55. Night Talk

202 42 11
                                    

Nathan

Gue di depan.

Neiva

?

Nathan

Mau ketemu doang.

Neiva

Ada anak-anak gak di pos ronda?

Nathan

Gak ada, aman.

Neiva

Oke, bentar.

Nathan bersandar pada salah satu sisi mobilnya, merunduk fokus pada layar ponsel dengan kaki mengetuk jalan aspan kecil di daerah perumahan yang tampak masih asri ini. Pemuda itu dalam hati menghitung dengan retina mata perlahan naik, fokus pada pintu kayu cokelat setelah perkarangan luas di depan sana. Jam sudah menunjukkan pukul 21.56, dan pemuda itu nekat mengendarai mobilnya menuju rumah yang kemungkinan besar justru lebih akan mengusirnya daripada menerima sukarela.

Lagipula, siapa yang ingin menerima tamu tak beradap berkunjung di waktu istirahat seperti ini?

Tentu saja kecuali gadis dengan hoodie hitam dan rambut digelung tinggi yang kini berjalan melewati jalan bebatuan sebagai pelengkap rumah satu tingkat ini. Nathan tanpa sadar mengembangkan senyum, menaruh ponselnya ke saku jaket cepat untuk menjadikan gadis itu fokus utama. Tidak disangka Lia akan semudah ini menemuinya setelah pernyataan tak jelas pemuda itu beberapa hari yang lalu.

"Say hiiii," sapa Lia bernada panjang pada akhir katanya.

"Hiiii," balas Nathan mengikuti suara imut Lia walau berakhir tercekat karena suara seraknya tak dapat mencapai, "udah mau tidur?"

"Belum, masih nonton film. Kenapa? Tumben lo gak chat dulu sebelum ke sini?"

"How was your day?" tanya Nathan mengalihkan pembicaraan, memilih tak menjawab pertanyaan Lia untuk berganti topik.

Lia tampak berpikir untuk beberapa saat, mengeratkan tangannya ke saku hoodie terlebih dahulu sebelum mengangguk. "Oke. Pagi gue diajak joging sama Kak Virgo, siang gue ikut ke rumah sakit, sorenya gabung webinar, terus nonton film, habis itu gabung nimbrung di chat kelas yang tadi, setelah itu ngelanjutin film yang belum selesai. Lo?"

"Pagi gue gym, siangnya rapat OSIS, ikut gue gabung club futsal, terus sorenya main voly sama anak-anak komplek, malamnya ngurus list supporter basket, terus sekarang ke sini."

"Dari rumah?" tanya Lia agak terkejut yang segera diangguki Nathan. "Gue kirain tadi dari Club, lewat, terus sengaja mampir mau minta makan."

"Enak aja," protes Nathan tak terima, "sengaja ke sini, mau ketemu lo."

Lia bergumam, mengangguk kecil dengan pandangan menelisik, mencoba mencari celah kebohongan dari wajah tampak di hadapannya. Gadis itu mendengus kecil, mengganti sudut pandang matanya agar mengelilingi sekitar yang ternyata memang sudah sepi. Hampir tak ada aktifitas, mungkin di Taman Kota justru kebalikannya karena tempat itu biasa ramai apabila lebih malam.

"Lo potong rambut?" tanya Nathan membuka obrolan kembali, mengamati rambut terikat Lia tak sepanjang biasanya. "Lo tekuk apa potong rambut sih?"

"Emang gue potong kok, jelek ya?" Lia membalikkan tubuh, menunjukkan rambut pendek barunya hasil potongan asalnya sendiri sore tadi pada sosok Nathan. "Maklum sih, gue potong sendiri, gak ke salon."

Win CrownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang