[49]

19.7K 781 23
                                    

abis ini ada kejutan dah. tebak-tebak aja tapi jangan ngambek

VOTE KOMEN JANGAN LUPA!!

—————

Keluarga kecil bahagia sedang makan bersama. Makan di luar sekaligus ingin menemani mama yang berhasrat belanja. Demi mama tercinta, semuanya pun rela dilakukan.

Mereka menyantap makanan terlebih dahulu karena sebelum ke sini, ketiganya tidak sempat makan. Yudistira yang memilih untuk makanan di restoran mewah namun tertutup. Laki-laki itu hanya ingin makan dengan damai bersama dua orang kesayangannya.

"Kama sama mama dulu sini, biar papa pesen makanannya dulu." kata Shesa sambil merentangkan kedua tangannya untuk menangkap Kama yang sedang digendong sang papa. Yudistira melangkah sendirian sementara istri dan anaknya duduk di kursi tunggu sebelum ditunjukkan bilik mana yang akan mereka gunakan untuk makan.

Konsep restoran ini sangat cocok untuk yang ingin makan makanan lezat namun juga tetap ingin merasakan ke-privatan tempat makan. Dalam restoran ini tersedia bilik-bilik dengan pintu geser yang nantinya akan ditempati oleh pengunjung yang sudah reservasi sebelumnya. Ada dua tipe, yaitu untuk 4 orang dan untuk lebih dari 4 orang. Karena mereka hanya berdua, ditambahi seorang bayi kecil, jadi Yudistira memilih bilik yang cukup untuk 4 orang. Laki-laki itu langsung menuju bilik yang ia dapat bersama istri dan anaknya setelah mengucapkan pesanan kepada pelayan.

"Suasananya enak ya, mas. Yang datang juga ga terlalu ramai jadi cocok kalo bawa bayi kayak gini." ujar Shesa begitu mereka mendaratkan pantat di kursi yang ada di dalam bilik. Model kursi empuk berbentuk U yang menyambung, berhadapan langsung dengan pintu. Ada meja juga di tengahnya.

Yudistira mengangguk setuju. Laki-laki tua yang sedang mengangkat Kama untuk menjadi pesawat terbang itu sependapat dengan sang istri.

"Meskipun rame juga ga akan ganggu, yang, karena ada sekatnya. Mas suka sih soalnya udah reservasi dulu jadi ga akan antri panjang-panjang."

"Kalo Kama suka ga, sayang?" Sang mama bertanya kepada anaknya sambil menjawil pipi tembam anak laki-laki itu. Kama hanya memamerkan senyumnya yang melebar bahagia karena permainan sang papa. Sudah tak mempedulikan lagi pertanyaan mamanya. Yang penting adalah ia senang karena menjadi pesawat terbang.

"Ditanya mama, tuh," Yudistira menghentikan gerakannya menaik-turunkan sang putra. Mengarahkan Kama ke mamanya.

"Kaaa!" jawab Kama mengangkat tangannya yang terkepal. Mungkin maksudnya akan memberikan jempol namun belum bisa.

Kegemasan anak kecil itu membuat kedua orang tuanya tertawa kecil. Shesa mencubit gemas pipi anaknya yang mengembang seperti bakpao.

Tak lama pesanan datang. Diantarkan dengan troli oleh salah satu pelayan. Makanan untuk Kama pun dipesankan setelah tadi Shesa tanya-tanya terbuat dari bahan apa saja dan mengira-ngira apakah bahan tersebut cocok dengan anaknya. Karena ia takut sudah terlanjur pesan eh malah tidak cocok. Bukan sayang uangnya, tapi sayang kalau sampai Kama sakit atau kenapa-napa.

"Ayang, makan dulu ay." kata Yudis, memindahkan salah satu piring yang merupakan pesanan sang istri ke depan perempuan cantik itu.

Namun Shesa malah mengambil piring lain. Piring yang berisi makanan untuk Kama.

"Mas Yud aja duluan. Aku mau suapin Kama dulu. Tolong ASI nya, mas." Wanita muda itu menunjuk tasnya yang tersimpan ASI dalam botol untuk Kama.

Yudis mengangguk mengambilkan apa yang diinginkan istrinya. Lalu kembali bertanya apakah sungguhan tidak apa-apa jika ia makan duluan. Setelah mendapat anggukan, baru kemudian pria itu melakukannya. Menyantap makanannya terlebih dahulu sementara Shesa menyuapi anak mereka.

My Boyfriend's DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang