[21]

63.3K 1.6K 29
                                    

HAIII!! dua Minggu lumayan bikin kangen ya WKWKWK maapin yooo

yuk yuk merapat! Om Yudis dan Shesa siap menemani malam Senin kalian. hujan ga sih? di sini hujan

KUMPULLL!! VOTE KOMEN JANGAN LUPA!! 

————

Pagi yang indah setelah semalaman Yudistira tidur dengan mengenyot puting payudara sang istri hingga bengkak. Pagi-pagi sekali saat Shesa bangun, perempuan itu langsung mengeluh pegal-pegal dan perih di bagian ujung buah dada. Saat dilihat, benda menggemaskan itu sudah bengkak kemerahan. Yudistira hanya nyengir lebar tanpa merasa dosa.

"Mandi bareng yuk, yang." ajak si mesum tak tau diri.

Shesa membalasnya dengan tatapan malas. "Ga mau, males."

"Loh kenapa?"

"Mas Yudis kalo mandi ga pernah bisa diem, selalu pegang-pegang remes-remes. Dada aku masih sakit, mas. Kayaknya karena sempet mas gigit juga." balas Shesa dengan menyindir di akhir kalimat. Tak lupa tatapan sinis juga.

Bukannya merasa dosa, Yudistira si laki-laki tidak tau diri malah tersenyum lebar. Mengecup sang istri di bagian pipi untuk membujuk.

"Mas obatin sini pentilnya biar ga sakit." Tangannya melambai seolah menyuruh Shesa mendekat.

Namun perempuan itu diam saja. Kurang percaya akan ucapan sang suami yang mengatakan akan mengobatinya. Yudistira itu kan pandai merayu. Dan seringnya, ia terjebak dalam rayuan gombal laki-laki bangka itu.

Tiba-tiba, ujung telunjuk ayah Satya itu sudah mendarat di salah satu puncak payudaranya. Tepat di tengah-tengah, seolah menutup titik kecil yang ada di sana.

Yudistira memutar-mutarkan jarinya dengan perlahan. Kepala laki-laki itu sedikit mendongak, matanya memperhatikan Shesa lekat-lekat. Perempuan itu menahan sesuatu dengan menggigit bibir.

"Udahh, ih, mass-hh. Mau mandiii," Shesa menyentuh punggung tangan suaminya untuk menyingkirkan benda mengganggu yang meraba-raba payudaranya itu.

Namun sepertinya tak berpengaruh, Yudistira malah semakin kuat menekan tepat di bagian tengah payudara sang istri tercinta. Shesa memekik tertahan.

"Mas Yudis! Jangan nakal ya!!" Tampak kesungguhan dari ucapan perempuan itu. Lagi-lagi masuk telinga kanan keluar telinga kiri oleh si tua bangkotan.

"Kamu jangan malu-malu gitu, yang. Mas suka kok kalo disuruh mainin pentil kamu lembut kayak gini biar cepet sembuh. Tapi mas takut, iman mas ga cukup kuat buat nahan diri ga ngenyot pentil kesukaan mas ini." Puting payudara Shesa dijepit menggunakan jemari telunjuk dan jempol pak suami.

"Gemes banget pentil satu ini. Gede, ngaceng keras hihhh." Gigi Yudistira bergemeletuk menahan gemas. Ingin mencubit-cubit manja, ingin mengulum, ingin mengemut, mengenyot juga ingin menggigit puncak buah dada wanitanya itu.

Shesa sebal, tak lagi menegur. Langsung merosot turun dari kasur meninggalkan laki-laki tua itu menuju kamar mandi. Tak lupa ditutup dan dikunci dari dalam supaya tak ada penyusup mesum yang diam-diam masuk.

Yudistira mengerucut kesal. Padahal kan ia hanya ingin menyembuhkan sakit pada ujung payudara istrinya itu. Berniat baik menebus kesalahan. Tapi Shesa-nya itu, malah tak mau dan menolak mentah-mentah. Niat baiknya terbuang sia-sia. Huft...

Wajah lesu tak bersemangat langsung berganti cerah ceria layaknya lagu anak-anak saat Shesa keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk. Aura om-om cabul terpancar dari wajah Yudistira. Pria itu memasang pose jari telunjuk dan jempol di dagu, digesek-gesekkan. Lalu suara bibir seperti menyeruput kuah mie dengan tatapan mesum seolah menelanjangi wanitanya.

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang