[48]

18.3K 763 23
                                    

triple up ga sih ini judulnya? udahlah pokoknya vote dan komen apa aja. ramein semuanya

lumayan panjang nihhh
————

Setelah mengikuti ayah dan anak di episode sebelumnya, kali ini kita akan mengikuti sang bunda yang tengah bertemu kawan lama.

Tadi Shesa sempat mengantarkan makanan untuk Kama juga suaminya ke kantor Yudistira. Perempuan itu tidak mengantarkan sampai dalam melainkan hanya titip kepada satpam yang ia kenal lalu memberi tau Yudistira lewat pesan singkat. Kenapa Shesa tak mengantarkannya secara langsung? Karena ia tau pasti dua laki-lakinya itu akan menahan kepergiannya. Lebih baik dicegah saja supaya tak ada drama pertumpahan air mata.

Shesa sudah janjian dengan Vina di sebuah kafe yang untungnya siang ini tampak sepi. Sahabatnya itu sudah duduk menunggu dengan anteng di salah satu meja. Istri Yudistira langsung menghampirinya.

"Maaf ya, Vina, aku baru dateng. Pasti kamu lama nunggunya." kata Shesa merasa tak enak hati sudah membuat temannya menunggu.

Namun dengan asik Vina malah menyenggol lengannya. "Santai aja. Gue juga baru dateng kok."

Dua sahabat yang sudah setahun lebih tidak bertemu. Terakhir kali saat Shesa masih sekolah umum sebelum mengandung Kama. Setelahnya tidak ada lagi perjumpaan antara dua sahabat itu meskipun keduanya masih sering berkirim pesan menanyakan kabar.

"Gue kaget banget waktu lo mau pindah, Sa. Kirain cuma prank ternyata beneran. Gue heran aja kok tiba-tiba banget lo pindah bahkan ga ada ngasih tau gue sedikit pun. Sakit nih hati gue." lebay Vina panjang lebar dan berakhir dengan gerakan memegangi dadanya sendiri.

Shesa hanya meringis. "Maaf dong, Vin. Aku juga ga nyangka bakal pisah sama kamu se-cepet itu. Kita jadi ga bisa makan bakso bareng lagi deh." guraunya masih bisa tertawa kecil.

"Lagian lo sih mendadak pindah gitu." sungut Vina. "Gue ada pertanyaan yang belum sempet gue tanyain. Alasan lo pindah tuh apa sih? Gue tanya anak-anak yang lain juga pada ga tau."

Hening beberapa waktu karena Shesa tak kunjung menjawab pertanyaan sahabatnya. Vina pun mengangguk-angguk paham.

"Gapapa kalo lo belum mau ngasih tau alasannya. Sekarang mending kita makan dulu aja. Udah laper nih gue." Tangan Vina sudah terangkat hendak memanggil pelayan kafe tempat reuninya ini. Namun ucapan Shesa menghentikannya.

"Aku hamil, Vin."

Tiga kata. Hanya tiga kata tapi sudah berhasil membuat Vina menganga. Perempuan itu sampai berdiri karena saking tidak percayanya dengan ucapan Shesa. Tidak mungkin sekali, pikirnya.

"Jangan boong lo. Aneh-aneh aja kalo ngomong."

"Beneran, Vin." Shesa mengacungkan kedua jarinya tanda bersungguh-sungguh. Vina sang sahabat tak bisa untuk tidak percaya.

"Saa, kok lo ga cerita sih sama gue? Gue ga tau kalo lo punya masalah seberat itu. Gue jadi merasa ga berguna sebagai temen lo. Sini sebutin siapa cowo yang udah kurang ajar hamilin lo biar gue habisin. Gini-gini gue pemimpin pencak silat ya!" Kalimat ini dilontarkan Vina dengan berapi-api. Tidak bohong karena amarah tampak terpancar jelas dari wajahnya. Perempuan itu sungguh emosi.

Bukannya merasa terharu, atau minimal turut marah-marah untuk menghargai emosi Vina yang meledak-ledak, Shesa malah tertawa ngakak. Tawa istri Yudistira itu renyah sekali hingga mencuri perhatian orang lain termasuk sahabatnya sendiri yang langsung diam kebingungan.

"Kok lo ketawa sih aneh banget."

Shesa mengusap ujung matanya yang berair. "Aku udah nikah, Vin. Dari waktu masih sekolah. Dan aku pindah itu karena emang rencananya aku sekolah cuma sampe semester satu aja, sisanya dilanjut home schooling."

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang