[44]

22.6K 884 27
                                    

up lagi biar makin kenyang. tapi kayaknya kalian ini ga pernah kenyang ya😒

VOTE KOMEN JUGA DONG BIAR SAMA-SAMA KENYANG. MUMPUNG OTHOR LAGI RAJIN NIH AWAS AJA YA

————

Bayi baru! Itulah yang menyebabkan kediaman Yudis dan istrinya ramai tak terkira. Selain karena adanya teman-teman Yudistira yang datang untuk menjenguk, keramaian itu juga disebabkan oleh ayah si bayi sendiri yang memang dasarnya sudah sangat heboh.

Dua bayi dalam satu rumah yang sama sudah berhasil membuat kediaman itu tidak pernah sepi. Kama dan Lio menjadi primadona mereka sebagai bayi menggemaskan. Sedangkan untuk Shesa, juga ada dua bayi yang harus diurus. Selain Kama yang sungguhan masih bayi, ada juga Yudistira yang mendadak berubah menjadi bayi. Pria tua itu sangat manja akhir-akhir ini.

"Ayang, makan?"

"Udah kok. Mas udah makan belum?" tanya Shesa sambil memandang suaminya itu. Ia memang tidak tau apakah Yudistira sudah menyantap makanan atau belum karena hari ini mereka tidak makan siang bersama. Shesa makan di kamar sementara Yudistira ke kantor karena ada urusan mendadak.

Laki-laki tua itu merangkak ke kasur dan tengkurap di dekat istri juga anaknya. Yudistira menggeleng kecil.

"Makan dulu dong, mas. Tadi ke kantor ga sempet makan?" tanya Shesa sambil mengelus lembut kepala suaminya yang tengah fokus memandangi si kecil Kama.

"Mas kan ke kantornya cepet-cepet. Cepet-cepet berangkat trus cepet-cepet pulang karena ga mau ninggalin ayang sama Kama terlalu lama."

Shesa mengulum senyum. Tangannya mengusap lembut wajah sang suami. Sesayang itukah Yudistira pada dirinya dan bayi mereka yang baru lahir sehingga apa-apa terasa berat dilakukan? Bahkan beberapa hari lalu laki-laki itu merengek tidak mau berangkat ke kantor karena enggan berjauhan dengan istri juga anaknya.

"Yaudah sekarang makan dulu, mas. Ada makanan tuh di bawah. Tinggal mas angetin sebentar aja kalo mau."

Yudis si tua bangka menggeleng. Malah merebahkan kepalanya di paha sang istri. Menarik tangan Shesa supaya lanjut mengusap-usap kepalanya. Pria itu seolah tidak terganggu dengan kaki Kama yang menendang-nendang mengenai wajahnya.

Shesa menghela napas panjang. "Kok bandel banget sih sekarang. Jadi susah diatur, susah disuruh makan. Mas Yudis maunya apa?" Perempuan itu berusaha berucap dengan nada yang dibuat se-sabar mungkin. Tidak mau meledak-ledak walaupun sebal tak terkira.

"Mau main sama Kama."

"Kama kan belum bisa diajak main, mas. Lagian juga sekarang waktunya Kama tidur. Udah siang."

"Tapi mas mau main."

"Nanti sore aja. Mas bisa main sama Kama kalo Kama udah bangun. Mas juga bisa mandiin Kama kalo mau." Shesa berusaha memberi penawaran lain agar suaminya itu mau beranjak. Entah beranjak makan atau beranjak membiarkan Kama tidur karena sudah waktunya.

Yudis tak merespon. Laki-laki tua itu hanya diam seolah bukan dirinya yang sedang diajak Shesa berbicara. Hal itu membuat istrinya menghela napas panjang.

"Aku ambilin makanan, ya. Mas tunggu di sini sebentar." putus perempuan itu sudah bersiap untuk beranjak. Menghempaskan kepala suaminya yang malah semakin kuat menindih pahanya. Yudistira memeluk erat perutnya.

"Tapi mas main sama Kama dulu ya?"

"Iya. Aku ambilin makan bentar. Ajak main aja dulu tapi kalo aku balik, Kama harus tidur. Atau mas ikut Kama tidur aja sekalian." kata Shesa dengan sedikit sindiran untuk suaminya yang manja sekali itu. Namun setelah mendapat anggukan Yudis, perempuan muda itu segera merosot turun dan menuju pintu. Meninggalkan si ayah bersama anaknya.

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang