbar, Nathan Abian Prayoga. Kelompok 2, Arina Mei Lan, Arjuna Jawakarsa, Jeiden Cakra Adnan, Yoga Pranata, William Thomi Samuel. Kelompok 3, Elia Maudy Laura, Xafier Biarawan Vincent, Putra Hadi Bagaskara, Haikal Chandra. Terakhir, kelompok 4, Chacha Callie Cristy, Senya Amanda, Hessa Aksara Permana, Rendra Arsaneo. Udah puas?"
"PUAS!"
Soni yang duduk di bagian belakang mengangkat tangan tinggi. "Bu, Hessa dari tadi ngerusuhin saya mau pindah kelompok katanya," adu pemuda itu memberontak dari Hessa yang sudah ingin membekap mulutnya.
"Enggak, Bu, enggak!" elak Hessa menunjukkan senyum kaku. "Tadi Soni bilang dia pengen satu kelompok sama Chacha."
"Dih mana ada? Lo yang ngerengek minta satu kelompok sama Lia."
Lia dan Chacha yang namanya disebut jadi menoleh bersamaan dengan pandangan tak santai membuat Hessa dan Soni kembali tenang, duduk ke posisinya masing-masing, menghadap lurus memandang Bu Naya kalem. Guru cantik di depan sana hanya menghela nafas panjang, menggeleng kecil. Tadi ia sempat membagi acak nama kelompok namun segera mendapat protes karena pembagian perempuan yang tidak adil, dibagi melalui absen juga tidak adil, jadi ia menyuruh anak kelas ini berhitung dari satu sampai empat yang dimulai oleh Chaerra ke arah kanan.
Lagipula, kenapa anak perempuan di sini terasa sangat langkah?
"Hessa kalau kamu mau sekelompok sama Lia seharunya kamu jangan duduk dibelakang Lia, mengerti?" tanya Bu Naya datar.
Anggukan cepat dilakukan Hessa masih dengan senyum kaku.
"Oke, saya rasa hari ini cukup, jangan lupa tugas pengganti karena saya tidak bisa mengisi pembelajaran secara luring minggu depan, terima kasih."
Setelah tubuh Bu Naya benar-benar keluar dari ruang kelas, seluruh murid XI-IPA5 terdengar kembali heboh. Soni dan Hessa sudah sibuk saling mengumpat di belakang Lia, sedangkan di pojok belakang sisi kiri tempat Yuda, Haikal, Rendra, Jeiden, dan William tengah bersorak heboh karena mendengar minggu depan ada satu mata pelajaran kosong. Senya sudah sibuk mencatat nama kelompok yang tadi disebutkan karena harus mengirim ulang pada Bu Naya, dan masih banyak kegiatan lainnya.
"Ya, ikut pulang gak?" Hadi keluar dari bangkunya lebih dulu. "Gue mau pulang duluan soalnya."
"Lia bareng gue," sahut Hessa menyela cepat.
"Gue naik ojek online, Had, duluan aja." Lia ikut menjawab, mengabaikan Hessa di belakangnya yang sudah protes.
Hadi mengangguk, sempat memeletkan lidah pada Hessa sebelum melambai ke Lia. Hessa yang ingin maju bergabung ke bangku Lia jadi terseret Soni ke bangku Jeiden karena ketiganya memang memiliki jadwal rapat dengan anggota basket, tapi keduanya justru bergabung heboh bersama Haikal, Rendra, Yuda, dan William. Lia yang awalnya memilih tak peduli, fokus mengemasi barang-barangnya.
Kehadiran Chaerra di sisi bangkunya membuat gadis itu mendongak aneh. "Kenapa?"
"Gue kedepan kayaknya bakal ada latihan dance deh buat acara pensi di Pelita minggu depan, kalau seandaikan kerjain sekarang aja gimana?"
"Nurut sih Chaer gue, coba tanya yang lain."
Chaerra mengangguk. "Oke, bentar."
Tidak sulit bagi Chaerra untuk mengumpulkan kelompok 1 karena Soni dan Yuda kini tengah berkumpul di bangku Jeiden, serta Nathan yang masih duduk tenang di belakang Haikal memainkan layar ponsel menyibukkan diri dari keributan orang-orang sekelilingnya. Chaerra dengan asal menarik Yuda, membuat pemuda tinggi di garis wajah kalem itu jadi mengumpat kecil. Selanjutnya, gadis itu menarik Soni yang sudah melekat duduk di meja Jeiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Win Crown
Teen FictionRated: 15+ Mentahan cover from Pinterest Dialy life from XI-IPA5. Tentang 12 siswa laki-laki dengan 6 siswa perempuan dan kisah SMA mereka. Kalau kamu tanya apakah ini cerita tentang Ketua OSIS yang jatuh cinta? Mungkin saja. Kalau kamu tanya apakah...